Mohon tunggu...
Shinee_na
Shinee_na Mohon Tunggu... -

Shinee_na

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tradisi Talaman

7 November 2017   07:56 Diperbarui: 7 November 2017   08:55 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi buta kala itu aku terbangun lebih awal dari hari sebelum-sebelumnya, usai sholat shubuh aku bergegas menuju dapur pondok. Ketika itu aku melihat beberapa santri putra dan putri sudah berkumpul di dapur belakang pondok pesantren. Kebetulan sekali kali ini aku mendapat giliran piket memasak bersama untuk pengajian rutin jum'at pagi. Beberapa santri putri pun telah bersiap-siap dengan lauk pauk yang telah matang serta ratusan buah talaman yang siap diisi nasi dan berbagai lauknya nanti.

Sedangkan para santri putra disibukan dengan kegiatan menanak nasi. Saat nasi dirasa sudah matang tutup dandang dibuka perlahan oleh para santri putra seketika itu kepulan uap nasi mengudara. Aroma khas nasi yang sudah matang membuat para santri kian bersemangat untuk menyiapkan makanan. Perlahan namun pasti sedikit demi sedikit nasi dari dandang dipindahkan ketempat nasi (wakul).

Sebagaian santri putri sudah duduk rapi di tempat yang telah disediakan dengan berbekal centong dan talam yang sudah tersedia maka dengan sigap nasi yang ada di wakul segera ditata sedemikian rupa kedalam talam. Sedangkan sebagaiannya lagi bertugas untuk memberi lauk pada nasi yang sudah tertata dalam talam. Kemudian setelah semuanya selesai kini giliran para santri putra yang bertugas untuk mendistribusikan nasi di talam ke jamaah pengajian untuk dimakan bersama usai pengajian.  Setelah nasi sudah terdistribusikan semuanya maka inilah momen yang ditunggu-tunggu yakni menyantap makanan bersama makanan yang ada di talam dan setiap talam biasanya diisi untuk 4-5 orang.

Tradisi makan bareng di pondok pesantren memang sejak lama telah ada dan dikenal masyarakat luas. Beberapa pondok pesantren khususnya pondok-pondok salaf masih memakai tradisi makan bersama. Dalam hal ini beberapa pondok pesantren memiliki julukan yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya dengan istilah mayoran, adapula yang menyebutnya lengseran. Begitupula di pondok pesantren yang saya tempati saat ini. Tradisi makan bersama di sebuah talam disebut dengan istilah talaman. Dimana tradisi makan bersama ini terjadi bukan hanya dalam ruangan, tapi juga sampai di ruang terbuka.

Bagi saya pribadi segala hal yang berbau pondok pesantren maupun ada di pondok pesantren itu adalah suatu hal yang unik dan menyenangkan, termasuk tradisi talaman ini. Ketika kita makan bersama atau talaman maka ada rasa kenikmatan tersendiri yang tak mampu dirasakan saat makan sendiri. Meskipun menu yang dimakan begitu sederhana tapi hal ini juga jauh terasa lebih nikmat.

Selain itu, kegiatan talaman ini juga memiliki berbagai manfaat untuk para santri, diantaranya yakni sebagai ajang untuk menambah dan mempererat persaudaraan. Ketika talaman maka kita akan dipertemukan dengan santri yang berbeda-beda. Mulai dari santri lama maupun santri baru yang akan bergabung menjadi satu. Maupun santri dari dalam kota maupun luar kota atau bahkan santri luar pulau juga ada. Nah, hal ini bisa kita jadikan kesempatan untuk mengenal santri satu sama lain.

Tradisi talaman juga dapat memupuk rasa kebersamaan para santri. Talaman merupakan salah satu tradisi unik dari berbagai tradisi yang ada di pesantren. Selain talaman, tradisi lain yang memupuk rasa kebersamaan yaitu ro'an (bersih-bersih) bersama, belajar bersama, tidur bersama dsb. Ketika talaman para santri juga diajarkan untuk saling berbagi dan mengasihi, berbagi nasi dan lauk yang ada di talam agar semuanya dapat merasakan nikmatnya makanan dan rasa rasa kebersamaan yang ada. Itulah mengapa kita tidak pernah mendengar adanya tawuran antar santri di pondok pesantren.

Kegiatan yang padat mulai dari pagi buta hingga malam petang dan selalu dituntut untuk bisa mengatur waktu sebaik mungkin seolah-olah menjadi makanan sehari-hari para santri. Tanpa disadari maupun tidak hal inilah yang membuat para santri terkadang merasakan lelah dan penat yang begitu dalam. Nah, melalui tradisi talaman inilah para santri bisa melepaskan rasa penatnya. Mereka bisa bercanda ria, tertawa bersama teman-temanya sampai bercerita panjang lebar tentang berbagai hal  yang ada di kampus maupun sekolahnya. Kalau sudah seperti ini maka rasa penat dan lelah seketika hilang dan yang ada hanya keceriaan.

Pelajaran lain yang dapat dirasakan dari talaman ini yaitu mengajarkan dan membiasakan kita untuk mencintai sebuah kesederhanaan. Talaman yang dilakukan dengan memasak menu makanan dan minuman seadanya atau biasa menjadikan santri senantiasa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan yang dimaksud bukanlah sederhana yang tidak memiliki apa-apa (miskin) melainkan kesederhanaan yang tidak mencintai hal-hal yang berlebihan.

Seiring perkembangan zaman, tradisi talaman bukan lagi cuma milik komunitas santri. Namun kegiatan dan tradisi semacam ini diyakini berasal dari pondok pesantren, dengan bukti bahwa golongan pesantren (santri, pengurus pondok dan kyai) adalah golongan yang paling sering menggelar acara dan tradisi tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun