Puasa ramadhan merupakan salah satu rukun islam yang lima. Sejak kecil saya selalu merindukan bulan puasa karena setelahnya ada lebaran. Lebaran merupakan hari yang ditunggu-tunggu bisa berkumpul bersama keluarga besar, makan-makan yang enak, dan memakai baju baru.
Selain karena ada lebaran, di bulan puasa ada keramaian suara beduk, suara orang main petasan, atau juga bleson (sunda). Orang-orang mengaji Al-Quran bersama-sama (setelah tadarus) setelah shalat tarawih (di daerah asal saya), terakhir tadarusnya berubah waktunya setelah shalat dluhur atau ashar berjamaah.Â
Anak-anak memukul bedug siang atau malam  bahkan orang tua pun sama walau tidak terus menerus. Itulah yang membedakan suasana bulan ramadhan dengan yang lainnya. Karena kalau bulan biasa, memukul beduk bertalu-talu akan dilarang dan dimarahi orang.
Kegiatan di masjid tergantung warga masjidnya. Keragaman kegiatan masjid tergantung dari  kebiasaan dan inisiatip warga masjid. Ada yang menyelenggarakan tarawih saja, dan tidak ada kegiatan lain.  Namun ada juga yang mengadakan tadarusan yang waktunya disesuaikan dengan kesempatan yang dipunyai pesertanya. Dulu biasanya bila sudah tamat 30 juz (tadarusan malam), akan diadakan khataman. Kegiatan malam nuzulul quran juga diadakan pada malam ke-17 ramadhan, inipun tidak di setiap masjid.Â
Kegiatan kuliah subuh juga sering dilakukan oleh beberapa masjid. Tergantung kepada kemampuan masjid dalam mengorganisir acara tersebut. Karena kuliah subuh biasanya mendatangkan bukan saja mubaligh dari tuan rumah, juga dari tempat lain. Materinya juga bisa beragam sesuai dengan pembagian tema oleh panitya. Biasanya tugas sekolah salah satunya menugaskan siswa mendengarkan kuliah subuh dan siswa harus meminta tanda tangan para mubaligh. Dan siswa akan berkerumun meminta tanda tangan.Â
Bersama kegiatan tadarusan di masjid menjelang magrib, diadakan pula buka bersama. Di masjid dekat rumah orang tua saya, sebelumnya beberapa keluarga menyediakan makanan takjil untuk berbuka orang-orang yang tadarusan di masjid. Karena antusias masyarakat juga tinggi untuk ikut berpartisipasi, maka masyarakat yang mau menyediakan takjil digilir sampai hari terakhir ramadhan. Maka masjid pun menjadi ramai dengan anak-anak dan orang tua untuk berbuka.Â
Keramaian bulan puasa sebenarnya sudah terasa di jalan-jalan menjelang bulan puasa. Pasar-pasar penuh dengan pembeli untuk persiapan munggahan. Untuk puasa pertama, masyarakat membeli makanan yang istimewa seperti daging, ikan dan sebagainya. Namun bila sudah masuk bulan puasa, keramaian itu berkurang lagi.Â
Ketika masuk bulan puasa, keramaian yang ada biasanya di jalan-jalan menjelang berbuka. Mungkin untuk berburu makanan untuk takjil sambil ngabuburit. Orang tua membawa anak-anaknya jalan-jalan ngabuburit untuk menghibur mereka agar kuat menahan puasa sampai magrib. Pinggir-pinggir jalan banyak di isi pedagang yang menjual makanan takjil, mulai dari gorengan, kolak, sirup, sate, ayam bakar, kue-kue dan sebagainya. Sehingga bulan ramadhan adalah peluang mengais rizki bagi beberapa orang. Beberapa orang berharap kalau bisa bulan ramadhan itu kalau bisa dua kali setahun. Karena dalam bulan ramadhan mereka bisa mengais rizki.
Begitu pula bila ramadhan akan berakhir, para pembuat kue dan atribut untuk lebaran akan sibuk dengan pesanan. Kue-kue khas ramadhan akan laku di pasaran. Harga daging dan kebutuhan pokok akan melonjak karena permintaan yang tinggi. Tukang jahit dan toko sandang akan sibuk melayani pembeli. Dan bulan suci ramadhan memang betul betul merupakan bulan penuh keberkahan.Â
Semoga keramaian ini tidak akan mengurangi tujuan kita beribadah agar menjadi orang takwa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H