Mohon tunggu...
Ismuziani ita
Ismuziani ita Mohon Tunggu... Perawat - Mental Health Nurse

Selalu bersyukur pada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih yang Tertunda

12 Juli 2020   12:12 Diperbarui: 12 Juli 2020   12:55 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum lantunan azan subuh berkumandang dari Masjid terdekat, aku sudah bangun. Aku membiasakan diri mandi sebelum Shubuh dan menyempatkan diri Shalat sunat fajar dan dilanjutkan Shalat Shubuh sebelum beraktivitas menjadi Ibu Rumah Tangga. Kedamaian hanya kudapatkan, saat aku diselimuti mukena suci, dan bersujud pada Allah diatas sajadah ku.

"RINAAAAAA " Suara keras suami ku mengejutkan ku, aku sedikit berlari kekamar, masih dengan mukena yang tidak sempat aku lepaskan.

"Ada apa Bang? " Tanyaku dengan pelan setibanya aku dikamar.

"Mana seragam kantor ku, aku masuk jam enam hari ini, ada tamu yang datang dari kantor pusat, ke kantor cabang, jadi aku harus cepat datang" Suara suamiku masih dengan volume suara yang tinggi.

Aku mengambil seragam kantornya dari lemari pakaian, meletakkan diatas tempat tidur, dan berlalu dari sisinya tanpa suara. Aku merasa lebih baik diam, daripada bersuara dan membuat dia murka.

"Rina... " Suara suamiku memanggilku lagi, kali ini tanpa jeritan suara yang besar seperti biasanya, aku sedang menyiapkan secangkir kopi untuknya, bergegas ke sumber suara dengan tergepoh gepoh. Secangkir kopi hangat masih berada ditanganku yang hendak kuberikan padanya.

"Iya Bang" Jawabku pelan, suamiku sudah berada di ruang tamu, dia terlihat begitu tampan dan wibawa dengan seragam kerjanya, aku mencintainya dan pasrah menerima semua kedhalimannya padaku.

"Mana kopi untuk abang? " Suara nya melembut, seakan membelai sukmaku, aku terasa nyaman mendengar kelembutan suaranya. Batinku berbisik apakah Allah sudah menjawab seluruh doa-doaku.

"Ini bang, kopinya" Ku berikan secangkir kopi yang aku buatkan penuh kasih kepadanya, dengan harapan dapat membuatnya merasakan, bahwa dia memiliki aku dan semua rasa yang aku punya.

"Sayang... " Suaranya lembut

"Terima kasih untuk secangkir kopi hangat pagi ini, Abang menyayangimu lahir dan bathin, maafkan semua kesalahan Abang ya, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Abang ya" Suaranya lembut di iringi dengan isakan kecil, aku menangkap ada butiran mengkristal di sudut matanya, seorang Roni yang berpendirian keras bisa berlinang airmata juga kataku membatin bercampur rasa penasaran di hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun