Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Hubungan Baik dengan Pekerja Rumah

5 November 2023   14:37 Diperbarui: 5 November 2023   14:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama kali memiliki pekerja rumah adalah ketika Kami hendak mengisi rumah orang tua Kami yang sebelumnya dikontrakkan.  Kami hendak memperbaiki kondisi rumah yang terbuat dari dinding bambu dan membuat jendela pada ruangan yang Kami anggap terlalu gelap. Dengan bantuan Orang Tua, Kami mengupah Kaka Ipar sebagai Tukang dan asistennya Kami cari dari tetangga terdekat.

Seterusnya dalam proses perbaikan rumah, Kami mencari tukang yang dapat Kami temukan karena Kami menyesuaikan orang yang Kami pekerjakan dengan dana yang Kami punya. Soal waktu yang pekerja punya harus Kami perhatikan, mungkin mereka punya pekerjaan di tempat lain atau mereka tidak ada waktu karena mengerjakan sawah atau kebun mereka.

Sebenarnya banyak tukang di sekitar rumah Kami, mungkin karena keterbatasan interaksi membuat Saya agak sungkan bertanya dan meminta bantuan mengerjakan perbaikan rumah atau alat-alat di rumah. Lama kelamaan setelah mengenal tetangga mana yang bisa dimintai bantuan, Saya bisa meminta dan mengupah tukang yang ada di sekitar rumah karena lebih dekat dan bisa kapan saja.

Selain pekerjaan di bidang bangunan dan peralatan rumah, Kami juga menggunakan jasa pengasuh anak. Pengasuh anak sangat kami butuhkan karena Saya dan Isteri bekerja di sekolah di waktu yang sama. Pertama kali Kami menggunakan jasa kerabat dekat yang kebetulan tidak jauh dari rumah dan beliau pun punya waktu luang untuk menjaga anak Kami. 

Biaya yang Kami keluarkan sesuai hari anak di titipkan, biasanya dibayarkan perminggu. Jasa pengasuh sangat besar bagi Kami, sehingga Kami bisa mengajar dengan tenang. Untuk itu Isteri tidak segan memberikan tambahan makanan atau uang untuk pekerjaan tersebut apalagi bila pulang kerja lebih sore.

 Setelah Isteri atau Saya pulang, maka yang mengasuh bisa juga pulang. Pembayaran yang Kami berikan kami rasa sepadan karena pengasuh bekerja hanya sampai lohor, paling lama sampai jam 3 yang jarang sekali kami lakukan. Tugas utamanya hanya mengasuh, terkadang juga mereka mengerjakan pekerjaan rumah kami karena mengisi kekosongan waktu mengasuh.

Dalam mempekerjakan orang di rumah, Kami biasa memberikan makanan sekedarnya atau minuman walaupun pekerja bangunan dibayar lepasan. Sedangkan pengasuh pun Kami persilahkan makan apa yang ada di rumah, tetapi pengasuh yang sekarang ini biasanya agak menjaga diri menerima tawaran makanan walaupun sudah dipersilahkan. 

Kami menyadari bahwa pekerja di rumah Kami sangat berjasa, makanya pengasuh anak Kami anggap sebagai keluarga sendiri. Beberapa keluarga yang Kami kenal hanya bisa mempunyai pengasuh anak hanya beberapa bulan, bahkan beberapa hari karena pengasuh tersebut tidak betah. Kami memang tidak memberikan gaji yang besar, tapi Kami sesuaikan dengan keuangan yang Kami punya. Apabila Kami mendapat rezeki, maka kami berikan pula untuk pengasuh atau pekerja di rumah Kami.

Beberapa pekerja tidak selamanya menyenangkan Kami, misalnya membohongi atau bekerja kurang sesuai dengan harapaan Kami. Kami biasanya membicarakan atau menyampaikan dengan cara yang baik. Apabila ada yang tidak bisa menerima maka kami upayakan dengan cara lain tidak dengan cara langsung memecatnya.

Pengasuh anak banyak sekali pengaruhnya terhadap anak. Mereka secara langsung atau tidak adalah pendidik anak-anak kami. Makanya dengan adanya pengasuh, anak Kami harus tetap belajar memakai pakaian atau melakukan pekerjaan sendiri. Kecuali bila pekerjaan tersebut memang tidak bisa dilakukan oleh anak. Anak tetap dibiasakan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah walaupun tidak seluruhnya. Dalam hal ini, Kami berkolaborasi dengan pengasuh bukan sekedar menemani anak, tapi juga ikut andil dalam mendidik anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun