Mohon tunggu...
Isnaeni Setyaningsih
Isnaeni Setyaningsih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Coretan Dini Hari: Tentang Sleman dan Impian

6 Februari 2014   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:07 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sleman… Siapa yang tidak tahu atau tidak pernah mendengar kata Sleman? Sleman itu banyak hal. Sleman adalah nama sebuah kabupaten di utara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sleman adalah tentang keindahan alam yang amat sangat. Sleman adalah tempat dimana Gunung Merapi—gunung berapi yang masih aktif di Indonesia—berada. Sleman adalah tentang kehidupan. Sleman adalah tentang kecintaan. Sleman adalah tentang kebanggaan.

Banyak hal yang menggambarkan Sleman, tergantung dari segi mana seseorang melihatnya. Di atas tadi adalah sedikit tentang Sleman bagiku. Karena aku lahir di Sleman, 29 Agustus 1994. Karena aku berpijak dan hidup di tanah Sleman. Karena aku menghirup udara Sleman. Dan salah satu alasanku mencintai Sleman adalah karena disini ada kebanggaanku, PSS Sleman.

Coretan tengah malam menjelang pagi ini aku tulis setelah aku membaca tweet dari temanku. Tentang sebuah cinta dan kebanggaan akan Sleman yang teramat sangat. Sleman dalam bentuk sepakbola: PSS!

Aku memang tidak seperti mereka yang sudah sedari kecil mengenal, dekat, mencintai dan mempertahankan cinta mereka pada PSS. Aku memang baru dalam mengenal PSS, aku akui. Aku mengenalnya bahkan setelah usiaku 18 tahun. Delapan-belas tahun bukanlah usia anak-anak untuk mengerti tentang kecintaan akan satu hal. Dan aku akui, aku menyesal untuk satu hal: kenapa aku baru mengenal PSS sekarang? Kenapa tidak sejak dulu saja, jadi aku bisa berbagi cerita pada anakku kelak bahwa ibunya mempunyai cerita besar tentang kejayaan tim lokal yang membanggakan?

Ahh, sudahlah. Waktu memang tidak bisa diputar ulang. Inilah hidup yang terus berjalan ke depan tanpa bisa kamu berjalan mundur sepersekian detik pun. Yang bisa aku lakukan saat ini adalah belajar mengenal dan mencintai mereka yang menjadi bagian dari yang aku cinta. Mereka datang dan pergi setiap musimnya, bahkan di saat kompetisi berlangsung, tapi aku dan yang lain berusaha untuk tetap tinggal dan berdiri bersama.

Aku ingin, beberapa tahun lagi aku akan menikah dengan seseorang yang juga mencintai PSS, yang kami berdua bisa bersama berdiri berdampingan tidak saja dalam rumah tangga tapi juga berdampingan dalam mendukung mereka di lapangan. Berdiri dan berteriak bersama pasangan adalah keinginanku untuk saat ini. Kemudian aku akan memiliki dua orang anak—putra dan putri—yang akan kami ajarkan kecintaan pada tim kami.

Agar kami bisa bercerita pada mereka tentang perjuangan kami, tentang sejarah tim, tentang awal mula pertemuan kami hingga menikah, dan kami akan mengajak putra dan putri kami berdiri bernyanyi lantang di tribun. From father to son, from mother to daughter, mungkin begitu kira-kira.

Coretan-coretan dini hari yang kerap aku ciptakan ini menjadi saksi bagaimana aku menuliskan jejak langkahku setelah mengenal PSS. Aku yang mulai menulis di laman website portal berita, aku yang mulai mengenal orang-orang sekretariat, aku yang mulai “bercuap-cuap” di radio komunitas dan lainnya. PSS adalah salah satu alasan terbesarku untuk menulis cerita. Satu alasan untuk aku memiliki impian seperti apa keluargaku kelak. Karena PSS juga yang telah membuatku mewujudkan salah satu impianku: menjadi penyiar radio.

Tidak pernah habis saat membahas tentang Sleman. Sleman adalah tentang kehidupan, kecintaan, kebanggaan, dan lainnya. Sleman tak hanya tentang PSS, tapi PSS adalah tentang Sleman. Kesatuan yang tidak akan pernah bisa terlepas hingga dunia ini berakhir. Selama masih ada nafas kehidupan di Sleman, berabad-abad yang akan datang pun akan selalu ada nama PSS Sleman, dan saat menarik garis dari PSS Sleman, kami akan ada bersamanya.

Coretan tengah malam ini adalah apa yang ada dikepalaku. Mutlak milikku yang aku tuangkan dalam susunan kata, dan kalian yang membaca ini tidak berhak mengecamku. Coretan ini hanya tentang angan, impian, cinta, harapan, dan keinginanku yang beberapa sudah terwujud dan beberapa masih menunggu diwujudkan di masa mendatang.

30 Januari 2014, 03.42 WIB

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun