Waktu adik saya lulus SMA, Ia tidak suka untuk melanjutkan pendidikannya untuk kuliah. Ia lebih memilih kursus komputer di kota terdekat. Setelah selesai kursus komputer, Ia melanjutkan kursus Pendidikan Guru Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), dan setelahnya, Ia membuat TPA di tempat kami tinggal. TPA yang Ia kelola mendapat sambutan hangat dari masyarakat karena TPA ini memang sesuatu yang baru di kampung kami.Â
Setelah beberapa tahun kemudian, Ia merasa bahwa pendidikan yang ia tempuh masih kurang dibandingkan rekan-rekan guru TPA lainnya. Ia memutuskan untuk ikut kuliah dan dengan semangat mengikuti perkuliahan sampai sarjana. Ia merasakan pentingnya kuliah setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia pendidikan non formal.
Sebelum menikah, Isteri saya mengajar di sebuah yayasan yang bergerak untuk mengadakan pembelajaran tambahan bagi anak-anak sekolah dasar. Selain itu, yayasan ini memberikan santunan dan bantuan bagi siswa yang mengalami masalah dalam melanjutkan pendidikan formalnya. Yayasan ini sekarang tidak lagi memberikan pembelajaran tambahan karena pemilik yayasan tidak ada yang melanjutkan, namun masih ikut serta menyediakan naungan bagi PAUD di sekitarnya. Beberapa alumni yayasan ini telah berhasil dalam pendidikannya, padahal warga sekitar yayasan sebelumnya masih kurang perhatiannya terhadap pendidikan.
Ketika anak saya yang pertama masih SD, ada seorang guru SMA yang membuat taman baca. Background beliau sebagai guru bahasa Inggris mendorong beliau memberikan kursus bahasa Inggris yang dibantu para mahasiswa rekan-rekan beliau. Anak saya ikut kursus seminggu sekali di taman baca tersebut. Hasil akhirnya, anak saya bisa lebih menguasai bahasa Inggris.
Pendidikan non formal ternyata bisa membuat pendidikan formal bisa dianggap penting oleh pelakunya. Adik saya merasakan pentingnya pendidikan formal setelah berkecimpung sekian lama dalam pendidikan non formal. Pergaulan dengan orang-orang yang berpendidikan sarjana mendorong ia untuk setara dan kompeten dan memiliki pengakuan berupa ijazah. Pendidikan non formal yang diadakannya juga mendorong orang sekitar untuk lebih menghargai pendidikan formal. Masyarakat sekitar melihat pentingnya pendidikan formal yang sebelumnya dianggap hanya membuang uang atau tidak ada manfaatnya. Setelah ada pendidikan non formal, mereka melihat ada pendidikan lain yang bisa memberikan pendidikan yang lebih lengkap dan terstruktur.
Pendidikan non formal juga bisa membantu siswa-siswa yang berpotensi untuk dilatih dan diberikan pelajaran tambahan dengan biaya yang ringan. Bahkan ada siswa yang diberikan bantuan untuk melanjutkan ke sebuah SMK baik secara moral dan morilnya. Seahingga siswa tersebut bisa terus sekolah sampai tamat. Di yayasan ini, diadakan kegiatan taman baca yang tujuannya memberikan akses membaca bagi warga sekitar yang untuk membaca mereka tidak mempunyai buku.
Pendidikan non formal yang ada dibiayai oleh swadaya masyarakat, dan ada juga yang dibiayai donatur dari dalam negeri bahkan dari luar negeri. Hanya saja ketergantungan donatur dari luar negeri atau donatur luar kadangkala membuat ketergantungan, sehingga ketika donaturnya sudah jarang, maka kegiatannya pun semakin berkurang. Sedangkan pendidikan non formal yang swadaya merreka tetap ada dan tidak terlalu tergantung dana dari luar.
Pendidikan non formal juga membantu peserta didik dalam pemahaman pembelajaran. Kursus-kursus, pembelajaran pendidikan TPA/Diniyah ternyata membantu penguasaan materi pembelajaran  siswa di lembaga formal. Nilai peserta didik dalam materi pembelajaran tersebut mengalami peningkatan, demikian pula penguasaan materinya. Bimbingan belajar yang ada juga memberikan penguatan peserta didik dalam penguasaan materi untuk persiapan memasuki tes perkuliahan.Â
Oleh karena itu maka keberadaan pendidikan non formal perlu didukung dan dilindungi untuk memberikan sumbangsih bagi pendidikan di Indonesia. Mereka bukan pengganti pendidikan formal, tetapi melengkapi pendidikan formal supaya menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan kompeten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H