Salah satu cabang filsafat yang menerangi dan mewarnai kehidupan manusia adalah pengetahuan (Epistemologi), mungkin umum nya seseorang atau manusia sering bertanya kepada dirinya sendiri menyakut kegelisahan, skeptis, dan pesimis dengan kehidupan nya. Dan secara umum bahkan manusia lari dari kenyataan, mengapa fenomena ini bisa terjadi ? Apa yang mendasari sehingga seseorang seakan-akan kehidupan ini hanya sebatas fatamorgana. Apakah persoalan nya karena ketidakmampuan atau ketidaktahuan terhadap problem yang di Hadapi nya ?Â
  Mengapa dan apa problem nya ketika manusia tidak berpengetahuan ? Bukankah tidak menjadi problem ketika manusia tidak berpengetahuan ? Ataukah manusia sudah merasa cukup apa yang diketahui nya ? Atau apakah mungkin manusia berpengetahuan ? Bagaimana pengetahuan itu bisa melekat pada jiwa dan menjadi pijakan dalam kehidupan sehari-hari ? Apakah niscaya manusia dapat berpengetahuan?Â
  Pada pembahasan arti penting Epistemologi kiranya dapat diketahui bahwa "Akal" sebagai pra-syarat untuk memahami kedirian kita, akal dalam epistemologi disebut sebagai rasio sumber. Maka dari itu poros utama dalam membentuk pemikiran/intelektual adalah membangun pondasi berpikir secara mendalam. Pada tahapan inilah kita berupaya untuk menggali kedalaman apa dibalik Pengetahuan itu sendiri, salah satu problem dalam kehidupan kita yaitu ketika pengetahuan hanya dijadikan semata-mata alat eksploitasi.Â
  Semua permasalahan di alam semesta ini karena ketidakmampuan manusia mencapai pengetahuan filosofis atau kekurangan metodologi dalam mendudukkan pengetahuan, maka yang perlu di perhatikan dalam pembicaraan ini adalah "Akal" mengapa hal ini yang perlu di perhatikan ? Karena akal sebagai sesuatu fundamental pada diri manusia tapi untuk mengenali hal tersebut diperlukan pemahaman atau pencarian metode yang layak. Inilah titik dimana membangun suprastruktur pengetahuan dimana pengetahuan dijadikan sebagai tujuan untuk membentuk pahaman. Hingga pahaman itu sebagai tujuan untuk mengantarkan pada nilai-nilai kearifan.
 Inilah yang menjadi tantangan proses memperoleh pengetahuan, dalam pengetahuan dibagi menjadi dua. Yaitu pengetahuan tipe konsepsi dan Tasdiq, dalam tipe konsepsi ini tidak melibatkan sama sekali penilaian tapi hanya menangkap gambaran-gambaran dari sebuah hasil persepsi. Kemudian dalam tipe Tasdiq inilah asal muasal penilaian yang mencakup Realitas objektif dan dasarnya dari konsep itu sendiri.Â
  Didalam penilaian Tasdiq ini menjadi pengetahuan-pengetahuan yang baru dan sebagaimana pengetahuan baru yang didapatkan berdasarkan hasil observasi dan verifikasi ilmiah, dari verifikasi ilmiah sehingga memperoleh pengetahuan yang filosofis karena akal betul-betul dipergunakan selayaknya berpikir. Tapi sebelumnya yang kita lakukan hanya semata-mata mengumpulkan informasi atau bahan mentah yang belum di kelola, dan data-data inilah sebagai basis pembuktian akan kebeneran dari konsepsi. Proses pembuktian membutuhkan pemodelan atau upaya intelektual untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar tentang pengetahuan. Karena itulah, betapa pentingnya epistemologi dalam membangun "Rumah" ide-ide filosofis yang berhubungan dengan "Kesadaran" Sejauh yang di ketahui oleh penulis pemikiran Materialisme, positivisme, behavioris dalam disiplin ilmu tidak ada yang menawarkan metode dalam menelusuri akar dari permasalahan problem manusia dalam konteks pengetahuan. Kecuali filosof muslim terutama Misbah Yazdi, Mullah sahdra, Baqir Shadar dan Muthahhari. Salah satu sederet pertanyaan mesti di renungkan yang di lontarkan oleh Misbah Yazdi adalah apakah akal manusia Mampu menjawab berbagai pertanyaan tersebut?
Yogyakarta, 23 Januari 2025
Terima kasih
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI