MANUSIA DAN KEHIDUPAN
Apa itu teman, sahabat. Apakah yang membawa kita pada kebaikan atau malah sebaliknya. Apakah yang mengajak belajar, diskusi, dan saling memberikan pemahaman serta berbagi kebaikan itu sendiri.
Persepsi orang-orang di jaman sekarang memang jauh lebih bisa membunuh seseorang ketimbang peluru atau apa-apa "Ucap El, PEJALAN ANARKI" Maka dalam fenomena keseharian kita. Sering kali cenderung, tindakan kita tidak sesuai dengan realitas dan pastinya kita tidak bisa menghindar dari stigma dari dari orang-orang. Sebelum meletakkan suatu penilaian, alankah baiknya kita konsepsi terlebih dahulu. Maka tugas kita adalah menganalisa, refleksi, dan merenungkan apa-apa yang harus di evaluasi. Ketika manusia tidak memiliki landasan (Pengetahuan) dalam kehidupan sehari-hari, maka cenderung akan merasakan kehampaan dan lari dari kenyataan.
Manusia semakin jauh dari ke autentikannya (kekosongan jiwa). Manusia semakin jauh dari nilai-nilai leluhur nenek moyang mereka (Budaya) dan pengetahuan itu sendiri. Tapi itulah realitanya, kita tidak bisa mengubah semua orang di sekitar kita. setiap orang memiliki kepribadian, keyakinan, dan nilai yang berbeda. kita tidak dapat memaksakan mereka berubah sesuai dengan keinginan kita. Namun, kita memilih siapa saja orang yang layak dan pantas berada dalam hidup kita. kita dapat memilih waktu untuk menghabiskan waktu dengan orang-orang positif, suportif, dan inspiratif. Orang-orang yang dapat membuat kita nyaman dan bahagia. Orang-orang yang membantu kita menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
Menilai boleh, tapi jangan menghakimi, percaya diri itu penting, tetapi sadar diri itu jauh lebih penting. Orang-orang mungkin salah, tetapi ingat kita juga tidak selalu benar "INGAT"
"Lebih baik memiliki beberapa teman yang setia daripada banyak teman yang tidak setia."- Aristoteles
"Kualitas teman anda adalah refleksi dari karakter anda." - Seneca
"Kelilingi diri anda dengan orang-orang yang membuat anda menjadi orang yang lebih baik." - Oprah Winfrey
Yogyakarta. Pagi, 17 February 2024
HARAPAN
"Kamu sedih dan Menangis ?" Apakah ketika mendapatkan masalah, ketika marahi, ketika dapat nilai jelek, ketika di sakiti oleh kekasihmu, atau ketika di marahi sama keluarga.
"Di jalan ada rumah-rumah di gusur, di stasiun ada pedangan-pedangan di usir, di jembatan ada anak-anak kecil kelaparan, di gunung ada sampah berserakan, di facebook dan YouTube ada sesaudara di adu domba dan perang, kamu tidak sedih melihat itu semua. ?"
Apakah kamu tidak sedih melihat itu semua ? Lalu apakah kamu menangis ? Kemungkinan besar kamu mungkin sama dengan kebanyakan orang, bahwa kamu mengaku merasa sedih tapi tidak menangis melihat itu semua. Kamu dan kebanyakan orang hanya menangis ketika diri disakiti, dikhianati, atau apa-apa yang buruk menimpamu.
Apa yang kau sampaikan sebenarnya ? Orang-orang tidak fair (adil). Tidak bersungguh-sungguh merasakan sedih pada banyak hal. Kecuali jika sesuatu menimpa dirinya barulah mereka benar-benar merasa sedih, lalu menangis. Apa yang lebih egois dari orang-orang itu. Orang-orang berpura-pura. Termasuk ketika sedih. Mereka tidak benar-benar merasakan-nya.
Aku wajib malu pada kehidupan, jika merasa bersedih dan bisa menangis saat diri disakiti namun baik-baik saja melihat kekeliruan yang menyedihkan di dunia. "Mungkin benar." "Soe Hok Gie. Dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda,"
"Ucap EL, PEJALAN ANARKI. Persepsi orang-orang di jaman sekarang memang jauh lebih bisa membunuh seseorang ketimbang peluru atau apa-apa."
Yogyakarta 16 February 2024
KOTA
Dari desa, ke kota. Yogyakarta, satu lembah gemilang yang dikelilingi gunung gemunung, yang telah beratus tahun berdiri, tempat yang membuat setiap ia yang pernah dan kembali berperjalanan menuju mencari jati dirinya. Akankah sulit menentukan, apakah sedang pergi atau sedang pulang.
Di puncak-puncak, di desa-desa, atau di kota-kota. Yogyakarta, selalu berhasil membius sesiapa di dalamnya dengan kesejukan, ketenangan nan romantisme suasananya. Yogya, seakan-akan menjadi tempat seleksi alam untuk dihuni dan didatangi mereka, sesiapa yang hari-harinya sibuk dengan keindahan dan cinta.
Kota yang disebut-sebut dengan kota istimewah, tapi keistimewannya hanya tertuju pada tempat, wisata, kuliner, dan kampus. Tapi apa, tidak dengan kehidupan masyarakatnya, di pelataran jalan, dikolom jembatan, dan pengemis di mana-mana. Liatlah leluhurku dan nenek moyangku.
Negeri ini hanya jadi bahan candaan. Bukan lagi sibuk dengan kopi, buku, cinta alam, dan kasih sayang sesama manusia, terlalu banyak orang sibuk dengan dunia pekerjaan nya, sibuk dengan kekuasaannya, dan hanya sibuk mengisi perutnya sendiri. Tapi begitulah realitasnya, Segalah sesuatu harus di ukur dengan materi, di jalan ada rumah-rumah di gusur, di stasiun ada pedagang-pedagang di usir, di jembatan ada anak-anak kelaparan. dan apa rasa kasih sayang itu tidak pernah ada lagi, entah hilang kemana.
Penulis:Isra
Yogyakarta 18 February 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H