Tahukah? Karya seni tradisional Reog Ponorogo merupaka salah satu karya seni budaya yang menjadi identitas budaya nasional. Karya seni ini telah menjadi pusat perhatian masyarakat, baik lokal, nasional maupun internasional. Â Saking populernya Reog Ponorogo ini, membuat Malaysia sepanjang 2012 hingga 2017 sebanyak tujuh kali berusaha untuk mengklaimnya. Sejarah dari kesenian Reog Ponorogo itu sendiri turut menjadi alur yang tidak bisa terlepas dari kesenian ini, dan menjadi suatu keunikan tersendiri.
Namun tidak banyak dari para pemuda yang turut bergabung melestarikannya karena memang sebagian besar yang mementaskan kesenian Reog Ponorogo ini adalah para generasi tua. Banyak dari para generasi muda yang berlatih, namun tidak sebegitu sering mereka melakukan pentas, atau bisa dikatakan jarang.Â
Lantas bagaimana selanjutnya jika tidak ada lagi generasi sebagai penerus dari kesenian ini? Sudah tentu itu menjadi suatu masalah yang berarti. Kita hidup bukan pada zaman dimana teknologi masih minim, dan berkirim pesan selalu mengandalkan pos, kita hidup pada era yang mana dunia itu terasa lebih sempit dan komunikasi lebih mudah terjalin, perkembangan semakin maju, dan selalu hidup dalam persaingan berbagai bidang, entah itu persaingan pendidikan, persaingan ekonomi, persaingan teknologi, sampai pada persaingan kebudayaan.
Indonesia di kenal dunia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, dan sangat beraneka budaya nya. Bagaimana untuk menjaganya? Setiap wilayah mempunyai kebudayaannya masing-masing, dari kebudayaannya yang masing-masing tersebut, harus ada regenerasinya masing-masing.
Usaha peremajaan Reog Ponorogo perlu dilakukan agar kesenian ini tetap lestari dan tidak kembali di klaim oleh bangsa lain. Regenerasi seniman perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya. Regenerasi seniman Reog Ponorogo dapat ditinjau dari beberapa segi, diantaranya yaitu:
- Yang pertama adalah dengan melihat jenisnya, secara garis besar, jenisnya yaitu reog obyog dan reog festival. Berbeda jenis, maka menyebabkan proses regenerasi seniman yang terjadi pada masing-masing jenis tersebut juga berbeda.
- Yang kedua yaitu ditinjau dari jalurnya, ada formal dan non-formal. Untuk regenerasi dari reog obyog, ini terjadi secara alami, tidak resmi, dan tidak juga tersruktur. Sedangkan untuk regenerasi seniman reog festival ini dilakukan secara resmi dan terstruktur. (Supariadi, Warto, 2015: 17).
Kita sebagai generasi penerus dan pemangku kebudayaan bangsa selanjutnya, senantiasa perlu untuk turut turun tangan dalam hal pelestarian budaya, agar kebudayaan tidak punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H