Mohon tunggu...
suhatril isra
suhatril isra Mohon Tunggu... Administrasi - selama ini berkegiatan dengan masyarakat pedesaan terkait isu pertanian berbasis sumber daya lokal

bertualang dari waktu ke waktu

Selanjutnya

Tutup

Nature

Desa "Milik" Kota

24 Agustus 2010   07:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:45 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita pernah ke desa, mampir sejenak di warung. Coba perhatikan apa yang ada dijual disana?. ada makanan minuman yang dibungkus oleh plastik-plastik dan kaleng, dengan beragam bentuk, warna, dan rasa. yang kesemuanya didatangkan dari luar desa (kota).

Ada mie instan dengan berbagai merk dagang. Mie sekarang sudah jadi makanan pokok ke 2 masyarakat Indonesia. Tidak hanya di kota di desa pun sama peringkatnya. Terkadang mie jadi menu pokok, terkadang pengganti laukpauk karena ketiadaan.

Ada minuman kaleng juga dengan berbagai merk dagang. ditambah lagi oleh permen, makanan ringan lainya.

dan yang lebih lucu lagi, ada kacang goreng dibungkus bagus dijual di desa yang hampir 100% penduduknya bertani.

belum lagi sekarang motor "kredit", yang hampir setiap orang punya walau belum jadi milik. setiap bulanya ratusan ribu angsuran yang harus dibayar. Semua berlomba untuk hidup "mewah" seperti di sinetron-sinetron yang disajikan TV kita. padahal mereka belum butuh.

dan yang lebih parah lagi menghisap uang dari desa adalah "pulsa"telpon. nominalnya sedikit tapi acap kali dan jumlah pemakainya juga banyak.

Lebih mirisnya Desa juga tempat pembuangan sampah an organik dari kota. Semua makanan yang ada dibungkus oleh plastik-plastik, kaleng, dll. Hampir semua merupakan yang tidak terurai oleh tanah. Desa telah menjadi sampah secara pelan dan pasti.

Masih banyak produk pangan, papan, sandang dan lainya. Semuanya dibuat dikota. Uang mengalir kekota dan produk barang mengalir kedesa. Desa pelan tapi pasti terjerumus dalam lingkaran setan kekotaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun