Mohon tunggu...
Ismuhadi
Ismuhadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Pekalongan

Manusia yang senang menyulam kata, menceritakan jiwa, dan menerangi dunia dengan imajinasi yang tak terbatas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kantong Plastik: Dulu Solusi, Kini Jadi Biang Keladi!

23 Oktober 2023   22:10 Diperbarui: 23 Oktober 2023   23:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan kantong plastik sangat mudah untuk di jumpai, baik di warung, penjual sayur atau bahkan menumpuk di TPA sampah. Harganya yang terbilang murah, dan praktis digunakan, menjadi kan kantong plastik menjadi bagian dari hidup manusia.

Pada ulasan kali ini, saya akan membahas mengenai permasalahan kantong plastik, pemakaian kantong plastik yang saat ini terlihat sepele dan sering kita anggap hal remeh temeh, namun dapat menimbulkan bahaya dan masalah bagi lingkungan (Bumi) yang kita huni saat ini.

Sudah bukan rahasia umum lagi, sampah berbahan dasar plastik membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terurai. Selain itu, banyak dampak negatif dari sampah jenis ini, mulai dari pencemaran air laut, pencemaran air tanah hingga penyebab polusi udara akibat pembakaran sampah plastik.

Dikutip dari Tempo.co, studi yang dilakukan Travis P. Wagner (2017) memperkirakan masyarakat dunia membuang 5 triliun sampah kantong plastik setiap tahunnya. Padahal, secara rata-rata, kita hanya menggunakan kantong plastik selama 12 menit sebelum dibuang.

Mari kita amati secara seksama lingkungan sekitar kita, misalnya saat melaju di jalan raya atau saat berjalan santai di tepian jalan (trotoar), Kita akan menjumpai beragam jenis sampah plastik. Entah itu kantong plastik atau bekas kemasan air mineral, berserakan di ruas jalan bahkan di sudut lahan kosong.

Tempat sampah yang berada di rumah, perkantoran, sekolahan, dan TPA sampah di berbagai tingkatan tidak luput dari dominasi sampah plastik. Di selokan, di se bantaran sungai hingga di lautan, seakan menunjukkan keberadaan sampah plastik begitu eksis.

Kalau kita melihat data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun. Sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sungguh ironis, jumlah ini cukup mengerikan dan mengkhawatirkan. Sehingga menjadikan Indonesia menjadi negara penghasil sampah nomor 2 setelah China.

Muncul Sebagai Solusi Isu Lingkungan

Terdapat fakta yang menarik tentang kantong plastik, pada awal kemunculan kantong plastik adalah untuk menyelamatkan bumi? Loh kok bisa? Padahal sekarang ini kantong plastik menjadi salah satu "biang keladi" dari masalah lingkungan yang terjadi.

Tahun 1959, Sten Gustaf Thulin di Swedia mempunyai terobosan untuk membuat kantong plastik dengan tujuan mengganti kantong kertas, mengapa demikian? Karena pada era itu semakin banyak penggunaan kantong kertas, berarti semakin banyak pohon yang harus di tebang, Jelas tindakan tersebut akan mengganggu keseimbangan alam.

Lalu muncul ide untuk membuat kantong plastik yang lebih tahan lama, sehingga dapat digunakan berkali-kali. Karena pada awalnya upaya tersebut memiliki tujuan agar dapat mengurangi penebangan pohon yang dilakukan secara masif untuk memenuhi kebutuhan bahan dasar pembuatan kantong kertas. Saya sebetulnya tidak menyalahkan kemunculan kantong plastik.

Namun yang perlu dirubah adalah pola perilaku manusianya, pada dasarnya kantong plastik tersebut, bisa dipakai berkali-kali, hanya karena manusianya sudah terlalu nyaman, sehingga malas untuk menggunakan kembali yang pada akhirnya kantong plastik menjadi barang sekali pakai. Akibatnya, produksi kantong plastik terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Upaya Mengurangi  Sampah Kantong Plastik

Lantas apa solusi terbaik untuk permasalahan kantong sampah ini? Perlu adanya langlah-langkah yang bijak untuk dapat meminimalisir sampah kantong plastik.

Pertama, dengan mendukung penggunaan totebag yang reusable dan ramah lingkungan sebagai alternatif yang cerdas. Karbon yang dihasilkan dalam proses produksi totebag lebih kecil dibandingkan dengan kantong plastik.

Kedua, beralih menggunakan kantong singkong, berbeda dengan kantong plastik, cassava bags dapat terurai dengan mudah bila disimpan di dalam tanah. Kantong singkong ini hanya membutuhkan waktu sekitar 180 hari untuk dapat terurai secara menyeluruh dan menyatu dengan tanah. Selain itu, kantong singkong juga dapat dilarutkan di dalam air bersuhu di atas 80 derajat celcius hanya dalam beberapa menit.

Kita tidak bisa lagi mengabaikan kenyataan bahwa alam sedang memberikan warning kepada kita tentang bahayanya plastik. Perlu di ingat, perubahan dimulai dari tindakan yang sederhana, dan ini adalah langkah kecil yang memberikan dampak besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun