PEMBELAJARAN NARRATIVE TEXT MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL KELAS IX di SMP AMPERA KARANG DAPO MUSI RAWAS UTARA
Isnaini Widiyati, S.Pd
A2G323030
Mahasiswa PPG Daljab Bahasa Inggris 2023
Universitas Jambi
Saat ini saya sedang mengikuti program PPG DALJAB dan saya juga merupakan mahasiswa PPG DALJAB Bahasa Inggris Angkatan II Universitas Jambi tahun 2023. Selain itu saya juga menjadi guru di SMP AMPERA Karang Dapo Musi Rawas Utara Sumatera Selatan.
Sehubungan dengan itu saya ingin berbagi pengalaman saya selama  PPL siklus 2 yang saya lakukan dengan materi yang saya ajarkan yaitu  kelas narrative text di SMP AMPERA Karang Dapo Musi di Rawas Utara Sumatera Selatan. Tujuan yang  dicapai dari praktik saya adalah meningkatkan kemampuan analisis struktur teks dan penyusunan narrative text untuk siswa IX  dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan bantuan Media Audio Visual. Selain itu, saya juga menggunakan TPACK ketika mempelajari narrative text. Seperti kita ketahui, membaca merupakan salah satu keterampilan bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa. Keterampilan membaca sangat penting untuk memahami informasi teks yang disajikan atau untuk memahami maksud teks tersebut. Sebagaimana dikemukakan (Muflihah, 2016:2), keterampilan membaca adalah keterampilan yang ditujukan untuk memahami gambaran umum  isi yang dibaca. Oleh karena itu, sehubungan dengan latihan ini, saya  ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis isi bacaan yang terkandung dalam narrative text. Siswa kemudian dapat menyusun narrative text dengan benar.
Proses pembelajaran merupakan tahapan pelaksanaan dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa serta saling berkomunikasi dalam situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Dengan adanya hasil belajar kita dapat mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran di sekolah tersebut.
(SITUASI) Permasalahan utama dalam praktik pembelajaran ini disebabkan oleh beberapa faktor  baik  guru maupun siswa sehingga  pembelajaran dirasakan kurang optimal dan efektif dalam proses pembelajaran. Faktor  guru adalah kurangnya  guru dalam menerapkan model pembelajaran  inovatif. Selain itu guru masih menggunakan metode  pembelajaran tradisional di kelas seperti metode ceramah yang hanya berpusat pada guru sehingga membuat siswa bosan mengamati pembelajaran yang diberikan, karena siswa hanya menerima  apa yang dijelaskan dalam pembelajaran. Metode tradisional ini  selalu diterapkan dalam pengajaran di  kelas karena dianggap sebagai metode pengajaran yang tidak terlalu sulit untuk diterapkan karena hanya menjelaskan materi  kepada siswa. Lalu masih kurangnya pemanfaatan teknologi sebagai alat pembelajaran yang seharusnya mampu menunjang pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan bagi siswa. Dampak yang dialami siswa yaitu masih kesulitan  mengembangkan ide yang diungkapkan secara tertulis, serta rasa tidak percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat, terutama dalam  diskusi atau presentasi karya di depan kelas. Maka sangat penting untuk membagikan praktik pembelajaran ini  karena praktik  pembelajaran ini dapat memotivasi saya untuk mengembangkan keterampilan saya sebagai guru di kemudian hari, dengan menggunakan model dan metode yang tepat dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memahami pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu juga berbagi pengalaman dengan guru yang mempunyai permasalahan  pada saat pembelajaran, misalnya bagaimana memotivasi siswa dalam belajar, bagaimana menggunakan media yang  sesuai dengan karakteristik siswa sehingga menggali minat siswa khususnya pada materi narrative text. Teknologi yang digunakan dalam pembelajaran memberikan pengaruh yang sangat  positif terhadap minat siswa dalam  belajar di kelas.
(Tantangan) Adanya kendala dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah menjadi tantangan dalam memaksimalkan  pembelajaran. Guru masih mengalami kesulitan dalam merancang dan membuat bahan ajar yang menarik dan inovatif  sesuai dengan tujuan pembelajaran modul pembelajaran. Selain itu, manajemen waktu juga mempengaruhi guru ketika merencanakan pembelajaran. Karena tuntutan kurikulum, guru harus bekerja dengan semua alat administratif yang  membutuhkan waktu untuk diselesaikan. Oleh karena itu, guru tidak lagi memiliki cukup waktu  untuk menciptakan model pembelajaran yang menarik dan inovatif yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran siswa. Kemudian beban kerja guru yang terlalu berat dan tugas-tugas lainnya, apalagi di sekolah tempat saya mengajar kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Tantangan pembelajaran kemudian adalah sulitnya menugaskan dan menyajikan materi dan LKPD yang  sesuai dengan gaya belajar siswa, atau saat ini sering kali pembelajarannya berdiferensiasi. Kesulitannya adalah guru perlu mengetahui dan melihat keterampilan dasar semua siswa mengikuti tes diagnostik yang  membutuhkan waktu untuk melihat kinerja mereka dalam pertemuan tersebut. Setelah itu, guru dapat memetakan kemampuan siswa sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Selain itu, guru jarang memberikan pembelajaran yang relevan dan kontekstual kepada siswa, sehingga siswa tidak menerima pembelajaran  bermakna berdasarkan pengalaman dunia nyata.Â
Oleh karena itu, guru harus mampu menemukan model, metode dan pendekatan yang tepat untuk mengatasi kesulitan siswa selama  pembelajaran di kelas. Selain itu, guru hendaknya mengetahui cara menggunakan perangkat pembelajaran yang tepat dan inovatif sesuai dengan karakteristik siswa yang menyesuaikan dengan materi pembelajaran. Oleh karena itu, saya mencoba menyelenggarakan pengajaran dengan menggunakan model, metode dan pendekatan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas dan meningkatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran. Oleh karena itu, pada PPL siklus kedua ini saya menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan menggunakan media visual untuk merangsang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Karena dalam model pembelajaran berbasis masalah ini, siswa dipaksa untuk berpikir kritis dengan  mengidentifikasi dan memecahkan masalah pembelajaran yang ditemuinya. Selain itu, metode diskusi dan tanya jawab yang saya gunakan mendorong siswa untuk lebih aktif mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Kemudian, pendekatan yang berpusat pada siswa dan TPACK membuat siswa jauh lebih aktif  berdiskusi dengan kelompok untuk memecahkan masalah pembelajaran yang mereka temui.
(AKSI) Berdasarkan tantangan yang dihadapi guru, berikut langkah-langkah  penerapan model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media audio visual, yang bertujuan untuk membangkitkan minat dan partisipasi siswa dalam  pembelajaran materi narrative text dengan cerita mengambil legenda nusantara yaitu kisah Malin Kundang berasal dari Sumatera Barat.
Â
Pada Sintaks 1, guru memperlihatkan gambar dan  video yang berkaitan dengan materi narrative text tentang kisah Malin Kundang. Disini mereka juga sangat antusias karena  bisa menyimak narrative text melalui  cerita legenda Malin Kundang. Setelah menonton video, guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait gambar dan video yang disajikan. Disini siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pertanyaan.
Pada sintak 2 guru membagi dalam beberapa kelompok dan memberikan LKPD serta menjelaskan secara detail apa permasalahan pembelajaran yang mereka harus selesaikan dari LKPD yang sudah diberikan. Disini peserta didik juga terlihat aktif berdiskusi dan berkolaborasi dengan teman 1 grup untuk mendiskusikan permasalahan yang harus mereka kerjakan bersama-sama.
Pada sintak 3 peserta didik sudah sangat aktif bertanya kepada guru terkait LKPD yang mereka rasa belum paham dan butuh bimbingan dalam pengerjaan LKPD. Guru memberikan bimbingan kepada kelompok satu persatu.Â
Pada sintak 4 peserta didik menyajikan dan mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas. Semua anggota kelompok berpartisipasi dalam menyampaikan presentasinya terkait permasalahan yang sudah mereka pecahkan secara bersama-sama pada sintak sebelumnya.
Pada sintak 5 peserta didik bersama guru mengevaluasi hasil karya kelompok yang presentasi dan memberikan apresiasi kepada kelompok yang terbaik. Kemudian merefleksikan proses pembelajaran serta mengerjakan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam belajar.
(REFLEKSI) Â Dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) yang didukung media audio visual berbantuan TPACK, siswa akan mampu menyelesaikan masalah secara kritis dan ilmiah. Siswa dilatih untuk berpikir kritis, analitis, kreatif dan komprehensif, serta mampu menghubungkan apa yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa dapat menemukan ide dan meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Siswa lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Penayangan video pada saat proses pembelajaran meningkatkan minat siswa dalam memberikan materi pembelajaran. Model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan aktivitas siswa di kelas dan membuat suasana kelas di SMP AMPERA Karang Dapo Musi Rawas Utara menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H