Mohon tunggu...
Israul Mubarak
Israul Mubarak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak BANGSA

tanpa pengetahuan, tindakan tidak berguna dan pegetahuan tanpa tindakan adalah sia-sia.( Abu Bakar )

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhir Kata

29 Mei 2022   09:52 Diperbarui: 29 Mei 2022   09:54 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di semester ke-2 ini, saya merasa lebih tertantang dalam menjalani perkuliahan. Semakin banyak mata kuliah yang lebih sulit dari sebelumnya. Namun, disini saya akan bercerita tentang mata kuliah kewarganegaraan.

Untuk mata kuliah kewarganegaraan, saya dan teman-teman dididik agar mampu melakukan interview. Seluruh tugas yang diberikan dosen pengampu, bersifat wawancara. Yang diawali dengan mewawancarai ayah sendir dan diakhiri dengan guru ngaji. Ada beberapa hal yang membuat saya tertantang dengan tugas-tugas ini. Karena ini bukan tugas yang biasa-biasa saja. Melainkan ini melatih kita agar bisa berkomunikasi dengan baik terhadap lawan bicara dengan sikap yang harus dikedepankan juga.

Hal yang paling saya ingat ketika melakukan wawancara adalah perjuangan saya dan teman-teman mencari tempat untuk melakukan wawancara. Karena beberapa tugas wawancara ini tidak hanya mewawancarai individu, namun juga terdapat Lembaga atau sebagainya. Banyak tempat yang terkadang tidak menerima interview ke Lembaga mereka.  Dengan alasan COVID-19 sehingga mereka tidak menerima tamu dari luar. Selain itu juga karena kami tidak mempersiapkan syarat administrasi dan sebagainya.

Kemudian, saya sangat senang melakukan interview tersebut karena bisa diiringi dengan jalan-jalan. Yang mana pada saat itu kami masih tinggal di Ma'had Sunan Ampel Al-Aly Uin Malang. Sehingga banyak kegiatan yang mengharuskan kami untuk menetap disana dan sangat sedikit waktu luang. Dengan adanya tugas ini, kami biasanya pergi bersama teman-teman dan setelah melakukan wawancara, kami bisa menelusuri destinasi di kota malang. Namun sebenarnya, banyak waktu luang yang masih bisa digunakan untuk keluar asrama, tetapi rasa malas untuk keluar yang menyebabkan saya hanya menetap diasrama saja jika tidak ada hal yang sangat penting.

Yang paling menguras tenaga adalah ketika kami pergi mencari rumah ibadah agama lain, kami sudah mengunjungi banyak tempat dan pada akhirnya tidak mendapatkan tempat yang bisa dilakukan wawancara pada hari itu juga. Sehingga mengharuskan kami untuk balik keesokan harinya. Sehingga menguras banyak tenaga, waktu dan tentunya kantong juga.

Diawal tugas wawancara ini, saya hanya bisa mengandalkan teman untuk melakukan wawancara. Khususnya wawancara ke Lembaga-lembaga. Saya hanya datang dan kemudian mendengar apa yang dibicarakan. Namun, setelah itu, saya tersadar setelah salah seorang teman saya mengatakan kesalahan saya tersebut. Memang sudah sejak awal saya merasakan kesalahan saya tersebut. Namun, saya tidak ada keinginan untuk memperbaiki itu. Hingga pada akhirnya kami melakukakan wawancara tidak secara ramai-ramai lagi. Melainkan sudah terpisah-pisah. Tetapi pemisahan ini bukan karena berkelahi atau semacamnya. Ini hanya karena pada saat saya ingin melakukan wawancara, teman-teman yang biasanya bergabung sedang tidak memeiliki waktu luang. Sehingga saya hanya pergi berdua saja.

Awalnya, saya sangat takut ketika mewawancarai orang yang belum dikenal secara langsung. Apalagi ini merupakan kali pertama saya, dan juga tidak bisa mengandalkan orang lain lagi. Yang pada akhirnya saya memberanikan diri untuk wawancara tersebut. Sebelum mewawancarai narasumber, saya sudah menyiapakan beberapa pertanyaan yang menurut saya cocok untuk ditanya. Dan untungnya, narasumber yang saya wawancarai ini, merupakan orang yang sangat asik. Sehingga pembicaraan kami bisa berlangsung dengan tenang dan panjang.

Wawancara yang paling saya takuti adalah ketika mewawancarai rakyat kecil. Pada saat itu, saya dan rekan wawancara saya tidak banyak bertanya kepada narasumber. Hanya sedikit pertanyaan yang kami lontarkan, itu pun hanya pertanyaan umum saja. Karena yang kami takutkan adalah ketika pertanyaan kami melebihi batas itu dapat melukai hati mereka. Oleh karena itu, ketika membuat artikel untuk hasil wawancara rakyat kecil, saya agak sulit melengkapinya hingga 800 kata. Namun, saya akali dengan mengaitkannya dengan kondisi sekarang yang serba canggih.

Manfaat yang bisa saya ambil dari tugas ini sangat banyak, yaitu:

  • Komunikasi yang baik

Andaikan tidak ada tugas yang mewajibkan saya untuk melakukan interview ke orang yang belum dikenal, maka saya tidak akan pernah melukukan itu kecuali ketika penelitian akhir nanti. Ini bisa menjadi bekal bagi saya untuk menunjang penelitian yang lebih baik.karena pelajaran yang paling baik adalah pengalaman.

  • Kerja Sama

Ini merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Kita harus mampu bekerja sama agar membentuk rasa kekeluargaan yang erat. Hingga pada akhirnya setiap anggota kelompok tersebut sama-sama enak dan masih ingin tetap berada dikelompok tersebut.. Karena ia merasakan kenyamanan disana. Dan juga saling meningkatkan kemampuan masing-masing anggota kelompok. Begitu juga halnya dalam wawancara yang saya lakukan ini, jika saya tetap berharap kepada orang lain, maka saya tidak akan berkembang.

  • Sopan Santun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun