Aktiva dibagi menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang, investasi jangka pendek dan persediaan. Aset jangka panjang dibagi menjadi aset tetap dan aset tidak berwujud.  Menurut SAK, aset tidak berwujud adalah aset berwujud dan tidak berwujud yang memberikan hak finansial dan hukum kepada pemiliknya. Aset tidak berwujud tidak  secara individual termasuk dalam kategori aset lain dalam laporan keuangan. Beberapa jenis contoh yang masuk ke dalam aktiva tetap adalah patent, copyrights, merk dagang, franchise, leasehold, dan goodwill.Â
Intangible asset atau yang biasa disebut aktiva tetap tidak berwujud, memiliki pesona tersendiri untuk investor, dan sama berharganya dengan aktiva berwujud yang juga berada di perusahaan. Aktiva tetap tak berwujud memiliki dua karakteristik umum yaitu tidak terdapat wujud fisik dan tingginya ketidakpastian masa manfaat. Aktiva tetap tak berwujud tidak dapat dihindari dari adanya kegiatan dan aktivitas perusahaan, karena adanya masa manfaat yang tidak terhitung serta adanya perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif. Barton (2005) menjelaskan bahwa perusahaan, para paham analisis keuangan, investor, dan juga perumus kebijakan akuntansi, kini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap intangible asset itu sendiri, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap nilai buku dengan nilai pasar suatu perusahaan.
Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa bentuk fisik. Aset tersebut digunakan untuk tujuan memproduksi atau menyediakan barang atau jasa, menyewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan pengelolaan. Ketika aset tidak berwujud diakui dalam akuntansi :
- Perusahaan memiliki potensi untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset mereka.
- Biaya di dalam perolehannya tersebut bisa diukur dengan keakuntabelan. Aktiva tetap tak berwujud diakui dengan nominal sebesar dari harga perolehan.
Apabila aktiva tetap tak berwujud telah diperoleh dengan transaksi pembelian ataupun transaksi dengan penggunaan kas atau setara kas lainnya, maka hasil dari harga perolehan aktiva tak berwujudnya akan berjumlah sesuai dengan besar uang yang telah dikeluarkan atau masih akan dibayarkan. Dalam laporan keuangan, penyusutan atau depresiasi aktiva tetap diperlakukan sebagai beban yang nantinya akan disampaikan dalam laporan rugi/laba. Lalu terdapat akumulasi atau penjumlahan nilai penyusutan dari waktu ke waktu yang akan disampaikan dalam Laporan Posisi Keuangan atau Neraca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H