Mohon tunggu...
ISMKI Wilayah 3
ISMKI Wilayah 3 Mohon Tunggu... -

Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) adalah salah satu organisasi resmi besar yang menghimpun seluruh mahasiswa kedokteran se-Indonesia dari Sabang sampai Merauke. ISMKI adalah wadah kebersamaan dan kekeluargaan yang dibangun berdasarkan persamaan cita-cita mahasiswa kedokteran dalam peranannya membangun bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Alam sedang menyapa penghuninya

4 Juni 2014   04:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam sedang menyapa penghuninya

Saat itu jam 12 malam lebih, malam jumat tanggal 14 februari 2014. Entah kenapa jemari tangan itu tergerak untuk membuka media sosial yang masih trend saat ini, yaitu twitter, dan setelah beberapa saat menunggu sontak saya kaget dengan berita meletusnya gunung kelud yang ada di daerah jawa timur. Saya tidak menyangka gunung ini akan meletus begitu cepat dan cukup dahsyat karena hanya beberapa jam setelah peningkatan status gunung tersebut erupsi besar terjadi. Malam itu saya menyadari, bahwa silih berganti Indonesia sedang disapa oleh kedahsyatan alam nusantara.

Jumat pagi aktivitas tidak seperti biasanya, sepi sekali, seakan tak ada seorangpun memulai untuk mencari sesuap nasi untuk hidup, tidak pula untuk menyiapkan masa depannya. Langit berubah menjadi gelap, matahari tak menampakkan batang hidungnya, tertutupi oleh sesuatu yang melayang dilangit jogja, turun menyapa bumi Yogyakarta, abu, jogja pagi itu hujan abu, tepat 14 februari.

Kabar buruk bagi promoter yang sudah menyiapkan semua perlengkapan untuk menyambut hari kasih saying. Hari itu seluruh aktivitas Jogjakarta terhenti, perkantoran menutup diri, warung makan berpikir ulang untuk membuka dagangannya, penjual dipasar memilih untuk berkumpul bersama keluarga, dan sekolah diliburkan. Meskipun berates-ratus kilometer jaraknya dari kelud, tak menghalangi sapaan kelud dari bumi jawa timur. Jogja terkena dampak yang luar biasa, abu kelud menutupi Jogjakarta. Alam memang tak ada yang bisa menduga, manusia hanya bisa berencana.

Belum lama banjir melanda sebagian kota besar Indonesia, banjir bandang menyapa bagian utara, tananh longsor dilaporkan dari berbagai tempat diIndonesia, gempa menyapa dibagian tengah nusantara, dan peningkatan aktivitas gunung sinabung di paling timur Indonesia tak henti-hentinya membuat penduduk disana gelisah tak berdaya. Ini aktivitas alam yang tak kuasa kita untuk menghentikannya, tak patut kita menyalahkan yang diatas sana, karena yang menggoreskan warna kehidupan di bumi adalah tangan-tangan manusia.

Terlalu naïf jika mengaitkan berbagai rangkaina musibah ini sejajar dengan azab dari Allah. Musibah keadaan alam seperti ini tak semudah itu disebut sebagai azab dari Allah. Rangkaian keadaan ini adalah suatu siklus alam yang silih berganti, dan pasti cepat atau lambat akan tiba waktu seperti ini. Alam memberikan ajaran kepada kita tentang kekuasaan Allah dan memberikan hikmah kepada manusia bahwa Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu dan kehidupan ini bersifat fana.

Kembali ke masa dulu sebelum ditemukan teknologi canggih seperti televisi, tablet, web youtube, facebook, bahkan twitter, kejadian alam seperti ini sudah terjadi berulang kali. Sebagai masyarakat Indonesia yang tinggal di bagian ring of fire, harusnya sadar betul akan kondisi seperti ini, kondisi yang tidak terduga dan tidak terantisipasi, tetapi setidaknya kita mampu untuk tahu bahwa ini merupakan bagian dari alam Indonesia yang gemah ripah loh jinawi.

Keadaan alam seperti ini membuat kita semakin peduli dengan sesame, hal ini sangat nyata terlihat ditengah-tengah kita. Bantuan dating dari berbagai penjuru untuk masyarakat yang dekat dengan bencana alam. Ribuan uluran tangan turun untuk membantu meringankan penderitaan dan kegelisahan yang dialami oleh penduduk di sekitar alam yang menyapa manusia dengan agungnya.

Diberbgai perempatan tetiba banyak lalu-lalang manusia dengan kardus bantuan untuk korban bencana. Diberbagai tempat diyogyakarta saat terjadi hujan abu banyak yang membagikan masker untuk kepedulian terhadap sesama. Kampong-kampung pinggiran kota pun mulai mencanangkan untuk membersihkan bersama abu-abu kelud agar menyamankan tempat tinggal seperti dulu.

Alam sementara mengingatkan kita bahwa hidup ini perlu tolong menolong dan saling melengkapi dengan yang lainnya, alam mengingatkan kepada kita untuk bersatu padu membangun bersama harapan-harapan yang tercerai berai karena beberapa kepentingan golongan, alam sedang menyapa kita untuk kembali ke kodratnya.

Langkah-langkah prevensi untuk menghadapi hal seperti ini sebenarnya sudah bisa kita terapkan sejak masa kanak-kanak, mengingat alam kita memiliki aktivitas yang cukup tinggi. Pelatihan-pelatihan untuk menghadapi sapaan alam seperti ini sudah seharusnya dilakukan oleh pihak yang berwenang, dampak tersebut bisa kita rasakan saat benar-benar terjadi kondisi alam yang tidak diharapkan, sehingga kita tahu apa yang akan kita lakukan dan tidak panic akan hal tersebut. Gagasan seperti ini sudah berulang kali terdengar, tetapi seakan menjadi angin lalu yang akan kembali pada saatnya.

Memang budaya kita belum berorientasi pada prevensi, tetapi masih terpaku memikirkan mengatasi dampak yang diakibatkan oleh sesuatu. Kita perlu untuk merubah paradigm seperti ini, karena kita tidak akan pernah selesai saat tidak melakukan prevensi, bisa dianalogikan kita menunggu jalan berlubang lalu menutupnya daripada mencari tahu apa yang menyebabkan jalanan berlubang lalu melakukan pencegahan untuk mengurangi progressnya. Hal ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga dari semua rangkaian yang terjadi akhir minggu ini mampu memberikan kita berbagai pelajaran, menambahkan pengetahuan kita dan memampukan kita untuk menyelesaikan permasalahan dengan alam. Sekeras apapun kita berusaha dan sehebat apapun kita ketika sudah berhubungan dengan alam, kita tak bisa mengendalikannya, sepepnuhnya Allah pengendalinya, yang bisa kita lakukan hanya melakukan persiapan untuk menghadapi scenario terburuk yang mungkin terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun