Minggu pagi, sahabatku telepon. Dia kabarkan bahwa Suparno, tetangga sebelah rumahku ditangkap polisi. "Suparno disangka teroris. Kemudian ditangkap dan dimasukkan ke penjara," begitu bunyi telepon temanku dari seberang. Lalu saya kabarkan ke pihak orang tuanya.
Tidak lama setelah dengar kabar itu, Suparno menerima surat dari bapaknya. Bapaknya menuliskan, "No, Bapak sudah tua. Sekarang sudah musim tanam jagung di kampung. Eh, kamu malah di penjara. Gimana ini? Gak ada kamu, kebun bapak tidak ada yang bantu nyangkul kebun."
Suparno tak habis pikir. Tidak perlu butuhkan waktu lama kemudian membalas surat bapaknya. Dia tuliskan, "Pak, kebun jangan dicangkul dulu untuk ditanamin jagung. Masalahnya saya sudah mengubur senjata, peluru serta bom di kebun itu."
Ternyata surat balasan dari Suparno disensor oleh sipir penjara dan langsung dilaporkan ke Pak Lurah selaku tim penanganan teroris. Besoknya datang satu peleton orang-orang dengan seragam loreng ke rumah bapaknya. Tanpa banyak omong, mereka langsung mencangkul kebun milik bapaknya seharian penuh.
Sore harinya setelah tim dan pelacak bom pulang, bapak Suparno kirim surat lagi, "No, tadi ada tim pelacak bom. Katanya cari senjata, peluru dan bom yang kamu tanam di kebun. Tapi gak ketemu, terus gimana ini? Bapak harus bagaimana?"
Esok harinya Suparno balas surat bapaknya, "Pak, kan Pak Lurah sudah bantuin nyangkul kebun bapak seharian. Sekarang tinggal tanam jagungnya Pak."
Sipir lagi-lagi menyensor surat balasan Suparno. Sipir langsung terkejut dan berteriak, "Gila lu Suparno!" Waspadalah terhadap tipu daya manusia ya. (*)