Mohon tunggu...
Isnandar
Isnandar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Masih belajar dan tetap belajar dalam melihat, mendengar kemudian merefleksikan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rembulan

18 Juli 2019   19:54 Diperbarui: 18 Juli 2019   20:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rembulan di tepi ranjang. Rambutnya tersulur panjang. Wajah rembulan lebam. Matanya sembab. Menangisi nasib  yang terjerambab. 

Rembulan telah diperkosa malam tadi. Dipaksa bergumul dalam asap-asap industri. Demi terlaksananya cita-cita. Mari bersama membelenggu kaki dan tangannya.

Biarkan ia berfikir melahirkan ide cemerlang. Tetapi daya dan upayanya terpasung. Realisasi jangan sampai terjadi. Karena kami yang punya kendali. Sekarang giliran kita mengabdi.

Rembulan di tepi jurang. Wajahnya kering. Setelah permainan usai. Kini sepi mengurung hati. Meski lalat berterbangan di atas roti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun