Keluarga kecil nan manis mengisi hari-hariku, canda tawa dari seorang ayah dan mama selalu menemaniku. Ayahku hanya seorang guru ipa di salah satu sekolah dekat rumahku, dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. Aku memiliki seorang abang yang selalu menjaga dan melindungiku. Ayahku selau pulang cepat untuk menghabiskan banyak waktu bersama. Di sore hari biasanya aku bersama abang dan ayah joging bersama dan ketika pulang mama sudah menyambut kami dengan makanan dan minuman segar yang telah dibuatnya. Setiap hari begitu, hingga rasanya aku tak ingin berpisa dengan keluarga kecilku.
Aku pun beranjak dewasa sekarang aku sudah duduk dibangku SMA. Sekarang tak ada lagi kebersamaan Tiffany kecil bersama keluarganya. Dikala aku berumur 10 tahun aku meliahat ayahku berubah, beilau lebih sering pulang larut malam dan kadang tak pulang kerumah. Aku sedang menunggu ayah ” ma, kenapa ayah sekarang pulangnnya malam, fany kangen duduk duduk santai bersama di sore hari” tanyaku pada mama, dan mama menjawab “ ayahmu sedang sibuk sayang”. Ku lihat wajah mama yang mulai sendu. Sekian lama aku dan mama menuggu ayah ternyata tidak pulang hari ini. Sore ini ayag pulang dengan wajah yang kusut. Akupun menghampirinya “ ayah kenapa baru pulang?, tadi malam aku dan mama menunggu ayah”. “ fany bisakah kamu keluar dari sini? Ayah lelah mau istirahat” katanya pada ku. Aku langsung cemberut dan berjalan keluar. Tak lama bang rino pulang dari les, “ fan kenpa? Cemberut aja” tanyanya. “ ini ni bang tadi aku ketmpat ayah dan ayah menyuruh ku pergi, padahal aku kangen banget sama ayah” kataku. “ yasudah kalau begitu mari kita main di taman”.
Keesokan harinya aku mendengar ayah dan mama bertengkar karena hal apapun aku tak pasti, dan aku mendengar suara bang rino mengancam ayah “ berani anda menyentuh ibuku, tak segan – segan kulayangkan pukulanku ke wajahmu” itu yang ku dengar dari luar. Akupun penasaran dan ku tarik gagang pintu dan melihatnya. Aku melihat mama sedang menangis dan ayah sedang terduduk. Bang rino melihatku di ujing pintu dan dia menyruhku auntuk kembali kekamar. Semenjak saat itu aku tidak pernah ayah pulang. Tak lama kemudian mama memutuskan untuk pindah keluar kota setelah mendengar bahwa ayah akan menikah lagi. Dan aku dititipkan bersama ayah. Sedih rasanya berpisah dengan mama. Aku sempat mengurung diri dikamar, tapi ayah selalu mendorongku untuk bangkit dan ceria lagi seperti dahulu.
Sekarng aku sudah kembali dan mulai beraktivitas serti dahulu dan aku banyak mengikuti perlombaa. Saat aku duduk di kelas 2 SMP semester 2 aku pindah mengikuti ayahku kerumah ibu tiriku.meskipun aku tidak bersama ibu lagi aku tetep berhubungan dengan ibu melalui surat Ayah yang terlalu memanjakanku membuat adik tiriku yang baru kutemui dirumah yang baru cemburu padaku. Dia selau menjailiku dan membuatku dimarah oleh ibu tiriku. Rasanya aku ingin pindah ke tempat mamaku. Suatu hari aku pulang membawa piala juara umum di sekolah, ayah memberiku hadiah spesialnya kepadaku, sebuah kalung dengan mainan bertulis namaku. Suatu hadiah yang tak pernah aku bayangkan. Tapi pada malam hari adik tiriku merebutnya dari ku, dia berkata “ kamu gak pantas mendapatkan ini, yang pantas itu aku” . aku hanya diam melihatnya, jika aku memarahinya ibu tiriku akan lebih memarahiku bahkan sampai di pukul. Keesokan paginya aku mendengar teriakan dari bawah. Ternyata itu suara kerin yang terjatuh dari tangga. Aku segera melihatnya. Kerin dibawa kerumah sakit dan kata dokter dia lumpuh sementara. Hari – hari berikutnya aku merawatnya dan mengajaknya jalan – jalan ke taman. Dan sepertinya dia mulai luluh ke padaku. Beberapa bulan kemudia dia sudah bisa berjalan kembali dan bermain bersamaku. Ternyata dia pintar juga. Saat aku pulang dengan piala kebanggaan ternyata dia juga membawa pulang pialanya dengan memamerkan ke padaku “ memengnya dirimu aja yang punya aku juga punya nih. Hehehe” katanya sambil tersenyum. Dan ayah sudah menyiapkan hadiah spesialnya unuk anak-anak kesayangannya. sekarang aku dan adik ku kerin menjadi bintang di sekolah kami masing masing dan kami terus menjadi kebanggaan orang tua kami.Akupun mengirim surat untuk mamaku.
Untuk mamaku tercinta.
mama apa kabar?. Disini anakmu tifani baik – baik saja. Mah aku disini hidup dengan bahagia aku perharap mama juga bahagia disana. Aku sekarang sudah duduk di kelas 2 SMA. Aku juga sudah banyak mendapatkan piala prestasi seperti yang mama harapkan. Mah aku rindu banget sama mama, aku berharap kita bisa bertemu dan bercanda seperti dulu. Nanti jika aku sudah benar – benar dewasa aku akan pergi ke tempat mama. Mama tunggu aku ya. Tiffany sayang mama.
Dari anakmu yang selalu menyayangi mu
TIFFANY
Waktu pun terus berlalu hingga gadis kecil yang di tengah masalah besar menjadi gadis yang hebat. Dan tetep terus kuat menghadapi masalah dan semakin dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H