Sejak berganti format menjadi Liga Champions dalam dua dekade lalu, atau tepatnya sejak musim 1992-1993, belum ada satu pun  klub yang bisa menjuarai kejuaraan paling bergengsi di eropa ini secara beruturut-turut. Dan musim ini pun, kenyataan ini semakin menjadi mitos yang tertanam kuat di benak kita. kutukan ini kembali memakan korban dini hari tadi, dimana Bayern Munich yang berstatus sebagai juara bertahan menyerah 0-4 versus Real Madrid, sebuah kekalahan telak dengan agregat 5-0 untuk El Real yang juga mengantongi kemenangan 1-0 pada leg pertama yang lalu.
Dengan hasil ini, madrid telah memastikan diri berlaga di laga puncak yang akan dihelat di Lisbon pada pertengahan Mei nanti. Kamis dini hari nanti (WIB) Real Madrid akan segera mengetahui siapa yang akan menantang di partai final, Chealsea? Atau Atletico Madrid?
Siapa menyusul?
Pada leg pertama, Atletico Madrid vs Chealsea bermain imbang 0-0. Sulit diprediksi siapa yang lebih berpeluang memenangi laga antara keduanya dini hari nanti, mengingat kedua tim sama-sama tangguhnya, artinya peluang kedua tim masih 50-50. Kita tunggu dan nikmati saja pertandingan yang diprediksi banyak kalangan akan berjalan alot ini.
Siapapun yang menang dan melaju ke Lisbon nanti, final tetaplah final, selalu ditunggu-tunggu dan akan disaksikan oleh jutaan pasang mata diseluruh dunia, berdegup penuh harap, Â siapakah yang akan mengangkat piala, uangku atau uangmu yang akan lenyap di meja bursa, timku atau tim-mu yang akan menjadi jawara Eropa.
Jika Atleti mengalahkan Chealsea, maka partai puncak adalah pertandingan penuh gengsi, dua tim dari satu negara satu kota, derbi. Ini akan sangat sengit, jauh sebelum partai itu digelar, terlebih kedua tim bersaing ketat di liga lokal.
Jika Chealsea menendang Atleti, ini akan lebih menarik. Dua tim berpengalaman di Liga Champions dalam satu dekade terakhir. Pertarungan strategi dan taktik  antara dua manager berpengalaman yang sama-sama telah merengkuh dua  kali gelar juara sebagai pelatih. Pertaruhan gengsi dua pelatih yang sama-sama pernah menangani tim yang akan menjadi lawan. Don Carletto pernah menangani Chealsea, dan sang Special One bahkan baru musim yang lalu meninggalkan Bernabeu. Sebuah pertandingan besar sarat emosional.
History repeats itself?
Ada sebuah adagium  yang banyak orang mempercayainya, sejarah akan berulang. Tak luput pula dalam sepakbola, biasanya di bahasakan dengan mitos, termasuk mitos juara bertahan yang masih tak terpatahkan oleh kekalahan Munich tadi malam, mitos mengalahkan Barcelona di semifinal akan menjadi juara, mitos Alianz Arena yang memunculkan juara baru.
Nah, sepanjang  sejarah Liga Champions, belum pernah terjadi final antara dua klub satu negara dalam dua tahun berturut-turut. Sepanjang perhelatan Liga Champions hanya pernah empat kali terjadi final satu negara. Pertama tahun 2000 antara Real Madrid vs Valensia 2-0, tiga tahun kemudian tepatnya tahun 2003 baru terjadi lagi final all Italy antara Milan vs Juventus 0-0,   lima tahun kemudian pada tahun 2008 terjadi final all England yang digelar di Moskow antara Chealsea vs Man. United 1-1, pun lima tahun kemudian atau tahun kemarin terjadi lagi final satu negara antara Bayern Munchen vs Borussia Dortmund dimana Munchen keluar sebagai juara dengan skor 2-1.
Dari sejarah, final satu negara selalu terjadi dengan diselingi 3 atau 5 tahun. Jika mengacu pada sejarah yang selalu berulang itu, atau kita percaya pada adagium history repeats itself, maka final satu negara baru akan terjadi lagi setidaknya pada tahun 2016 atau 2018 mendatang. Apakah ini pertanda bagi Chealsea? Hahaha…
Salam respek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H