Mohon tunggu...
isnan syah
isnan syah Mohon Tunggu... -

Seorang anak manusia biasa yang sedang mengembara jauh di belahan dunia untuk mencari bekal hidup agar berguna bagi agama dan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sehelai perjalananku tentang kemiskinan

18 Mei 2011   18:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:29 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini aku berangkat ke kampus bersama temanku untuk mengambil tasdikyang telah aku minta pada hari sebelumnya, untuk melengkapi laporan studiku di konsulerKBRIdi mesir.

Setelah urusanku selesai di kampus, akupun melanjutkan perjalananku ke asir di kantor konsuler KBRI disana, karna kampusku yang lumayan jauh dari metro zaida zainab akhirnya aku bersama temanku memutuskan untuk naik bis yang ada didepan kampus, sambil menunggu bis datang aku bersama temanku membeli minuman dan sebungkus rokok penghilang kejenuhan, lama kami menunggu bis itu tidak nongol-nongol akhirnya kami berjalan kembali ke makhatoh metro zaida zainab. Di pinggir jalan aku melihat ada seorang lelaki tua yang berpakaian lusuh, jenggot tak pernah terurus lagi berjalan kesulitan dengan membawa tongkat kayu, sekilas aku melihat orang tua itu seperti pengemis kebanyakan di pinggir-pinggir jalan di cairo ini, aku berniat untuk mengambil uang disaku untuk aku berikan kepadanya, uang itu masih aku genggam,karna jarakku masih agak jauh dengan lalaki tua yang sedang berjalan ke arahku dengan payah itu, walaupun nilainya tidak besar Cuma satu paund saja, tapi aku berfikir ini akan sedikit membantunya.

Sebelum aku benar-benar ada didekat lelaki tua itu, aku melihat seorang lelaki mesir berdasi dan berpakaian rapi keluar dari kantornya, melihat lelaki tua itu diapun mengambil uang disakunya untuk diberikan kepada lelaki tua itu, tapi apa yang terjadi kemudian, lelaki tua yang cacat kakinya yang terpotong sampai dipaha dan berpakaian lusuh compang-camping berjenggot tak terurus itu ternyata menolak pemberian orang mesir berpakaian rapi itu, kami semua kaget bukan main. Orang yang kami semua kira dia pengemis ternyata tidak mau menerima pemberian orang lain dan menolaknya, dan dengan tetap berjalan payah orang itu berlalu.

Aku dan temanku hanya bisa mengelengkan kepala melihat kejadian ini, orang yang kami anggap sebagai mengemis itu ternyata bukanlah pengemis, bahkan lelaki tua itu tidak mau walau hanya dianggap sebagai pengemis. Sungguh berbeda sekali dengan apa yang sering kulihat di pinggiran jakarta dan kota-kota besar lainnya diindonesia, seorang lelaki yang sempurna dari segi fisiknya, anak-anak muda yang menjadi pengamen dipinggir-pinggir jalan, seorang ibu muda yang menggendong anaknya sepanjang jalan kumitir yang sering kutemui, mereka adalah orang-orang yang mampu bekerja, berkreatifitas dan mencari rizki selain meminta dan mengamen, tapi mereka memilih jalan sebagai pengemis.

Aku hanya bisa menghela nafas berat mengenang perbandingan ini, di cairo selama aku disini tak pernah sekalipun aku melihat pemuda yang membawa gitar dan alat-alat musik lainnya untuk mengamen dipinggir jalan. Lain pemandangan yang saat ini sering aku lihat disini.

Dilihat dari segi geografis indonesia berbeda jauh dari mesir, karna indonesia adalah surga dunia, sumberdaya alamnya yang melimpah seharusnya cukup untuk mensejahterakan rakyatnya, bahkan menurut Gus Dur ketika beliau menjadi president indonesia, hutang indonesia sebenarnya bisa lunas hanya dari sektor kelautannya saja. Tapi mengapa kemiskinan begitu pelik melilit indonesia. Kemiskinan begitu merata diindonesia dari ujung pulau sumatra sampai ujung pulau jawa kita sering disuguhkan orang gila, para pengemis, anak-anak terlantar, keluarga tidak mampu, para pedagang asongan, pedagang kaki lima sampai para perampok-perampoknya yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya.

Aku gelisah, resah dan geram melihat kenyataan ini disini, perbedaan yang begitu kentara, antara dua negara yang secara georgrafis berbeda jauh, dari keseluruhan mesir yang hanya bisa ditempati hanyalah 40 persen saja, selain itu mesir hanyalah padang pasir yang ganas dan tidak bisa ditempati.

Memang tidak bisa dipungkiri adegan yang selama ini masyarakat indonesia tonton dari para penguasa, tokoh agama, tokoh masyarakat,para politisi partai hanyalah korupsi, menjilat kekuasaan dan mementingkan kedudukan pribadinya sendiri. Hingga tidak mengherankan jikalau masyarakatnya menjadi pengemis, pengamen, peminta-minta dipinggir-pinggir jalan, karna yang mereka anut adalah kebiadapan dari atasnya, para pemimpin bangsa yang bermental pengemis kekuasaan, dan para penjilat jabatan.

Sudah seharusnya indonesia merubah prinsip hidupnya dari mental pengemis, penjilat, menjadi masyarakat yang percaya diri terhadap bangsanya sendiri, tidak seharusnya orang indonesia bangga dengan merk-merk luar negri, kepercayaan ini harus segera tumbuh sebelum para penerus kita nantinya hanya akan menjadi kuli dinegrinya sendiri, menjadi pengungsi di negrinya sendiri dan menjadi pengemis di tanah air nya, ibarat lama mengatakan “ayam mati dilumbung padi”.

Salam dari cairo, untuk para pemuda penerus bangsa ”kita harus segera bangkit merubah dan melawan para penjajah itu dan menyuruhnya segera keluar dari negri kita.

Cairo, 19-05-2011.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun