Mohon tunggu...
Isqi Mafaza
Isqi Mafaza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa tingkat 1 Universitas Gunadarma

@__faaza

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Penari Tradisional di Zaman Milenial

22 Juni 2021   21:00 Diperbarui: 22 Juni 2021   20:56 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Depok- Menjadi penari tradisional di zaman milenial ini sangat lah sulit. Disaat semua remaja ingin terlihat modern mengikuti budaya luar, tapi tidak dengan Amelia Febrina seorang mahasiswi Universitas Negeri Jakarta ini  dengan umur yang masih 19 tahun, Amel bisa menjadi Penari sampai menjadi Pelatih Tari dibeberapa tempat. 

Amel Febrina, pemilik kelahiran Jakarta 06 Febuari 2002 ini memiliki banyak alasan dan tujuan menjadi seorang Pelatih Tari, "Awalnya tujuan utama saya adalah agar materi tari yang sudah pernah saya pelajari tidak dilupakan begitu saja, karena saya juga bisa sharing ilmu, tetapi selain itu juga salah satunya sekarang sebagai mata pencaharian saya, sangat lumayan jika hobi yang disukai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat." Ujarnya. 

Sejak kecil Amel sudah mengikuti berbagai macam lomba tari dari menang kalah selalu di lewatinya, tetapi yang Amel dapat sekarang adalah pengalaman dan jam terbang yang lebih baik dihidupnya. 

"Saya mengajar tari sejak masuk kelas 1 SMA alhamdulillah sampai sekarang kuliah masih aktif sebagai mahasiswa sekaligus mengajar di bebrapa sanggar dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dikampus." katanya.  Menjadi Pelatih Tari sejak kelas 1 SMA itu adalah suatu prestasi yang harus di ketahui banyak orang. Jarang sekali di umur muda mau dan bisa menjadi orang yang sangat berpengaruh terhadap budaya tradisional. 

Berawal dari mengajar tari hanya ingin berbagi ilmu, merintis dari awal mengajar tari dari sekolah ke sekolah lainnya dan beberapa sanggar. Seiring berjalannya waktu hingga menempuh pendidikan yang lebih tinggi, hal itu malah menjadi kebiasaan dan menjadi rutinitas bahkan menjadi sebagai mata pencaharian Amel tersendiri. 

Mengatur waktu dan emosi menjadi hal tersulit bagi Amel, karna tak banyak anak anak SD/SMP yang menjadi murid tarinya. Bahkan banyak juga anak anak Tk disanggar menjadi muridnya juga, yang mana anak anak dibawah umur tersebut sangat harus ekstra melatihnya. Dan tempat biasa Amel melatih di Sekolah dasar yang berada di Depok dan Jakarta serta sanggarnya sendiri. 

Disaat perkuliahan berjalan mengatur waktu pun menjadi sulit tetapi amel tetaa bisa mengaturnya dengan caranya sendri "saya selalu membuat timeline jadwal perkuliahan dan kegiatan yang ada dikampus , lalu saya sesuaikan dengan timeline yang sudah saya buat kebetulan untuk perkuliahan dilakukan di hari senin sampai jumat , jadi saya mengajar hanya di hari sabtu dan minggu , tapi lain halnya jika ada target untuk mengikuti event atau lomba lomba otomatis saya harus latihan di biasa dengan jam yang menyesuaikan selesai perkuliahan."Ujarnya. 

Diantara banyak profesi yang beragam, tetapi Amel tetap dengan pendiriannya sejak kelas SMA 1 menjadi pelatih tari. Dan sekarang Amel terus menggali ilmu di Universitas Negeri Jakarta agar kelak dapat menjadi guru atau tenaga didik yang terdidik dengan baik. 

Semoga semakin banyak anak anak milenial yang memiliki pemikiran seperti Amel, dan menjadi anak kebanggaan bangsa Indonesia yang amat sangat banyak budayanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun