Mohon tunggu...
Isnada
Isnada Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Imunisasi Lengkap Untuk Anak Sejak Dini

20 Januari 2025   17:15 Diperbarui: 20 Januari 2025   17:14 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten, anak di imunisasi berarti diberikan kekebalan bertahap suatu penyakit tertentu, anak kebal, atau resisten terhadap suatu penyait, tapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Farida2 and Prodi, 2020). Faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita diantaranya adalah pengetahuan, jumlah anak, sikap petugas kesehatan, dukungan keluarga, jarak rumah, pendidikan, sikap ibu, motivasi dan sosial budaya atau kepercayaan dalam masyarakat (Rizki, 2021). Ibu balita dengan pengetahuan baik akan melakukan imunisasi dasar lengkap karena ibu mengerti tentang manfaat dari imunisasi yang dilakukan untuk balitanya, sedangkan pada ibu yang tidak mengetahui tentang imunisasi dan manfaatkan akan berdampak pada imunisasi dasar yang tidak lengkap pada balitanya. Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita (Maidartati and dkk, 2020).
Di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Bahkan ada pula anak yang tidak pernah mendapatkan imunisasi sama sekali sejak lahir. Diperkirakan 1,7 juta kematian atau 5% terjadi pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paruparu. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian (Kemenkes RI, 2021).
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa dari 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Diperkirakan 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Capaian imunisasi rutin mengalami penurunan sejak tahun 2020. Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI dr. Maxi Rein Rondonuwu mendorong terus pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan untuk mengejar target cakupan imunisasi 79,1%. Berdasarkan laporan data imunisasi rutin bulan Oktober 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap baru mencapai 58,4% dari target 79,1%.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan kepada masyarakat oleh tenaga kesehatan dan kadernya. Pelayanan kesehatan rutin yang diberikan meliputi Keluarga Berencana, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, perbaikan gizi, dan penanggulangan diare (Hafifah et al., 2020).Imunisasi sangat penting dalam pelayanan kesehatan untuk melindungi individu yang rentan terhadap PD3I atau Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi. Dalam imunisasi, terdapat konsep Kekebalan Kelompok atau Herd Immunity. Kekebalan kelompok ini hanya dapat terbentuk jika cakupan imunisasi tinggi dan merata di seluruh wilayah.. Kebalnya sebagian besar sasaran ini secara tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya, Sehingga, jika ada satu atau beberapa kasus penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi di masyarakat, penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan cepat dan Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah. Konsep ini membuktikan bahwa program imunisasi sangat efektif dan efisien karena hanya dengan menargetkan kelompok rentan, seluruh masyarakat dapat terlindungi. (Aulya et al., n.d., 2023).
Media buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai sarana edukasi dan memberikan informasi oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil yang tujuan akhirnya kesehatan ibu dan anak. pengertian buku kesehatan ibu dan anak keputusan menteri kesehatan republik indonesia 284/menkes/sk/iii/2004 tentang buku KIA, menyatakan buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu dan keluarga dan masyarakat menegenai pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang balita Menyatakan bahwa manfaat buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan media KIE yang utama dan pertama yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman ibu, suami dan keluarga/pengasuh anak di panti/lembaga kesejahteraan sosial anak akan perawatan kesehatan ibu hamil sampai anak usia 6 tahun. Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu dan anak yang sangat lengkap termasuk imunisasi, pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi pertumbuhan dan perkembangan, serta upaya promotive dan preventif termasuk deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak dan pencegahan kekerasan terhadap anak. (R. F. Wulandari et al., 2022).
Dukungan keluarga dapat memperkuat perilaku ibu dan dapat menghambat perilaku ibu. Dukungan keluarga yang memperkuat perilaku ibu antara lain adalah mendukung untuk mengimunisasikan anaknya agar mempunyai kekebalan dan terhindar dari penyakit (terutama penyakit difteri, pertussis, dan tetanus) mengingatkan jadwal imunisasi bayinya, mengingatkan bahwa keadaan panas dari bayi adalah reaksi imunisasi dan suatu keadaan yang tidak berbahaya, bukan kontra indikasi untuk imunisasi berikutnya. Sedangkan dukungan keluarga yang memperlemah perilaku ibu untuk mengimunisasikan bayinya adalah sikap keluarga yang tidak mendukung ibu karena adanya efek samping dari imunisasi setelah bayi mendapat imunisasi. Seperti bayi menjadi panas dan atau ada benjolan di tempat suntikan, kemerahan di tempat suntikan, sehingga bayi tidak diijinkan untuk imunisasi berikutnya (Arsita & Nurjannah, 2021).
 
Dalam hal ini dukungan keluarga adalah kunci utama sikap dan perilaku ibu terhadap imunisasi pada anak. Dukungan keluraga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga (suami, orang tua dan saudara) sehingga individu yang diberikan dukungan merasakan bahwa dirinya diperhatikan, dihargai, dan mendapatkan bantuan dari orang-orang yang berarti serta memiliki ikatan keluarga yang kuat dengan anggota keluarga lain. Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi tentang dunia, mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik (Igiany,2021).
 
Tujuan imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi sendiri adalah untuk melindungi tubuh dari penyakit berbahaya seperti, difteri,pertusis, tuberculosis, campak, polio, hepatitis B, dan tetanus(Febriyanti, 2022).
 
Manfaat imunisasi
Manfaat utama imunisasi adalah pencegahan penyakit. Penyakit seperti campak, polio, dan difteri, yang dulunya merupakan ancaman besar bagi kesehatan manusia, kini dapat dicegah dengan vaksinasi. Ini bukan hanya mengurangi angka kesakitan dan kematian tetapi juga mengurangi beban pada sistem kesehatan. Dengan mengurangi jumlah kasus penyakit menular, imunisasi juga membantu dalam mengendalikan penyebaran penyakit tersebut di masyarakat.
Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
Jenis-jenis imunisasi
Jenis-jenis imunisasi dasar, yaitu BCG adalah imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC. Kemudian imunisasi dasar Hepatitis B yang diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Selanjutnya DPT yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Kemudian imunisasi dasar Campak, yang diberikan untuk mencegah penyakit campak dan yang terakhir imunisasi dasar Polio, yang diberikan untuk mencegah penyakit polio (IDAI, 2014).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi
1. Umur Ibu
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik orang yang sangat utama, umur juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan berbagai sifat orang lainnya, dan juga mempunyai hubungan erat dengan tempat dan waktu (Rahmawati, 2014). Umur ibu yang lebih muda umumnya dapat mencerna informasi tentang imunisasi lebih baik dibanding dengan usia ibu yang lebih tua. Ibu yang berusia lebih muda dan baru memiliki anak biasanya cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan anaknya, termasuk pemberian imunisasi (Prihanti et al., 2016)
Umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan status imunisasi anaknya. Hasil penelitian Lubis et al. (2020), menemukan bahwa ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak lebih berisiko pada ibu umur >30 tahun dibandingkan dengan ibu yang lebih muda < 30 tahun, hal ini dikarenakan. kurangnya kesadaran tentang pentingnya imunisasi pada bayi.
 
Umur merupakan faktor yang penting, karena umur dapat mempengaruhi pengalaman seseorang dalam menangani masalah kesehatan/penyakit serta pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian (Hudhah & Hidajah, 2018),
2.Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan perilaku orang tua, karena orang tua dengan berpendidikan tinggi akan mempengaruhi kesehatan keluarganya, sebab banyak informasi yang diperoleh di sekolah, tapi apabila seseorang berpendidikan rendah, maka diharapkan orang tua dapat menambah informasinya dari sumber lainnya di luar dari pendidikan formal atau disebut jalur informal seperti melalui media elektronik (televisi, radio, internet), membaca koran, atau majalah (Prihanti et al., 2016).
3.Pekerjaan Ibu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bekerja adalah melakukan. kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Berbeda halnya dengan kamus ekonomi bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi) (Retnawati et al., 2021).
4.Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (KMS)/ Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)/ Buku Kesehatan Anak Lainnya
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Sikap ibu balita merupakan faktor yang sangat memengaruhi respon atau pandangan ibu balita terhadap manfaat KMS dan kebutuhan data KMS dalam buku KIA. Semakin ibu balita rajin dan patuh membawa KMS pada saat datang ke pelayanan kesehatan, semakin baik pula sikap ibu balita terhadap pemanfaatan KMS dalam buku KIA (Rahayu et al., 2018).
5. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang dapat dipahami dan diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu- waktu sebagai alat untuk penyesuaian diri. Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil stimulasi untuk terjadinya perubahan perilaku untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan pembelajaran (Masturoh & Nauri Anggita T, 2018).
6. Penolong Persalinan
Pelayanan kesehatan harus dilakukan sama di seluruh Indonesia, agar kesehatan ibu dapat terjaga dan angka kematian ibu dan anak dapat di turunkan. Pelayanan Kesehatan yang di maksud adalah pelayanan kesehatan ibu hamil khususnya pelayanan persalinan. Berdasarkan Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan pada pasal 14 ayat 1 berbunyi persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut PP No.61 tahun 2014 pasal 16 nomor 4 menyatakan bahwa Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan jika fasilitas kesehatan sulit dijangkau, karena ada disparitas geografis dan transportasi yang tidak memungkinkan (Fitrianeti et al., 2018).
7.Permasalahan sarana prasarana
Permasalahan sarana prasarana merupakan permasalahan yang klasik yang terdapat di hampir seluruh bidang karena berhubungan langsung dengan pendanaan. Sarana dan prasana dalam penatalaksanaan imunisasi menjadi faktor pendukung untuk menjaga rantai dingin dalam penatalaksanaan imunisasi yang memang tidak dapat ditawar lagi karena vaksin memiliki suhu tetap yang tidak dapat dikurangi ataupun dilebihkan sehingga tersedianya sarana dan prasana keberadaannya mutlak diperlukan dalam penatalaksanaan imunisasi (Rizki et al., 2020).
8. Peran Petugas Imunisasi
Dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan mutu pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik, komitmen dan motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas mereka dengan cara yang optimal (Falawati, 2020).
Peran petugas sangat penting dalam meningkatkan cakupan imunisasi juga memberikan informasi dan sosialisasi tentang manfaat imunisasi dan penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk mencegah kesakitan dan kematian, petugas imunisasi dapat berperan aktif dalam pemberian imunisasi (Falawati, 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun