Mohon tunggu...
suhatril isra
suhatril isra Mohon Tunggu... Administrasi - selama ini berkegiatan dengan masyarakat pedesaan terkait isu pertanian berbasis sumber daya lokal

bertualang dari waktu ke waktu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pedagang Sate Bersedih Ketika Lebaran

30 Agustus 2011   19:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:20 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alangkah ironis , ketika semua orang merayakan kemenangan masih ada orang yang bersedih dan kecewa ketika hari raya Idul Fitri. Kok bisa?

Mereka adalah orang-orang yang telah membuat dan menyiapkan makanan untuk lebaran. Bagaimana tidak kecewa ketika ketupat, opor dan lontong telah selesai dibuat, ternyata lebaran diundur. Mau dimakan ama siapa? mau ditunggu besoknya, keburu basi.

Yang lebih parahnya lagi adalah kekecewaan dan kesedihan pedagang sate dan lontong sayur di dekat rumahku. Dia sangat mengharapkan tambahan pendapatan ketika lebaran, jadi dia membuat satenya tahun ini lebaih banyak. Malam setelah pengumuman mentri agama, aku bertemu dia(29/08), " kemana mau dijual sate yang banyak ini besok" ujarnnya Syafrizal, 34 tahun dengan wajah kecewa bercampur sedih.  Dia membuat sate daging 800 tusuk dan ketupat 300 buah, biasanya dia akan dapat untung sekitar 700 ribu, itu berdasarkan pegalaman tahun-tahun sebelumnya. Sekarang dia akan menanggung rugi. Mau tambah rezki buat beli baju lebaran anak, malahan rugi.

Dan memang dia akhirnya merugi, karena tidak banyak orang yang membeli satenya, karena belum semua orang berlebaran (30/08).  Begitu juga dengan Ijus penjual lontong sayur, walau tidak rugi banyak karena modalnya juga sedikit, tetapi dia tetap rugi. Mungkin hanya ditempatku, semoga tidak terjadi ditempat lainya.

Mau salahkan siapa? atau mau minta pertanggungjawaban siapa?

Perbedaan memang tidak masalah akan tetapi caranya yang tidak tepat, sehingga ada yang dirugikan. Semoga hal ini tidak terulang pada lebaran berikutnya.

Hari ini (31/08) aku bertemu lagi dengan si penjual sate, ketika kutanyakan berapa tusuk daging satenya yang tersisa, dia menjawab 1/3 nya, lebih kurang 300 tusuk. Habis bagaimana lagi, itu resiko berdagang ujarnya. Wajah yang kulihat kemaren duka, sekarang sudah tidak lagi walaupun dia masih kesal dengan penundaan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun