Mohon tunggu...
Arunika Satvika
Arunika Satvika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stunting Tunduk, Ngadas Bangkit: Parenting Jadi Pahlawan Baru

28 Desember 2024   08:58 Diperbarui: 28 Desember 2024   08:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi Stunting & Parenting di Desa Ngadas 


Ngadas, Poncokusumo -- Sosialisasi parenting dan penurunan stunting sukses digelar di Desa Ngadas pada Jumat (27/12) sebagai bagian dari program kerja Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Acara ini menghadirkan tiga pemateri yang menyampaikan materi mengenai peran orang tua dan upaya pencegahan stunting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pemateri pertama ialah Dr. Hj. Rofiqah, M.Pd., CHt ialah merupakan dosen psikologi sebagai pemateri parenting dan pemateri ke dua Sigita Ardelia Fista, Tr Gz. dan pemateri ketiga adalah Damara Leylani Tr. Gz. sebagai pemateri stunting.

Dalam kesempatan ini, Dr. Rofiqah menjelaskan tugas utama orang tua, yaitu mengajarkan keimanan sejak dini sesuai keyakinan masing-masing. Dalam Islam, misalnya, dapat dimulai dengan menyetel murotal Al-Qur'an untuk anak. Selain itu, beliau menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan anak dengan bijak, seperti membedakan kebutuhan dan keinginan. "Misalnya, apakah HP itu kebutuhan atau hanya keinginan?" ujarnya.

Dr. Rofiqah juga mendorong orang tua untuk mengenali dan mengembangkan potensi anak. "Jika anak suka melukis, berikan alat lukis. Orang tua juga perlu memanfaatkan potensi alam Desa Ngadas untuk mendidik anak," tambahnya. Tidak kalah penting, beliau mengingatkan perlunya memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak. "Kalau ada anak yang nakal, itu karena mereka tidak menemukan keamanan dan kedamaian di rumah. Anak ada karena cinta orang tua, maka orang tua harus memberikan cinta pula," jelasnya. Sebagai penutup, Dr. Rofiqah membagikan lima langkah meningkatkan hormon bahagia dalam keluarga: membiasakan tersenyum, berdendang, bergerak meregangkan otot, memberikan pelukan, dan kasih sayang.


Pemateri kedua dan ketiga kemudian membahas secara rinci mengenai stunting, sebuah kondisi gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan tubuh anak lebih pendek dibandingkan teman seusianya. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan. "Pencegahan stunting dapat dimulai sejak masa kehamilan dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)" jelas salah satu pemateri. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa pencegahan stunting harus dimulai sejak usia 12 tahun. "Pada usia ini, sangat penting untuk mengonsumsi tablet tambah darah minimal seminggu sekali untuk mempersiapkan kesehatan reproduksi dan mencegah risiko stunting pada generasi berikutnya," tambahnya.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari warga yang hadir. Mereka berharap ilmu yang didapatkan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup keluarga sekaligus mencegah stunting pada anak-anak. Program kerja KKM ini menjadi bukti nyata kontribusi mahasiswa dalam mendukung pembangunan masyarakat pedesaan.

Writer : Hilma Kamilia & Siti Jamharirah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun