Keponakan saya memulai bisnis dari berdagang on line di rumah. Kegiatan lainnya yang menghasilkan uang mulai dilakukan ketika akan lulus kuliah di suatu PTN di Bandung. Ia mencoba melamar kerja di perusahaan-perusahaan dan perbankan karena jurusannya yang berhubungan dengan jurusan ekonomi. Niatnya bekerja adalah untuk mengumpulkan modal untuk usaha sendiri, namun untuk bekerja ke perusahaan-perusahaan tersebut belum tercapai.
Usaha-usaha online nya justru kelihatan memberikan hasil. Begitu juga usaha menjual kue mulai menampakkan hasil. Berbagai pesanan kue ia kerjakan dan pemasaran di car free day yang dilakukan di hari minggu juga mendapat pangsa pasar yang memuaskan. Dan dengan dukungan orang tuanya, Ia menyewa sebuah ruko untuk  berdagang kue dan makanan yang sedang tren dikalangan gadis remaja. Harga sewa ruko sekitar satu juta rupiah, namun penghasilan sebulannya sangat memuaskan. Kedua orang tuanya menyokongnya, karena ibundanya seorang guru ekonomi dan ayahnya seorang praktisi bisnis bunga potong.
Melihat bagaimana perjuangannya membuat brand kue dan makanan lainnya dengan brand sendiri serta mengembangkan usahanya, saya kadang merasa iri. Karena dalam usia yang muda, keponakan saya tersebut bisa membuat usaha sendiri yang mempekerjakan sahabat dan keluarganya yang tidak bekerja. Bahkan kebutuhan orang tuanya pun dapat dipenuhi oleh anaknya tersebut. Dengan latar belakang ilmu ekonomi yang ia pelajari, sebuah produk diluncurkan dengan perhitungan ekonomi yang ia pelajari di kuliahan.Â
Selain melihat tren makanan yang di sekitarnya, Ia juga melihat tren yang sedang berkembang di luar negeri. Dengan adanya media sosial seperti instagram dan whatsApp, Ia mengenalkan produk yang diproduksi. Dan pesanan yang ada juga yang dilayani dengan pesan antar. Kedua orang tuanya bangga dan keluarga besar mendukung apa yang dilakukan oleh keponakan tersebut.
Apa yang dilakukan oleh keponakan tersebut mencerminkan berhasilnya pendidikan kewirausahaan pada produk pendidikan zaman sekarang, dimana lulusan perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang mampu berwirausaha. Sebelumnya, produk lulusan zaman saya berada hanya menggantungkan diri untuk menjadi karyawan atau pegawai. Dan menjadi pegawai negeri menjadi dambaan kami yang belum atau sudah bekerja namun dengan penghasilan rendah.
Pembelajaran usaha menggunakan internet bisa menjadi tangga untuk memulai bisnis tanpa harus menyewa tempat. Promosi murah lewat media sosial bisa digunakan untuk mengenalkan produk atau jasa yang kita jual. Magang di tempat usaha bisa menjadi motivasi bagi remaja untuk bercita-cita memiliki usaha sendiri. Keponakan saya tersebut pernah magang di sebuah tempat bazar, sehingga Ia punya pengalaman sulitnya berdagang. Demikian pula Ia melihat dan tertarik untuk punya usaha sendiri sehingga ia mempunyai arah bagaimana mengembangkan usahanya.Â
Peranan ilmu yang ia pelajari sangat mendukung usaha yang ia lakukan. Ketika akan mengeluarkan suatu produk, Ia menghitung biaya produksi dan lainnya sehingga dapat mengantisipasi dan mengevaluasi hasil penjualannya. Dari pengalamannya berjualan, Saya mendapat informasi bagaimana naik turunnya usaha yang ia lakukan. Terkadang Ia harus menanggung kerugian dan produk yang Ia pasarkan karena tidak laku.
Saya sangat tertarik ketika pada saat MPLS ada materi Literasi keuangan. Anak harus mulai belajar bagaimana mengatur uang untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu pula dengan adanya pelajaran Profil Pelajar Pancasila terutama tema kewirausahaan dapat mengajarkan peserta didik untuk belajar berdagang dan melihat bagaimana kewirausahaan dilakukan di masyarakat. Anak dapat dikenalkan bagaimana setiap profesi dilakukan oleh masyarakat sehingga mereka bisa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, pandai menghargai usaha yang dilakukan dan kreatif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H