Tidak ada alasan untuk menomorduakan keluarga bagi ibu pekerja. Banyak pramugari yang telah berkeluarga dan memiliki anak namun masih aktif terbang. Mereka bercerita kalau keluarga tetap nomor satu dan mereka sangat sayang serta mengasihi anaknya.
Saat emansipasi wanita sering didengungkan, banyak wanita hebat yang mencoba berdiri di atas kaki sendiri.
Bagi wanita yang masih single, mereka bertanggungjawab atas diri mereka sendiri tanpa harus merepotkan orang lain. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan tak jarang juga untuk orangtua dan keluarganya. Ya, itu segelintir pembelaan mereka! Pekerjaan yang dijalanin pun bermacam-macam baik kantoran maupun turun langsung lapangan terpapar polusi dan matahari.
Aaahh mau nikah aja, capek bangetttt kerja! Itu suara hati wanita (termasuk penulis) ketika dihadapkan pada tumpukan pekerjaan, kejaran deadline, dan rasa jenuh bekerja.
Karena dengan menikah lalu memiliki pasangan dianggap mampu meringankan beban keuangan wanita atau minimal memiliki teman sharing. Namun ladies, itu bukan solusi satu-satunya di dunia yaaa.
Jika kalian berada di posisi itu yang sebaiknya kalian lakukan adalah hadapi masalahmu, selesaikan tumpukan pekerjaanmu karena itu adalah tanggungjwawab kamu setelah itu mungkin kamu bisa healing dengan liburan sejenak, belanja atau melakukan hal-hal yang kamu senangi sebagai self reward atas berhasilnya kamu melewati titik itu.
Itu keadaan jika wanita berada di itik yang tidak mengenakkan dalam pekerjaannya, coba jika berada di titik sebaliknya misalnya ketika gajian waaah rasanya no negative vibes, you only enjoy the job hehe.
Karena sebelumnya penulis sudah menyinggung soal “menikah” jadi yasudahlah mari kita kupas tentang itu, tentang kehidupan wanita setelah menikah dan memiliki anak.
One step ahead, saat wanita yang masih bekerja atau katakanlah wanita karier memutuskan untuk menikah dan akhirnya memiliki anak, tentu tanggungjawab mereka akan berubah tidak lagi tentang dirinya sendiri. Akan tetapi tanggungjawab pada suami dan terutama anaknya.
Saat itulah wanita karier merasakan “standing at opposite poles” dan dilema berkecamuk antara memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus mengurus serta membesarkan anak atau tetap bekerja sambil mengurus anak.