Kurangnya Sarana Prasarana

sekitar setengah bulan yang lalu saya mendapat tugas dari kampus untuk praktek klinin kebidanan disebuah puskesmas yang menurut saya sangat jauh jarang ada kendaraan umum dan jalannya pun berliku-liku.

buat saya yang baru pertama menginjakan kaki didaerah tersebut sangat asing, tapi mengasikan sih, hhee  pengalaman baru.

sesampainya didepan puskesmas, kesan pertama yang saya dapat adalah penyambutan dari para perawat yang bermuka jutek dan tak peduli. beberapa hari kemudian setelah saya dan teman-teman saya melakukan orientasi dipuskesmas tersebut, akhirnya saya tahu tempat dan para petugas disekililing puskesmas. akhirnya saya mengerti dan mulai beradaptasi.

setelah beberapa hari dinas, akhirnya saya berkesempatan untuk membantu bidan desa menolong persalinan, proses demi proses dilewati dengan prosedur sampai ketahap penyeterilisasian alat.

saya tidak menyangka dan tidak menduga kalau penyeterilisasian alat di puskesmas tersebut dengan cara dibakar. yang saya tau penyeterilisasian itu dimulai dari perendeman dengan air klorin selama 10 menit lalu dicuci bilas dengan air DTT lalu direbus kukus selama 20 menit atau menggunakan autoklaf. memang di situ juga melakukan perendaman degan air klorin tetapi tidak dilakukan rebus kukus atau  menggunakan autoklaf melaikan dibakar dengan cara bak instrumen beserta partus set diguyur menggunakan alkohol lalu kasa dibakar dengan korek api lalu api tersebut dimasukan kedalam bak instrumen terus nunggu sampai apinya padam.

APAKAH MENURUT ANDA ITU STERIL?

saya tanya  ke bidan desanya beliau mengatakan, " memang disini begitu adanya, jangan ditiru yaa!". saya bilang " ohhh", baru tau.

dari pengalaman saya ini saya tau akan kondisi dari puskesmas tersebut ternyata keterbatasan alat yang membuat keadaan begitu. untuk dinas setempat tolong lengkapi sarana prasarana dipuskesmas kabupaten masing-masing untuk menuju indonesia sehat 2015.