Mohon tunggu...
Isrofa Merojaa
Isrofa Merojaa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pertahanan RI

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Primadona Laut China Selatan yang Mengundang Konflik, Apa Dampaknya terhadap Indonesia?

29 April 2024   12:44 Diperbarui: 29 April 2024   12:56 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laut China Selatan, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, seolah menjadi primadona dan sumber kontroversi yang tak berkesudahan. Sejumlah negara di Laut China Selatan, termasuk Tiongkok, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei,Taiwan,serta Indonesia terlibat dalam masalah geopolitik, ekonomi, dan permasalahan lainnya yang kompleks. Negara-negara di sekitar Laut China Selatan memiliki klaim tumpang tindih terhadap bagian wilayahnya. Klaim-klaim ini didasarkan pada sejarah, geografi, dan terkadang hukum internasional. Misalnya, Tiongkok mengklaim sebagian besar Laut China Selatan dengan merujuk pada peta semu "Nine-Dash Line". Vietnam dan Filipina, di sisi lain, mengklaim wilayah yang berbeda. Sementara Klaim Indonesia terhadap Laut China Selatan berpusat pada prinsip-prinsip hukum internasional, terutama Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982. Indonesia tidak memiliki klaim teritorial di Laut China Selatan, tetapi memiliki kepentingan penting terkait dengan keamanan maritim, kebebasan berlayar, dan pengelolaan sumber daya alam di wilayah tersebut.

Laut China Selatan memiliki banyak minyak, gas alam, dan ikan. Karena wilayah ini dekat dengan negara-negara yang memiliki ekonomi yang berkembang pesat, ada persaingan yang sengit untuk mendapatkan dan mengelola sumber daya ini. Sebagian besar perdagangan internasional melintasi Laut China Selatan, yang menjadikannya salah satu jalur perdagangan utama di dunia, yang berpotensi berdampak besar pada perekonomian global. Kedaulatan dan kedaulatan maritim adalah aspek lain dari masalah Laut China Selatan. Negara-negara di wilayah ini berperang untuk mendapatkan dan mempertahankan hak mereka atas zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan platform benua yang terletak di wilayah laut ini. Aktivitas manusia, seperti overfishing, polusi, dan degradasi lingkungan, menempatkan ekosistem Laut China Selatan dalam bahaya besar. Upaya kolaboratif untuk mengatasi masalah lingkungan dapat terhambat oleh ketegangan politik dan militer di wilayah ini. Ada peningkatan aktivitas militer di daerah ini, seperti patroli laut, latihan militer, dan pembangunan infrastruktur militer di pulau-pulau terpencil. Hal ini meningkatkan kemungkinan konflik militer yang dapat mengancam stabilitas dan perdamaian regional.

Selain itu, masalah Laut China Selatan menunjukkan persaingan antara kekuatan besar, terutama Tiongkok dan Amerika Serikat. Amerika Serikat membantu negara-negara ASEAN mematuhi aturan internasional dan kebebasan navigasi, sementara Tiongkok berusaha mempertahankan dominasinya dan klaimnya atas wilayah tersebut. Untuk memahami masalah Laut China Selatan, diperlukan analisis menyeluruh yang mempertimbangkan interaksi antara aspek politik, ekonomi, lingkungan, dan keamanan. Untuk menyelesaikan konflik dalam jangka panjang, diperlukan diplomasi yang kuat, kerja sama regional, dan penghormatan terhadap hukum internasional.

Lalu bagaimana dampaknya terhadap Indonesia ?, meskipun Indonesia tidak secara langsung terlibat dalam klaim wilayah di Laut China Selatan, konflik ini memiliki dampak yang kompleks terhadap negara Indonesia. Laut China Selatan bertanggung jawab atas 30% dari perdagangan maritim global, dan merupakan jalur perdagangan utama di dunia. Jika ada konflik di wilayah ini, hal itu dapat mengganggu kelancaran perdagangan internasional, termasuk impor dan ekspor Indonesia, serta aliran barang dan bahan baku.  Indonesia memiliki kepentingan strategis dan ekonomi di Laut China Selatan, meskipun tidak memiliki klaim wilayah di sana. Hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara yang terlibat dalam konflik dapat dipengaruhi oleh ketegangan yang terjadi di wilayah tersebut.

Konflik di Laut China Selatan dapat meningkatkan ketegangan dan meningkatkan kemungkinan konflik militer di sekitarnya. Hal ini dapat membahayakan keamanan maritim di sekitar perairan Indonesia, termasuk meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik di perairan Indonesia. Negara Indonesia memiliki peran penting dalam ekonomi Asia Tenggara, terutama dalam bidang pariwisata dan perikanan. Konflik di Laut China Selatan dapat menimbulkan ketidakpastian ekonomi di seluruh wilayah yang terdampak, terutama dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konflik di Laut China Selatan ini juga dapat berdampak pada kebijakan luar negeri Indonesia karena masalah keamanan dan maritim. Untuk mengurangi efek negatif konflik, negara Indonesia harus meningkatkan diplomasi dan kerjasama regional, serta kewaspadaan terhadap ancaman yang mungkin akan terjadi. Meskipun Indonesia tidak secara langsung terlibat dalam klaim wilayah di Laut China Selatan, penting bagi Indonesia untuk memantau dengan cermat perkembangan di wilayah tersebut dan berusaha mendorong perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara. Apalagi jika terjadi konflik masuk ke wilayah  Natuna Utara yang merupakan bagian dari negara Indonesia, maka Indonesia harus siap menghadapi segala dinamika yang terjadi di Laut China Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun