Mohon tunggu...
Isna Amini
Isna Amini Mohon Tunggu... Administrasi - menulis untuk menyampaikan kegelisahan

karyawan swasta yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kena Jebakan PKS, Prabowo Khianati Cita-citanya Sendiri

9 Mei 2019   17:07 Diperbarui: 9 Mei 2019   17:38 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber. kapanlagi.com

Awalnya saya pada pendukung Prabowo-Sandi. Saya pikir koalisi ini bisa bawa negeri ini menuju Indonesia Raya. Bukan cuma Indonesia yang adil dan makmur, tapi Indonesia yang bersatu, berdaulat dan tenteram.

Tapi makin ke sini, saya lihat Koalisi Adil Makmur sama ambisius dengan kubu petahana. Kalau di kubu petahana banyak main akses kekuasaan, maka di kubu Prabowo fokus pada politik identitas/SARA.

Padahal politik identitas gak sesuai sama karakter kebhinekaan Indonesia. Makanya UUD 1945 sudah menolak politik identitas. Pancasila pun begitu. Maka kacau jadinya ketika politik identitas disuntikkan ke dalam aliran darah pertarungan politik di tanah air. Teramat gaduh, panas dan habis-habisan. Belum pernah kita mengalami situasi pemilu yang separah ini.

Padahal saya punya harapan besar pada Prabowo. Dulu dia figur yang bisa mengayomi semua. Makanya, meski kemudian dikhianati, Prabowo mau membawa Jokowi-Ahok ke DKI Jakarta. Waktu itu gak ada isu politik identitas yang dimainkan sebab PKS belum dekat dengan Prabowo-Gerindra.

Kini politik identitas sudah jadi strategi utamanya Prabowo. Mulai dari Pilgub DKI Jakarta, Pilkada Serentak 2018, hingga Pemilu 2019, isu politik identitas terus dimajukan Prabowo.

Malah pada Pemilu 2019, saran dan masukan SBY-Demokrat gak digubris. Padahal, SBY-Demokrat sudah wanti-wanti kalau politik identitas bisa mengancam keutuhan bangsa. Alih-alih jadi bahan intropeksi, pandangan baik itu malah bikin SBY-Demokrat diserang habis-habisan. Jasa-jasa SBY-Demokrat yang mendukung Prabowo-Sandi dilupakan kayak laku orang yang gak tahu terima kasih.

Hari ini kita lihat kalau pandangan SBY-Demokrat itu benar adanya. Politik SARA banyak mudharatnya. Di Pilpres, rekapitulasi KPU menyebut suara Prabowo-Sandi masih tertinggal jauh dari Jokowi-Ma'ruf Amin. Suara Gerindra diprediksi turun dari Pemilu 2014. Perolehan Demokrat dan PAN juga begitu. Partai Berkarya gagal mendudukkan wakilnya di Senayan. Satu-satunya yeng menangguk untung dari politik identitas/SARA cuma PKS. Tapi keuntungan itu harus dibayar mahal. terjadi pembelahan bangsa. Gesekan sosial tinggi. Masyarakat akar rumput saling serang. Apabila dulu Prabowo mau mendengarkan saran SBY, pasti Indonesia gak akan sekacau ini.

Kini politik SARA kembali dimainkan untuk memperkuat justifikasi kalau Prabowo menang Pilpres 2019. Bangsa Indonesia dikerahkan lewat narasi "people power" tapi ujung-ujungnya gak mau terima kalau kelak Prabowo diputus kalah oleh KPU. Alih-alih gerakan rakyat ala gerakan 1998, pendukung politik SARA sedang mencoba membunuh demokrasi.

Sekalipun ada kecurangan, demokrasi gak membuka ruang untuk bersikap semau gue. Pranata demokrasi Indonesia sudah menyediakan saluran yang solutif, yakni lewat Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi. Makanya Demokrat mendorong agar sengketa Pilpres diselesaikan pada koridor hukum bukan aksi jalanan.

Tapi apa boleh buat. Politik SARA yang ditiupkan PKS sudah membuat Prabowo terpeleset. Indonesia Raya yang dicita-citakan Prabowo habis dilumat politik identitas. Prabowo sudah mengkhianati cita-citanya sendiri akibat kena jebakan PKS.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun