Mohon tunggu...
Isrina Nurfaiza
Isrina Nurfaiza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa aktif S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kilas Balik Peringatan Hari Guru: Menjadi Seorang Guru adalah Anugerah bukan Kutukan

25 November 2024   20:30 Diperbarui: 25 November 2024   21:05 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Survei tahun 2024 oleh IDEAS menemukan bahwa 74% guru honorer di Indonesia menerima penghasilan di bawah Rp2 juta per bulan bahkan 20,5% di antaranya berpenghasilan kurang dari Rp500 ribu. Penghasilan ini masih jauh di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) terendah seperti di Banjarnegara yang sebesar Rp2,03 juta pada 2024. Hari Guru merupakan momen refleksi yang tepat untuk menghargai dedikasi para pendidik yang telah mengabdikan hidup mereka demi mencerdaskan generasi bangsa. Di balik kelas yang terlihat rapi dan penuh antusiasme, tersimpan perjuangan panjang menghadapi berbagai tantangan. Guru memikul tanggung jawab besar untuk mendidik tidak hanya dari segi akademik tetapi juga moral dan karakter anak bangsa. Hari Guru memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memahami betapa pentingnya peran mereka dalam membangun masa depan meski seringkali pekerjaan tersebut kurang dihargai secara layak.

Beratnya menjadi seorang guru terlihat dari berbagai aspek yang harus mereka hadapi misalnya di daerah terpencil dimana guru seringkali harus berjalan jauh atau melintasi medan sulit demi memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan. Disisi lain guru perkotaan menghadapi tantangan yang berbeda seperti murid yang kurang disiplin ataupun tekanan akademik yang tinggi sehingga munculn tuntutan dari orang tua juga. Terlepas dari semua itu mereka tetap menjalankan tugasnya dengan semangat meski sering kali tanpa fasilitas memadai dan dukungan yang cukup. Dalam setiap kesulitan seorang guru tetap berusaha menjalankan perannya sebagai pendidik dan penginspirasi.

Guru tidak hanya bertugas mengajarkan ilmu tetapi juga mengubah pola pikir dan membuka wawasan anak-anak agar mampu memahami dunia dengan lebih kritis. Guru lah yang menjadi garda terdepan untuk melawan kebodohan yang seringkali lahir dari keterbatasan akses pendidikan. Mereka berjuang memberikan pendidikan yang berkualitas meski di tengah keterbatasan yang bahkan hampir saja merenggut semangatnya. Setiap huruf yang diajarkan dan setiap nilai moral yang ditanamkan adalah upaya untuk menghapus kebodohan yang dapat menghambat kemajuan bangsa. Tantangan baru seperti digitalisasi dan maraknya informasi tidak mendidik menambah beban yang harus mereka tanggung tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus mendidik.

Hari Guru bukan sekadar perayaan tetapi pengingat akan pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh para guru. Menghormati mereka berarti memberikan apresiasi yang nyata baik melalui dukungan moral dan peningkatan kesejahteraan maupun menyediakan fasilitas yang memadai. Guru adalah pondasi utama dalam menciptakan generasi cerdas yang mampu membawa perubahan. Melalui perjuangan mereka, kita bisa menyaksikan bagaimana pendidikan mampu mengubah nasib individu dan masyarakat. Oleh karena itu, mari kita hargai guru tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dengan tindakan nyata yang mendukung mereka dalam melawan kebodohan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun