Ada lampu yang tidak begitu terang, dan warna cat yang kusam. Tampak tumpukan baju yang cukup banyak, mungkin tidak ada lemari pakaian. Tumpukannya ada dua tempat. Ruang tamu, ruang tidur dan dapur.Â
Tumpukan barang-barang yang begitu saja terhampar tanpa wadah. Tidak ada meja atau tempat menyimpan barang yang bisa membuat ruang terlihat luas. Kami disambut ibu murid tersebut yang dengan diselingi batuk berkata dengan lemah.Â
Anaknya mengalami sakit kepala dan panas. Katanya mereka sekeluarga mengalami sakit, sehingga ibunya tidak bisa beres-beres dan sang bapak sedang keluar dengan memaksakan diri untuk mengurus pekerjaannya memelihara sapi orang lain.
Sang murid pun memang kondisinya kurus dan lemah, ketika ditanya Ia akan sekolah. Kami memberikan masukan agar kondisi mereka bisa lebih sehat dan sang murid bisa sekolah dengan nyaman.Â
Namun Saya dalam hati berkecamuk merasakan bagaimana kondisi kesulitan ekonomi, kesulitan kesehatan, kesulitan lingkungan yang mereka alami. Setelah memberikan amplop tanda kasih dari sekolah, Kami pun pamit pulang.Â
Selama perjalanan pulang, Kami membincangkan bagaimana sang anak akan bisa fokus belajar apabila kondisi kesehatan, kondisi lingkungan rumah yang tidak nyaman. Maka kata isteri, yang penting anak bahagia, sehat, dan bisa jajan serta cukup makanan. Beberapa murid isteri yang dulunya kelihatan memprihatinkan, ternyata ketika beranjak besar bisa hidup layaknya teman-temannya yang lain.
Makanya ketika mengajar murid, terselip harapan Kami semoga suatu saat nanti mereka akan menemukan kehidupan yang lebih baik dan layak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H