Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Peran Minimarket Menumbuhkan Spirit Wirausaha Warga

20 Januari 2015   15:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:46 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_392008" align="aligncenter" width="560" caption="Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, meminta agar seluruh minimarket wajib mengikutsertakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari masyarakat sekitar. Menurut Djarot, ada kewajiban sosial dari minimarket untuk menampung UMKM sekitar. Tidak boleh mau kaya sendiri tanpa melihat warga sekitar. Foto: poskotanews.com"][/caption]

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Minimarket dan Convenience Store bisa berperan aktif menumbuhkan spirit wirausaha warga. Bisa dimulai dengan warga sekitar gerai. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, sudah menyiapkan regulasinya. Anda berminat jadi volunteer warga?

Sudah waktunya aktivitas bisnis menumbuhkan spirit wirausaha kepada warga yang berada di lingkungannya. Ini bagian dari tanggung jawab sosial dunia usaha. Memberikan sumbangan pada peringatan 17-an atau memberikan donasi untuk kas kelurahan, memang sudah langkah yang positif. Tapi, turut berperan aktif meningkatkan kualitas sumber daya manusia warga sekitar, tentulah sebuah gerakan yang jempolan.

Pesan di PKL, Makan di Circle-K

Di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, tak jauh dari kampus Universitas Nasional, ada gerai Circle-K, yang buka 24 jam. Di seberang gerai convenience store tersebut, berjajar para pedagang kaki lima (PKL) yang menjual berbagai jenis makanan. Ada pedagang nasi goreng, pecel lele, roti bakar, martabak, dan gorengan. Ada juga warung rokok, yang juga menjual berbagai minuman kemasan. Pengunjung Circle-K dengan leluasa memesan makanan dari para PKL itu, kemudian menyantapnya dengan lahap di meja-kursi milik Circle-K, yang tertata rapi di samping gerai convenience store tersebut.

Tak jauh dari sana, ada juga gerai Family Mart, yang juga buka 24 jam. Di seberang gerai convenience store tersebut, juga berjajar para pedagang kaki lima (PKL). Ada pedagang soto betawi, ketoprak, kebab, tempe mendoan, keripik singkong, dan pecel lele. Ada juga warung rokok, yang juga menjual berbagai minuman kemasan. Para pengunjung Family Mart pun leluasa memesan makanan dari para PKL tersebut, kemudian menyantapnya dengan lahap di meja-kursi milik Family Mart, yang tertata rapi di samping gerai convenience store tersebut.

Di kedua gerai modern yang menyediakan fasilitas free WiFi itu, tak ada tulisan Dilarang Membawa Makanan-Minuman dari Luar. Kedua gerai itu pun tak berpagar. Halaman parkirnya yang cukup luas pun terbuka, langsung menyambung dengan jalan raya. Kedua gerai ini setidaknya menjadi potret, bagaimana PKL, warung rokok, dan convenience store bisa hidup serta tumbuh berdampingan.

Tidak saling bunuh, juga tidak saling mematikan. Saya tidak tahu, bagaimana Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK), melakukan research terhadap keberadaan gerai convenience store dan minimarket di Jakarta. Yang saya baca, saudagar Bugis itu sudah sampai pada kesimpulan, "Satu minimarket, bisa menyebabkan matinya 20 warung. Itu penting untuk diketahui," kata JK di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (18/12/2014).

Sebagai saudagar dan pebisnis sukses sekelas Jusuf Kalla, tentu ia punya cara tersendiri untuk sampai pada kesimpulan tersebut. Boleh jadi, akan melalui perdebatan panjang untuk menyanggahnya. Karena itu, barangkali yang perlu dicermati adalah substansinya, bagaimana menata serta mengelola bisnis modern dengan bisnis tradisional serta bisnis skala besar dengan bisnis skala kecil, agar sama-sama memiliki ruang yang positif untuk tumbuh dan berkembang.

[caption id="attachment_347105" align="aligncenter" width="530" caption="Hasil pendataan dari lurah dan camat se-DKI Jakarta, sudah selesai. Ada 2.254 gerai minimarket, 1.000 di antaranya bermasalah. Djarot Saiful Hidayat menjelaskan, dari data yang diterima, sebagian besar minimarket bermasalah terkait pelanggaran izin usaha. Minimarket didorong untuk berperan aktif agar memberi manfaat langsung pada warga sekitar. Foto: Antara "]

1421716705936452998
1421716705936452998
[/caption]

Djarot Cepat Menyambut

Substansi dari Jusuf Kalla itu langsung disambut dengan cepat oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Mantan Walikota Blitar, Jawa Timur, tersebut langsung bergerak melakukan pendataan, untuk memetakan kondisi. Di Jakarta, menurut Data Biro Perekonomian DKI Jakarta, ada 2.254 gerai minimarket. Dari jumlah itu, ada 2.148 gerai convenience store, seperti 7-Eleven, Circle K, Lawson, Family Mart, Indomaret, dan Alfamart.

Dari sisi marketing, semua gerai tersebut sudah memenuhi format: ada tempat, ada produk, dan sudah ada pembeli. Dari aspek brand pun, sudah kuat, mengingat sebagian besar gerai itu merupakan franchise dari brand global. Djarot melihat, keberadaan sejumlah gerai modern itu bisa menjadi salah satu saluran atau marketing channel, untuk memasarkan berbagai produk yang dihasilkan warga.

Ia kemudian mengadakan pertemuan dengan pemilik gerai, untuk menyusun strategi. Salah satunya, dengan Henri Honoris, Presiden Direktur PT Modern Sevel Indonesia, pemilik gerai Seven Eleven Indonesia. Dalam pertemuan yang berlangsung di Balai Kota, Rabu (14/01/2015), Djarot Saiful Hidayat menekankan, "Pihak 7-Eleven wajib menyediakan porsi 10 persen dari jenis barang yang dijual, agar berasal dari produk usaha milik warga."

Henri Honoris sepakat dengan hal itu. Ia bahkan berkomitmen akan membina berbagai usaha warga, melalui koperasi. Sebenarnya, 7-Eleven sudah memulainya sejak Kamis, 7 Maret 2013. Pada hari itu, Menteri Koperasi dan UKM (KUKM) masa itu, Syarif Hasan, telah meresmikan gerai 7-Eleven di Gedung Smesco Jakarta dan sudah mulai menjajakan produk makanan dan minuman pelaku usaha kecil menengah (UKM) di gerai tersebut.

Artinya, langkah awal sudah dimulai. Komitmennya pun sudah dinyatakan. Maka, tantangan Djarot Saiful Hidayat adalah mengeksekusi serta menggerakkan komitmen tersebut agar berjalan sebagaimana mestinya. Bersamaan dengan itu, juga membenahi sekitar 1.000-an gerai modern yang sudah beroperasi tapi tanpa izin. Membenahi kongkalingkong perizinan antara pelaku usaha dengan aparat pemerintah DKI Jakarta, adalah bagian yang tak kalah pentingnya untuk menjaga PKL, warung rokok, dan convenience store bisa hidup serta tumbuh berdampingan.

[caption id="attachment_347106" align="aligncenter" width="540" caption="Perda Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta direvisi, karena memiliki kelemahan dan membutuhkan penguatan, terutama terkait sanksi dan aturan, sehingga perda lebih bertaji saat diterapkan nanti. Di Perda edisi revisi itu, minimarket harus mengakomodir produk UKM khas Jakarta, seperti nasi uduk dan bir pletok. Foto: kontan.co.id"]

14217167831457276161
14217167831457276161
[/caption]

Peluang Jangan Terbuang

Peluang ini tentu sayang sekali bila tak disambut warga dengan membekali diri dengan skill yang memadai, agar mampu menghasilkan produk makanan dan minuman yang relevan untuk dipasarkan di gerai convenience store, seperti 7-Eleven, Circle-K, Lawson, Family Mart, Indomaret, dan Alfamart. Warga yang bermukim di sekitar gerai, sudah sepatutnya memanfaatkan peluang yang sudah dikuakkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat.

Misalnya, dengan membuat kue basah seperti pastel, risoles, bolu kukus, dan sebagainya. Atau, makanan kering seperti keripik singkong dan rempeyek. Secara detail, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, meminta gerai 7-Eleven menjual makanan tradisional, seperti nasi uduk, nasi kuning, dan makanan lainnya. Demikian juga dengan produk minuman, antara lain, bir pletok atau minuman herbal berupa beras kencur dan kunyit asam.

Berbagai produk makanan dan minuman yang dicontohkan Djarot Saiful Hidayat tersebut, sangat mungkin diproduksi warga sekitar secara rumahan. Bila mengacu kepada substansi penjelasan Djarot Saiful Hidayat, ia ingin keberadaan gerai convenience store memberi manfaat langsung kepada warga sekitar. Warga tidak hanya diposisikan sebagai konsumen semata. Ini sebetulnya sejalan dengan konsep sustainable business, bisnis yang berkelanjutan.

Untuk berhubungan dengan gerai convenience store, seperti 7-Eleven, Circle-K, Lawson, Family Mart, Indomaret, dan Alfamart dalam konteks di atas, warga tentu tak mungkin melakukannya secara perorangan. Karena, gerai tersebut adalah badan usaha yang berbadan hukum. Inisiatif Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kelurahan, dan Kecamatan yang terkait dengan gerai yang ada, adalah salah satu jalan yang bisa ditempuh.

Misalnya, melalui koperasi yang ada di Kelurahan atau Kecamatan, bisa dijajaki pihak manajemen gerai terdekat. Tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, substansi yang sudah dikemukakan Djarot Saiful Hidayat bukan tak mungkin untuk ditindaklanjuti. Melalui cara ini, geraiconvenience store didorong untuk berperan-serta secara aktif menumbuhkan spirit wirausaha di lingkungan masyarakat tempat gerai tersebut berada.

Jakarta, 20-01-2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun