dalam kata yang telah hilang makna
engkau bergegas menghimpun kisah
yang tak kumengerti
dan tak kupahami
kita sudah berbeda abad
meski bersama dalam aksara
dan gelombang dahaga
telah menjelma batu-batu cadas
lampu petromaks merekam jejakmu, juga gurat nadi di lenganmu, juga parau suaramu, tapi bukan sekadar penanda waktu
sisa lumpur di kakimu mengering, juga serpihan alang-alang di celanamu, juga sejumlah robekan bekas paku, namun bukan sekadar gambaran petualangan
engkau terus bicara
lengkap dengan kutipan
bersama gumpalan catatan kaki
tapi aku sudah tenggelam oleh gulungan awan
yang menyeretku jauh, kian jauh
wahai para dewa, beri aku laut, biar kuselami dalamnya kerak bumi, hingga kubertemu seluruh suara yang pernah merasuk, hingga kupaham
alangkah pedih
isson khairul –dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 4 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H