Mohon tunggu...
Isna Mardotillah
Isna Mardotillah Mohon Tunggu... Akuntan - berikan yang terbaik dan selalu bersyukur, hanya manusia sederhana.

jangan menyerah atas impian yang kita raih, suksees bukan kunci kebahagiaan tapi kebahagiaanlah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumber Ilmu Pengetahuan

13 Desember 2019   13:47 Diperbarui: 13 Desember 2019   13:48 3822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap umat islam menganut kepercayaan, bangsa, kebudayaan dan peradaban sesuai dengan pandangan hidup masing-masing. Islam adalah nama agama yang lahir dari sebab turunnya wahyu ilahi kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu yang diturunkan ke Nabi Muhammad menjadi sebuah kitab suci yang bernama Al-Qur'an dan as-Sunnah, wahyu terakhir yang kandungannya sempurna. Kesempurnaannya dapat kita belajar dari ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur'an meliputi tuhan (Allah), keimanan, manusia, kehidupan, alam semesta, ilmu pengetahuan, akhlak. Hal ini menjadi sumber utama acuan manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan Allah SWT.

Ayat al-Qur'an yang pertama kali turun yakni perintah untuk "membaca", yang memiliki arti sesungguhnya untuk mencari ilmu. Selain itu, Rasulullah saw. juga memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu bahkan hingga ke negeri China. Terbangunnya suatu peradaban terjadi karena kebudayaan suatu masyarakat yang maju. Pada masa awal Islam perhatian Rasulullah saw. dan para sahabat sepenuhnya kepada al-Qur'an dan Sunnah. Barulah kemudian di masa setelahnya ilmu pengetahuan berkembang dengan luas. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam telah mencapai puncak kejayaannya beberapa abad silam.

Ketika ingin mengetahui dan memperdalam suatu ilmu maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memahami hakikat sumber ilmu. Sumber ilmu merupakan tanda-tanda yang ada di dalam alam semesta, yang ada dalam diri manusia sendiri, atau di dalam aspek lainnya. Allah SWT sebagai pemberi ilmu yang terbesar dan Allah SWT yang utama memberi ilmu kepada manusia. Sumber ilmu memiliki tiga garis besar diantaranya adalah akal, wahyu, dan ilmu pengetahuan.

Akal merupakan dianggap sebagai alat pengetahuan, akal lah yang sebenarnya menjadi alat pengetahuan sedangkan indra hanya sebagai pembantu saja. Akal mempunyai beberapa pengertian yang berbeda yaitu daya pikir, cara melakukan sesuatu dan kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungan. Akal digolongkan sebagai salah satu sumber ilmu karena akal yang mendorong pada akhlak dan akal yang mendorong pada pengetahuan.

Akal yang mendorong pada pengetahuan terdiri dari aspek kognisi (daya IQ) yang meliputi memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Sedangkan aspek afeksi (daya EQ) yang meliputi menghargai, mengkarakterisasi, dan merespon. Dengan akal dapat menggabungkan dan menyusun. Akal juga dapat memilah dan menguraikan. Selain itu, akan dapat bersifat membangun dan mengeluarkan pendapat atau pemikiran dalam mengefisienkan sesuatu. Akal dapat menarik kesimpulan, yang dimaksud dengan menarik kesimpulan adalah dapat mengambil sebuah keputusan atas kasus tertentu. Dan akal mempunyai kemampuan mengelompokkan segala yang ada di alam realita ke beberapa kelompok.

Akal sebagai menyambungkan cepat respon- respon sesuatu yang harus diberikan reaksi, berpikir yang cepat menyambungkan satu dengan yang lain. Ketika fungsi itu bener di sesuaikan dengan tempatnya maka akal normal tapi ketika responnya keluar dari ketentuan yang benar maka akal sedang bermasalah. Wahyu merupakan pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditunjukkan kepada orang yang diberi tahu tanpa di ketahui orang lain. Wahyu juga merupakan firman (petunjuk) Allah yang disampaikan kepada para nabi. Dari nabi kemudian di sampaikan kepada umatnya. Kepercayaan kepada Allah yang merupakan sumber pengetahuan terhadap nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini. Wahyu terdiri dari dimensi (doktren), dibaca (inklusivsme pemikiran) dalam shufi dan filsuf, wahyu dibaca dengan berbagai persektif dengan open minded, ilmu pengetahuan, teknologi.

Ilmu pengetahuan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sebagai manusia. Ilmu pengetahuan mencakup semua hal yang ada di alam semesta, di mana semuanya adalah ciptaan Allah SWT. Ilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari pergerakan dan perkembangan manusia di muka bumi ini. Hal ini dikarenakan ilmu sendiri berperan penting dalam peradaban manusia. Ilmu pengetahuan pesat pada masa modern, di mana masyarakat dianggap telah memasuki tahap berpikir rasional. Salah satu cara untuk menemukan kebenaran dari temuan pengetahuan dengan berpikir. Kegiatan berpikir adalah usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar atau kriteria kebenaran. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT merupakan sumber 

dari segala sesuatu. Ilmu dan kekuasaan-Nya meliputi bumi dan langit yang nyata maupun gaib, dan tidak ada segala sesuatu pun dari pengawasannya.

Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sudah dibuktikan secara kebenarannya dengan cara yang objektif yang dibangun berdasarkan fakta-fakta yang dapat disimpulkan serta dapat memberikan efek yang besar. Betapa tinggi perhatian islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslim untuk belajar dan terus belajar, maka islam pun telah mengatur dan menggariskan kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) agar mereka tidak salah dan tersesat. Ilmu pengetahuan yang digunakan dalam penalaran bersumber dari rasionalis atau fakta sehingga timbul paham rasionalisme (penelusuran) dan empirisme (pengamatan).

Jadi, akal yakni kalangan rasional, wahyu kalangan agama dan ilmu pengetahuan kalangan ilmuwan. Hubungan akal dengan wahyu adalah fungsional bukan struktural, akal tidak menjadi bawahan wahyu sebaliknya wahyu juga tidak bisa menjadi bawahan akal. Wahyu yang dikumpulkan di dalam kitab suci (Al-Qur'an) sebagai objek dari pemikiran karena agar wahyu menjadi pedoman hidup maka ada proses bagaimana akal pikiran itu memahami wahyu. Dua-duanya sama di ciptakan Allah, wahyu sebagai pedoman hidup manusia tetapi pedoman hidup wahyu itu hanya bisa dimungkinkan kalau akal itu mempelajari, memahami dan mengembangkan isi kitab suci (Al-Qur'an) sebagai pedoman hidupnya. Jika kitab suci (Al-Qur'an) di pahami oleh akal yang sehat maka tentu kitab suci (Al-Qur'an) akan menjadi arahan dari kesesatan hidup. Islam itu yang diturunkan melalui wahyu kepada seorang nabi agar wahyu tersebut disampaikan kepada umat manusia, dan pada sisi lain islam juga menghargai akal serta kedudukannya, dan menjadikan sebagai alat untuk memahami wahyu. Oleh karena itu, mengkaji wahyu tidak berarti mengabaikan kajian dalam perpektif ilmu pengetahuan, sebab dalam wahyu itu sendiri ditemukan berbagai begitu banyak ayat yang mendorong umat manusia untuk melakukan aktivitas berpikir di dalam mengkaji segala sesuatu terutam alam semesta demi terciptanya kehidupan yang beradab dan benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun