Mohon tunggu...
Isnaia Juniar
Isnaia Juniar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah mahasiswi dari Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menghadapi Banjir di Kota Samarinda: Tantangan dan Solusi Bersama

22 Desember 2023   22:17 Diperbarui: 22 Desember 2023   22:19 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Banjir, sebagai bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, khususnya pada musim hujan, dapat menimbulkan dampak serius baik dari segi materi, kesehatan, maupun jiwa bagi penduduk yang terdampak. Kota Samarinda mengalami peristiwa banjir terbesarnya pada tahun 1998, di mana Sungai Karang Mumus, yang merupakan saluran drainase utama kota dan bermuara di Sungai Mahakam, mengalami penurunan kapasitas. Akibatnya, selama musim hujan, seringkali terjadi luapan air yang menyebabkan banjir. Hingga saat ini, setiap kali hujan turun selama 2 hingga 4 jam, Kota Samarinda rentan tergenang air, mengakibatkan gangguan pada sebagian besar aktivitas warga dan masyarakatnya.

Banjir disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penumpukan sampah di parit atau selokan, kurangnya daya serap tanah akibat pemukiman padat, curah hujan tinggi, penggundulan hutan, perilaku pembuangan sampah sembarangan, dan padatnya pemukiman warga. Banjir muncul tanpa memandang lokasi atau siapa yang tinggal di wilayah tersebut, sehingga bencana banjir tidak dapat dihindari. Meskipun demikian, dampaknya dapat diredam melalui langkah-langkah penanggulangan banjir. Salah satu wilayah yang sering kali menjadi korban banjir adalah Mugirejo, sebuah kelurahan di kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

Banjir di Kawasan Mugirejo tidak hanya mengakibatkan gangguan pada kegiatan sehari-hari penduduk, tetapi juga menghadirkan ancaman terhadap nyawa mereka. Banjir memiliki potensi untuk menyebarkan penyakit seperti diare, demam tifoid, dan malaria. Selain itu, dampak banjir juga dapat merusak struktur rumah, perabotan, dan barang berharga milik warga. Akses masyarakat ke fasilitas umum seperti sekolah, pasar, dan puskesmas juga dapat terhambat akibat banjir. Anak-anak, khususnya, berisiko mengalami gangguan dalam pendidikan dan perkembangan mereka akibat bencana banjir ini.

Sabtu sore, yakni pada tanggal 16 Desember 2023 pasca-hujan, kawasan Mugirejo di Samarinda Utara mengalami keadaan lumpuh karena terjadi kebocoran pada tanggulnya. Situasi terakhir setelah hujan menunjukkan bahwa kawasan tersebut mengalami banjir parah, menyebabkan ratusan rumah dan beberapa kendaraan roda dua dan roda empat terperangkap di tengah genangan air. Akibat intensitas hujan yang tinggi dan arus air yang meluap di kawasan lempake, tanggul tambang batu bara milik PT. Egi Limbuh folder air lavender Talang Sari Lempake mengalami kebocoran, menyebabkan aliran air melambat dan kawasan tersebut semakin terendam. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena air terus meninggi, membuat warga masih terjebak dalam genangan air dengan arus yang cukup deras.

Ketinggian banjir yang hampir mencapai satu meter ini tidak hanya mengakibatkan gangguan dalam aktivitas warga, tetapi juga menyebabkan kelumpuhan total dalam arus lalu lintas. Akibat dari genangan banjir yang tinggi, kawasan Jalan DI Pandjaitan tidak dapat dilalui oleh kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Bahkan, banyak pengendara sepeda motor yang terpaksa harus mendorong kendaraannya karena mesinnya mati setelah terjebak di tengah genangan banjir yang cukup dalam. Seorang warga bernama Suroso mengakui bahwa ia terpaksa mendorong sepeda motornya karena mengalami mati mesin akibat genangan air tersebut. Dampak dari banjir ini membuat Suroso mengalami kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 2 juta, karena sepeda motornya mengalami kerusakan mesin yang cukup parah. Selain itu, ratusan rumah di Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, juga ikut terendam banjir dengan ketinggian air lebih dari satu meter.

Terdapat beberapa solusi untuk mengatasi masalah banjir, di antaranya adalah dengan menciptakan kesadaran pada setiap individu atau kelompok melalui budaya malu, membuat mereka merasa bersalah, dan menyadari bahwa mereka selalu diawasi oleh pemerintah dan masyarakat sekitarnya jika melakukan pencemaran lingkungan dalam bentuk apapun. Oleh karena itu, sejak usia dini, setiap individu perlu ditanamkan kebiasaan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan memiliki keberanian untuk menegur orang yang membuang sampah sembarangan di sekitarnya. Selain itu, penting untuk melakukan sosialisasi, yang dapat berupa himbauan yang dilakukan oleh pemerintah dengan bantuan Dinas Kebersihan. Sosialisasi tersebut bertujuan menciptakan rasa bangga pada setiap individu dan masyarakat tentang betapa pentingnya menjaga kebersihan kota dan lingkungan sekitar, dan perlu ditingkatkan secara terus-menerus. Dengan cara ini, setiap individu akan semakin termotivasi untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan berpartisipasi secara aktif dalam tindakan kreatif dan inovatif dalam pengelolaan sampah.

Selain itu, diperlukan pelaksanaan gotong royong secara berkala, setidaknya dua minggu sekali, untuk membersihkan sungai agar sampah dan lumpur tidak menumpuk. Kegiatan ini sebaiknya melibatkan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, masyarakat perlu memiliki kesadaran tinggi untuk tidak membangun rumah di bantaran sungai, terutama di atas sungai, karena tindakan tersebut pasti akan mengganggu aliran air.

Melakukan reboisasi juga merupakan langkah preventif terhadap banjir di lingkungan sekitar. Kurangnya jumlah pohon menjadi salah satu penyebab umum terjadinya banjir, sehingga perlu dilakukan reboisasi sejak dini untuk mencegah terjadinya banjir di lingkungan rumah.

Dalam menangani banjir, perlu mempertimbangkan karakteristik Kota Samarinda yang relatif datar dan adanya hambatan pasang-surut. Oleh karena itu, langkah-langkah penanganan perlu difokuskan pada pemotongan puncak banjir di hulu. Ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, termasuk pembangunan kolam retensi, perlebaran kapasitas alur sungai, dan penyimpanan air di hulu melalui pembangunan waduk atau bendungan, yang menjadi sangat penting dalam menjaga kesinambungan penanganan banjir.

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi banjir di Kota Samarinda. Peran Pemerintah Daerah dalam upaya penanggulangan bencana alam adalah suatu sistem yang menjadi kebutuhan pokok setiap daerah, berperan sebagai lembaga yang menangani aspek keselamatan dan keamanan bagi seluruh penduduk. Mengantisipasi potensi bencana sejak dini menjadi langkah krusial untuk meningkatkan kewaspadaan dan mencegah terjadinya kerugian materi maupun kehilangan nyawa.

Selain peran pemerintah daerah, partisipasi masyarakat juga memiliki peran krusial dalam memberdayakan kehidupan sehari-hari mereka, menciptakan rasa aman, dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi risiko bencana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penanggulangan bencana alam di Kota Samarinda dapat dikategorikan baik, sesuai dengan testimoni masyarakat yang menjadi korban banjir. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat terlihat dari partisipasi aktif dan keterlibatan dalam persiapan serta penanganan saat terjadi bencana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun