Refleksi Awal tahun: Introspeksi diri dan membenahi kedirian dalam membentuk kulturÂ
Filsafat sebagai neraca Untuk melihat Alam, manusia, dan berbagai ragam bentuk yang ada pada Realitas. Filsafat sering kali di artikan sebagai alat kritis, tapi ketika filsafat di selidiki ia sebagai metode. Sekaligus induk dari segala ilmu. Dalam buku beda tuntas Fitra "Murtdha Muthahhari" di katakan bahwa Fitra sebagai prinsip-prinsip berpikir. Maka kita akan mengelaborasi antara filsafat dan Fitra, apakah ada titik relevansinya ataukah tidak ? Filsafat sebagai instrumen penyelidik di mana rasio sebagai predikat dan manusia sebagai subjek.Â
Fitra manusia diidentikkan sebagai yang autentik pada diri manusia dan sering di sebut sebagai Fitra menalar. Dan konsep filsafat sebagai metode teoritis untuk menerangkan pengetahuan di peroleh dari informasi. Tapi hal demikian Fitra bukan hanya memperoleh pengetahuan dari alam eksternal tetapi di sisi lain ia juga sebagai pengetahuan yang tidak di peroleh dari luaran tapi di peroleh melalui kehadiran. Nah, filsafat bukan hanya sekedar metode analisis tapi dengan konstruksi forma manusia akan di Antarkan pada ruang-ruang kemungkinan untuk menyingkap kebenaran. Kebenaran yang di maksud pada konteks pembahasan ini kesesuaian ide dengan Realitas "Baca Buku epistemologi) kesesuaian ide tentu Fitra manusia menuntut untuk mencari keselarasan ide-ide yang ada pada benaknya.Â
Jiwa manusia di tuntut untuk mengafirmasi ide ketika ide pada benak manusia tidak sesuai atau mengidentifikasi permasalahan Eksistensi dirinya (Prinsip kausalitas) dan prinsip nonkontradiksi sebagai pra-syarat untuk memahami bahwa ide dan Realitas pada hakikatnya tidak ada yang bentukan-bentukan yang kontradiktif. Maka penjelasan tentang filsafat dan Fitra akan menjadi pokok persoalan dan hal yang perlu di tekankan adalah ide atau konsep yang ada pada benak akan di identifikasi sehingga Fitra tidak terombang-ambing dalam mencari Pijakan.Â
Sebelum melangkah ke konsep Fitra, mestinya subjek harus memiliki pijakan dalam memahami konsep fitra. Subjek (pengamat) dan objek ( yang diamati), Dengan pengetahuan teoritis akal manusia sebagai lokus untuk memahami kediriannya dalam membentuk suatu pengetahuan. Ketika subjek (manusia) memiliki Metodologi dalam memahami kediriannya dalam memahami suatu objek maka disinilah titik peran aspek intelek, karena apa yang autentik dari manusia itu adalah Berpikir. Berpikir di sini bukan hanya sekedar menggunakan aspek intelektual tapi bagaimana aspek intelektual bisa terhubung dengan aspek spiritual. Hubungan (Relasi) seringkali dikotomi, antara alam, rasio, dan spiritualitas. Ketika subjek memisahkan antara ketiga kategori di atas maka untuk menemukan silabus atau titik relevansinya antara intelektual dan spiritual memerlukan konstruksi, kontruksi sebagai basis pendekatan untuk memahami dalam menilai sesuatu dalam bentuk iktibar. Iktibar pikiran, tentu itu suatu yang Maujud (Eksis). Ketika yang eksis itu adalah pikiran dari hasil konstruksi subjek, maka benak atau persepsi jiwa menangkap bahwa yang eksis itu ada kemendasaran karena pada hakikatnya realitas tidak memiliki embel-embel tapi karena konstruksi Subjek Yang hanya sekedar interpretasi (Pemaknaan) maka subjek tidak akan memahami kemendasaran wujud. Wujud di sini adalah sesuatu yang ada secara universal secara subtansi, Subtansi atau Hakikat dalam arti Realitas yang menjelma. Ketika Hakikat dikatakan sesuatu yang fundamental dalam upaya untuk memahami yang menjelma di Realitas. Maka hal demikian subjek memerlukan metodologi untuk mendudukkan apa itu Hakikat yang menjelma, apakah pikiran menangkap ? Atau jiwa yang menangkap eksistensi tersebut ?
Maka ketika konsep Fitra di kaitkan dengan persepsi akal, ia sebagai ruang spiritual untuk mengaktualisasikan kefitraanya dengan jalan pengetahuan, ke-estetikaan, keadilan, kebaikan, kebenaran, dan penghambaan. Lalu bagaimana memahami konsep tersebut ketika persepsi dan pemahaman tidak berkorespondensi dengan realitas (Kesesuaian ide dengan Realitas) ?
Penulis:puan KelanaÂ
01 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H