Mohon tunggu...
Issa AriWijaya
Issa AriWijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga tahun ke-3. Suka belajar di dalam maupun di luar kelas. Bagian dari Rumah Kepemimpinan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa, Antara Mengabdi dan Pemenuhan Kewajiban Kampus

10 Juli 2023   21:14 Diperbarui: 10 Juli 2023   21:34 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu program kampus yang memfasilitasi mahasiswa untuk terjun ke masyarakat. Mahasiswa diwajibkan membantu masyarakat tempat pelaksanaan KKN dalam menyelesaikan masalah. Pemahaman tersebut cukup memberi gambaran positif bahwa KKN bisa menjadi solusi permasalahan masyarakat. Namun, apakah benar KKN nyata dalam memberi dampak positif kepada masyarakat?. Pada pelaksanaan KKN biasanya terdapat satu kelompok di satu desa. Setiap kelompok harus membuat program kerja untuk menyelesaikan permasalahan di desa tersebut. 

Kita berfikir bahwa hal itu mudah dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan mahasiswa. Misalnya terdapat masalah krisis air bersih dapat diselesaikan dengan pembuatan filter air melalui kemampuan mahasiswa Teknik Lingkungan. Jika yang terjadi sesuai dengan ekspektasi maka dampak positif KKN benar nyata adanya. Akan tetapi yang selama ini terjadi berada di luar ekspektasi.

Mahasiswa KKN dalam satu kelompok yang terdiri dari berbagai jurusan rupanya tidak terlalu efektif. Rencana awal dilakukan pengelompokkan seperti itu biasanya agar terdapat kolaborasi. Jika dianalisis lebih dalam, setiap mahasiswa dari jurusan tertentu juga belum tentu menguasai ilmu-ilmunya. Kemudian permasalahan yang terdapat di desa juga belum tentu berada di dalam kemampuan mahasiswa. Misalnya contoh di atas yang menggambarkan mahasiswa Teknik Lingkungan bisa membuat filter air. 

Dari segi permasalahan terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan. Apakah air yang digunakan sudah bersih atau memang tidak layak konsumsi. Lalu, apakah alat yang dibuat dapat memenuhi kebutuhan air bersih di satu desa. Serta, apakah alat tersebut mudah dikelola masyarakat bahkan meskipun KKN telah selesai. 

Analisis dari segi mahasiswa dapat dilihat dari kemampuan mahasiswa tersebut. Apakah mahasiswa bisa melakukan riset secara cepat untuk menentukan alat yang tepat. Lalu apakah mahasiswa KKN memiliki dana yang cukup untuk membuat alat yang memadai. 

Dari sini bisa diketahui bahwa banyak pertimbangan jika mahasiswa harus menyelesaikan permasalahan di masyarakat. Hal yang lebih miris lagi yakni, terdapat kasus jika di suatu kelompok tidak terdapat mahasiswa rumpun kesehatan namun terdapat masalah kesehatan di desa tersebut. Tentunya kelompok mahasiswa KKN akan kesulitan membuat progam kerja yang relevan. Maka dari itu, banyak kegiatan KKN mahasiswa yang hanya melaksanakan program kerja sebagai formalitas untuk mendapatkan nilai KKN. Padalah nilai KKN sebenarnya adalah pengabdian, namun sistem KKN seperti ini membuat tujuan mengabdi tidak ada lagi dalam KKN. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun