Mohon tunggu...
Isnaini
Isnaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Administrasi Negara, Universitas Lampung

Seorang yang sangat suka mengabdi kepada negara dan memiliki minat yang tinggi terhadap pelayanan publik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Karakter Politik BJ. Habibie Melalui Kepemimpinannya dalam Masa Reformasi

21 April 2024   00:15 Diperbarui: 21 April 2024   00:45 5006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profil dan sejarah singkat B.J. Habibie:

B.J. Habibie juga dikenal sebagai Bacharuddin Jusuf Habibie merupakan figur yang sangat terampil dalam teknologi penerbangan. Ia sangat dihormati oleh masyarakat karena keahliannya dalam bidang tersebut. Selain sebagai pakar B.J. Habibie juga memiliki kontribusi dalam pengembangan teknologi penerbangan aktif dalam ranah politik. Ia mengawali jejak karir perpolitikannya di Indonesia sebagai konsultan pemerintah dalam keahlian bidang teknologi tinggi dan penerbangan. Pada tahun 1978, Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam Kabinet Pembangunan III. Ia mengemban amanat untuk mengisi posisi tersebut selama jangka waktu lima periode secara berkesinambungan dalam berbagai kabinet pembangunan sampai tahun 1998.

Tokoh B.J. Habibie dilahirkan di Pare-pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936, adalah anak keempat dari delapan bersaudara oleh pasangan Alwi Abdul Djalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspawordoyo. Setelah menghabiskan dua belas bulan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), Habibie diantarkan oleh ibunya guna melanjutkan studinya di Rhenisch Westphalian Technical University of Aachen, Jerman, pada tahun 1955. Di Jerman, Habibie menyelesaikan pendidikan tingginya selama lima tahun dan meraih gelar Diploma Teknik dengan predikat cum laude dari Fakultas Teknik Mesin, Jurusan Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan meraih gelar Doctor Ingenieur di bidang yang sama dengan predikat tertinggi. Selama masa mudanya, Habibie adalah seseorang yang konsisten dalam menjalankan ajaran Islam dan sering melakukan puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis. Pada tanggal 12 Mei 1962, dia melaksanakan ibadah pernikahan yang sah dengan Dr. Hasri Ainun Habibie, dan mereka dikaruniai dua putra serta lima cucu.

Karier politik B.J. Habibie dimulai ketika dia masuk ke dalam kabinet pembangunan setelah pertemuan bersama Presiden Soeharto setelah peristiwa Malari pada 28 Januari Tahun 1974. Dia kemudian dimohon untuk menjadi wakil presiden dan mendampingi Soeharto selama 25 tahun hingga Pemilu 1997, yang berarti dia menjadi wakil presiden selama 23 tahun. Sebelum menjabat sebagai wakil presiden, Habibie telah aktif di panggung politik selama 20 tahun sebagai Menteri Riset dan Teknologi, pengalaman ini kemungkinan memberinya kedewasaan politik yang cukup. Namun, menjadi wakil presiden bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan persiapan yang besar.

Gaya kepemimpinan BJ Habibie:

Kepemimpinan merupakan konsep untuk menguraikan bagaimana seseorang mengarahkan suatu komunitas atau organisasi menuju tujuan yang diinginkan. Gaya kepemimpinan adalah paradigma perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mengatur dan mempengaruhi individu lainnya untuk mencapai sebuah tujuan tersebut. Gaya kepemimpinan dapat bervariasi, yaitu: Gaya kharismatik, mencerminkan kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan menginspirasi orang lain dengan karisma dan kepribadian yang kuat. Gaya demokratik, menekankan partisipasi dan keterlibatan kolektif dalam pengambilan keputusan, memberikan kesempatan pada anggota tim untuk berkontribusi dan berbagi tanggung jawab. Sementara itu, gaya militeristik, seringkali ditandai dengan ketegasan, hierarki yang kuat, dan penekanan pada disiplin dan ketaatan. Gaya otoriter, cenderung mengarah pada kontrol dan dominasi yang kuat oleh pemimpin tanpa memperhatikan pendapat atau partisipasi anggota tim. Gaya diplomatis, menekankan pada diplomasi, negosiasi, dan kerjasama antara berbagai pihak dalam mencapai tujuan bersama. Terakhir, gaya transformasional, melibatkan pemimpin yang mampu menginspirasi perubahan dan inovasi, memotivasi orang lain untuk mencapai potensi terbaik mereka dan menciptakan visi yang kuat untuk masa depan yang lebih baik. Setiap gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri, dan seringkali seorang pemimpin akan menggunakan kombinasi dari gaya-gaya ini tergantung pada konteks dan kebutuhan yang dihadapinya.

Dari gaya kepemimpinan tersebut, BJ Habibie masuk kedalam kategori gaya kepemimpinan transformasional. Habibie dikenal sebagai pemimpin yang cerdas namun juga lugu dalam politik pada zamannya. Gaya komunikasi Habibie juga ditandai dengan spontanitas dan reaksi cepat tanpa mempertimbangkan risikonya. Dalam situasi emosional, dia cenderung bertindak dengan cepat, seolah-olah kehilangan kesabaran untuk menurunkan ketegangan. Dia tidak ragu untuk mengambil risiko, seperti keputusannya untuk melepaskan Timor-Timor dari Indonesia tanpa banyak mempertimbangkan kepentingan politik. Selama masa kepemimpinannya, Habibie memberikan kebebasan kepada pers dan mencoba untuk menjadi teladan dalam pergerakan menuju reformasi dari rezim Orde Baru. Sebagai seorang visioner, Habibie mampu melihat masa depan Indonesia dan berusaha untuk membawa negara ini menuju perkembangan yang kokoh. Meskipun masa kepemimpinannya hanya berlangsung selama satu tahun, Habibie mampu mengatasi berbagai krisis, termasuk krisis moneter dan reformasi, serta mengarahkan Indonesia menuju perbaikan.

Kepemimpinan yang telah dijelaskan diatas dapat dikategorikan kedalam sifat Dedikatif-Fasilitatif dimana selama pemerintahannya, kebebasan pers diperluas secara signifikan, yang mengakibatkan peningkatan demokrasi yang lebih signifikan. Ketika yang sama, banyak aturan hukum baru diperkenalkan. Hal ini dilihat dari masa jabatannya, BJ Habibie berhasil menghasilkan 66 undang-undang. Ini mencerminkan semangat yang tinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan pada masa itu. Salah satu contoh peraturan yang diterapkan pada era Habibie adalah Amendemen Undang-UndangNo. 7 tahun 1992 menghasilkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Perubahan ini menegaskan arah ekonomi Indonesia, dengan mengadopsi jiwa liberalisasi yang lebih besar dalam sektor keuangan dan perbankan daripada negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura. Hal ini terlihat jelas dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b yang isinya memberikan kebebasan bagi warga negara asing atau badan hukum asing untuk membentuk bank umum bersama warga negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia.

Dalam kepemimpinannya, Habibie dianggap sebagai pemimpin yang visioner. Dia mampu melihat ke depan dan merencanakan bagaimana Indonesia akan berkembang, serta mengantisipasi tantangan yang mungkin timbul di masa depan. Meskipun hanya memimpin selama satu tahun, Habibie dapat mengelola negara dengan tingkat maksimum dan penuh optimisme di bawah pemerintahan baru. Habibie juga terkenal karena menjadikan Indonesia sebagai produsen pesawat terbang menunjukkan kecerdasannya dalam memajukan industri tersebut. Gaya kepemimpinan Habibie meliputi tenaga, pemahaman, pengetahuan, kecerdasan, daya cipta, agama, integritas, keahlian berbicara, serta pengendalian dan keseimbangan mental dan emosional.

Kemudian, meskipun banyak prestasi yang telah dicapai oleh Habibie, seperti menciptakan pesawat N250 Gatot Kaca dan menulis buku-buku yang berharga, gaya kepemimpinannya juga terbukti memiliki kelemahan yang signifikan. Kecenderungannya untuk mengambil keputusan dengan cepat tanpa pertimbangan yang cukup dalam dapat menimbulkan risiko bagi negara, karena mungkin saja konsekuensi dari keputusan tersebut belum sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, meskipun memiliki dampak positif yang besar, kepemimpinan Habibie perlu dievaluasi secara kritis dan perlu diperbaiki di beberapa aspek agar lebih efektif dan berkelanjutan sebagai referensi pemimpin yang selanjutnya.

Tantangan BJ. Habibie dalam Menjadi Pemimpin:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun