Abstrak
Artikel ini bertujuan memberikan gambaran menyeluruh tentang penanganan dan mitigasi bencana gempa bumi serta tsunami yang efektif. Penanganan bencana mencakup tiga tahap utama yang saling berkaitan, yaitu tahap perencanaan sebelum bencana, tahap pelaksanaan saat bencana terjadi, dan tahap pemulihan pasca-bencana. Tahap perencanaan berfokus pada meningkatkan kesiapan masyarakat melalui penguatan aturan, penyediaan alat, serta persiapan fisik dan mental. Tahap pelaksanaan bertujuan untuk memastikan proses penyelamatan berjalan sesuai standar operasional yang ditetapkan guna meminimalkan korban jiwa dan kerugian. Sementara itu, tahap pemulihan difokuskan pada upaya rehabilitasi fisik dan mental masyarakat terdampak agar dapat kembali beraktivitas normal. Artikel ini didasarkan pada hasil analisis data melalui studi pustaka yang memanfaatkan berbagai literatur baik cetak maupun daring.
Kata Kunci: Â Â Â Â Â Â Manajemen mitigasi, rehabilitasi fisik.
Abstract
This article aims to provide a comprehensive overview of effective disaster management and mitigation for earthquakes and tsunamis. Disaster management encompasses three interrelated stages: the pre-disaster planning stage, the implementation stage during the disaster, and the post-disaster recovery stage. The planning stage focuses on enhancing community preparedness by strengthening regulations, providing necessary tools, and fostering physical and mental readiness. The implementation stage aims to ensure rescue operations are conducted according to established standard operating procedures to minimize casualties and losses. Meanwhile, the recovery stage is centered on efforts to rehabilitate the physical and mental well-being of affected communities, enabling them to return to normal activities. This article is based on data analysis conducted through a literature study that utilizes various printed and online sources.
Keyword:Â Â Â Â Â Â Â Mitigation management, physical rehabilitation
PENDAHULUAN
Bencana alam merupakan suatu fenomena yang memiliki potensi untuk terjadi kapan saja, tanpa adanya pola waktu yang pasti, sehingga dapat membawa dampak yang signifikan, termasuk ancaman terhadap keberlanjutan kehidupan serta menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan sekitarnya. Peristiwa semacam ini tidak terbatas pada satu wilayah tertentu, melainkan dapat terjadi di berbagai belahan dunia, dengan contoh utama seperti gempa bumi dan tsunami. Secara konseptual, bencana dapat didefinisikan sebagai rangkaian kejadian yang menimbulkan ancaman serius serta gangguan terhadap keberlangsungan hidup dan penghidupan masyarakat. Kejadian ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik yang bersumber dari alam, seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi, maupun dari faktor non-alam, seperti kegagalan teknologi, atau dari faktor yang melibatkan aktivitas manusia, seperti eksploitasi sumber daya yang tidak berkelanjutan. Akibat dari bencana ini mencakup berbagai aspek, mulai dari korban jiwa manusia, kerusakan ekosistem dan lingkungan, kerugian materi yang sangat besar, hingga dampak psikologis yang mendalam. Lebih jauh lagi, bencana sering kali melampaui kapasitas masyarakat dalam mengelola dan mengatasinya, meskipun berbagai sumber daya telah dikerahkan.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh (Heryati, 2020) Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang menjadikannya rentan terhadap berbagai jenis bencana alam. Hal ini disebabkan oleh posisi strategis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di kawasan pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Benua Asia, Lempeng Benua Australia, Lempeng Samudra Hindia, dan Lempeng Samudra Pasifik. Interaksi dinamis antara lempeng-lempeng ini menyebabkan aktivitas geologi yang tinggi, termasuk gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Selain itu, di wilayah selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik atau volcanic arc yang membentang mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi. Sabuk vulkanik ini mencakup deretan gunung berapi yang sebagian besar merupakan gunung vulkanik tua, serta wilayah dataran rendah yang didominasi oleh rawa-rawa. Kombinasi antara kondisi tektonik aktif dan morfologi vulkanik ini semakin memperkuat kerentanan Indonesia terhadap berbagai fenomena bencana alam.
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 (UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007, n.d.)mengenai Penanggulangan Bencana, istilah "bencana" didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang memiliki potensi besar untuk menimbulkan ancaman serta gangguan terhadap keberlangsungan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Peristiwa ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersumber dari alam, seperti gempa bumi, banjir, atau letusan gunung berapi; maupun faktor non-alam, seperti kegagalan teknologi dan epidemi; serta faktor manusia, yang mencakup aktivitas yang secara langsung atau tidak langsung memicu risiko bencana. Konsekuensi dari bencana ini dapat meliputi timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan pada ekosistem dan lingkungan hidup, kerugian secara materiil yang berdampak pada harta benda, serta efek psikologis yang signifikan terhadap individu maupun komunitas terdampak.Pendidikan mengenai bencana bertujuan untuk memperkuat upaya perlindungan serta memberikan wawasan yang mendalam mengenai berbagai ancaman atau risiko yang dapat ditimbulkan oleh suatu peristiwa bencana. Jika pendidikan ini dirancang dengan pendekatan yang sistematis, terstruktur, dan berbasis metodologi yang relevan, serta diimplementasikan dengan penuh kesungguhan dan ketepatan, maka masyarakat akan lebih mudah memahami, menginternalisasi, dan mempraktikkan beragam langkah serta prosedur keselamatan yang berkaitan dengan mitigasi dan penanganan bencana. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat secara kolektif dalam menghadapi potensi ancaman bencana. Menurut (Salwa Salsabila dkk. 2021Pendidikan kebencanaan bagi masyarakat merupakan metode atau pengetahuan untuk memahami konsep kebencanaan yang bertujuan untuk mengembangkan pemahaman atau pengetahuan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berada di daerah yang sering terjadi bencana.
Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan peningkatan kapasitas dalam hal pengetahuan dan pemahaman terkait dengan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana gempa bumi dan tsunami. Hal ini menekankan pentingnya penggunaan metode komunikasi yang efektif, salah satunya adalah melalui literasi yang berfokus pada upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merancang suatu kajian ilmiah dengan judul "Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami." Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai langkah-langkah mitigasi bencana melalui literasi yang terstruktur dan terarah.