Minum air teh merupakan kebiasaan Saya di rumah yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Ketika minum air putih saja terasa ada yang hilang dan kurang. Tapi itu dulu ketika masih belum berkeluarga alias masih status bujangan dan tinggal di rumah orang tua. Rata-rata minuman di rumah orang sunda adalah air teh. Namun semenjak ada kebiasaan menggunakan air dispenser, kebiasaan minum air teh agak berkurang, tapi itu menurutku.
Kebiasaan air teh yang kami minum adalah teh tubruk yang tehnya berupa batang-batang teh. Rasa air tehnya tidak terlalu pahit, dan saya meminumnya tidak menambahkan gula ke dalamnya. Air teh ini terasa nikmat ketika dalam keadaan hangat, dan nikmat pula ketika siang hari meminumnya dalam keadaan dingin ataupun panas. Mungkin sudah menjadi kebiasaan meminumnya sejak kecil, makanya terasa nikmat meminumnya dalam kondisi apapun.Â
Meminum teh jenis ini terasa nikmat ketika selesai makan siang di dekat sekolah tempat bertugas. Air tehnya hangat dan ketika sesudah meminumnya maka langsung saja badan ini berkeringat, apalagi tempat tersebut memang berhawa panas. Atau sebaliknya, ketika pulang sekolah atau bekerja dalam kondisi gerah dan panas, kemudian meminum teh tubruk ini dalam kondisi dingin, maka terasa sekali kesejukannya.
Berbeda dengan kebiasaan meminum teh di daerah jakarta tempat keluarga ayah berada. Mereka terbiasa meminum teh tubruk yang tehnya halus dan apabila disajikan akan di saring terlebih dahulu. Karena rasa teh jenis ini terasa pahit, maka biasanya ditambahkan gula pasir. Dan tentunya rasanya sangat nikmat, namun Saya tak terbiasa menikmatinya karena Saya lebih terbiasa dengan rasa teh di tempat saya tinggal. Biasanya penyajiannya disertai kue-kue yang rata-rata berasa manis, sedangkan saya lebih suka makanan yang agak asin.
Berbeda dengan penyajian teh yang dilakukan oleh kawan-kawan satu kosan yang berasal dari jawa tengah (daerah tegal). Mereka menggunakan teh yang berasal dari daerahnya dengan menyajikannya dalam kendi. Rasa minuman teh ini sungguh nikmat karena lebih sejuk dan khas. Teh yang digunakan merupakan teh yang diproduksi pabrik teh dari daerah mereka, biasanya mereka menambahkan gula ke dalamnya. Saya sering mampir ke kamar mereka dan ikut menikmati teh yang mereka buat.
Pernah ada di sekitar kami pabrik -pabrik teh yang menghasilkan teh yang wangi dan khas. Namun pabrik-pabrik tersebut sekarang ini tidak berproduksi lagi. Waktu Saya SMP, banyak teman-teman SD yang tidak melanjutkan sekolah karena mereka bekerja mengepak teh membantu ibu-ibu mereka. Kegiatan pabrik teh masih sering saya saksikan, namun sekarang pabrik teh sudah banyak berubah menjadi rumah, tanah kosong atau dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.
Sekarang ini masih ada teh-teh yang beraneka ragam jenisnya dan kegiatan minum teh ini bergantian dengan kebiasaan minum air kopi. Di warung tempat saya istirahat dalam perjalanan pulang sekolah, saya biasa ditawari kopi, apabila Saya menolak,maka saya akan disuguhi air teh karena air teh selalu tersedia.
Setelah banyak menyaksikan di televisi bagaimana orang luar negeri menikmati teh, seperti orang jepang atau orang gurun sahara. Saya semakin suka menikmati air teh dan menikmati air teh dengan membayangkan saya menikmati air teh sepertri orang jepang atau orang di gurun sahara. Setelah membaca sedikit mengenai teh, ada ketakutan pula terhadap teh karena teh itu akan memberikan lapisan teh yang menempel pada gelas. Makanya saya sekarang agak mengurangi meminum teh, tapi lebih memilih minum kopi.
Tapi dengan melihat kebiasaan minum teh di tiap daerah berbeda, ternyata nusantara punya banyak kebiasaan dalam meminum teh dan jenis teh yang diminum oleh warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H