Kata orang, pantai selalu menjadi tempat terbaik untuk melupakan kesedihan. Tapi, setiap kali Alna datang kesini, kesedihan itu tak bisa ia lupakan. Belum lagi, kenangan indah dalam pikirannya selalu berputar bagai mesin waktu.
                ***
Flashback
Suara bising keramaian di pusat kota belum juga berhenti, hari demi hari semakin banyak penduduk yang menempati kota ini. Alna tampak duduk termenung menunggu bus yang datang, sembari menggenggam sebuah buku ditangannya.
Rintik hujan kembali, awan mendung perlahan menutupi langit biru yang belum lama menampakkan keindahannya. Satu persatu rintik hujan membasahi bumi, Alna yang begitu senang tak menyadari jika dirinya perlahan basah terkena rintik hujan. Seorang lelaki yang melihatnya dari jauh, segera menghampirinya sembari membawa sebuah payung.
"Jika ingin hujan-hujanan setidaknya bukunya disimpan dulu", ucapnya sembari menatap Alna yang sedikit terkejut. Dengan sigap, Alna segera menggunakan payung tersebut. Tanpa basa-basi lelaki itu segera pergi meninggalkan Alna yang masih sibuk dengan pikirannya.
                 ***
Setelah kejadian tadi pagi, Alna menyibukkan dirinya dengan berbagai berkas dihadapannya, agar bisa melupakan lelaki tersebut yang sudah membuat jantungnya maraton tak menentu.
"Jaketmu sudah ku keringkan, lagipula kenapa tidak memberitahuku saja, biar aku bisa menjemputmu", omel Dini, teman kerja Alna, "aku hanya tidak ingin merepotkanmu saja", jawab Alna memelas, "sekarang hujannya semakin lama berhenti, jadi aku akan menjemputmu tiap hari. Lagipula, rumah kita kan searah",Â
"tapi..", Â "aku tidak menerima penolakan", tegas Dini dan segera pergi.
Persahabatan mereka terbilang sudah cukup lama, namun Alna tetap merasa tidak enak jika setiap saat selalu mendapat bantuan dari temannya itu.
                  ***
Saat perjalanan pulang Alna dan Dini sibuk mengobrol, hujan belum juga berhenti sejak tadi pagi. Namun, sebuah pemandangan dihadapannya membuat Alna harus menyuruh Dini untuk memberhentikan mobilnya. "Tunggu sebentar, aku tidak lama", jelas Alna. Ia sedikit berlari menuju sebuah toko bunga, tampak mencari sosok lelaki yang ia lihat tadi, "ada yang bisa kubantu?", suara rendah yang cukup dalam membuat Alna segera membalikkan badannya, "kamu lagi, kuharap kamu baik-baik saja saat terkena hujan tadi pagi", ucap lelaki tersebut sembari tersenyum ke arah Alna. "Aku ingin membeli bunga, menurutmu bunga apa yang paling cantik disini?", ucap Alna kikuk, lelaki tersebut tampak berpikir sejenak dan mengambil bunga aster putih, "sebentar lagi musim panas akan tiba, kurasa ini cocok denganmu", suara deheman yang begitu keras mengalihkan pandangan mereka berdua. "Alna, apa masih lama? aku sudah kelaparan", ucap Dini sembari merajuk. Alna segera membayar, dan bergegas pergi, "Alna", gumam lelaki tersebut.