Pembelajaran kelas rangkap adalah strategi pendidikan yang menggabungkan dua atau lebih kelas dalam satu waktu pembelajaran oleh seorang guru. Pembelajaran ini diterapkan untuk mengatasi tantangan seperti kekurangan tenaga pendidik dan sarana prasarana di sekolah. Takdir (2021: 191) menjelaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya menyatukan peserta didik dari tingkatan kelas yang berbeda, tetapi juga menekankan pembelajaran berpusat kepada peserta didik secara mandiri. Pembelajaran kelas rangkap ini dikenal dalam tiga model utama, yaitu model 2-2-1 (dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan), 2-2-2 (dua kelas, dua mata pelajaran, dua ruangan), dan 3-3-3 (tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan), menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik.
Pada simulasi kali ini, mahasiswa menerapkan model 2-2-2, di mana satu guru bertanggung jawab atas dua ruang kelas, yaitu kelas II & III dengan pembagian dua kelompok di masing-masing ruangan. Pelaksanaan berlangsung kondusif berkat briefing awal yang diberikan kepada teman sekelas sebagai peserta didik. Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran seperti proyektor dan smart TV turut mempercepat proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Meski demikian, pada pelaksanaan praktik pembelajaran kelas rangkap model 2-2-2 ini sendiri, terdapat kekurangan dan kelebihan yang dirasakan. Adapun kekurangan dari praktik pembelajaran ini di antaranya: guru kesulitan menjaga focus, keterbatasan waktu mengajar, pengerjaan LKPD yang terlalu cepat selesai, dan potensi kebingungan peserta didik. Adapun kelebihan dari praktik pembelajaran ini di antaranya: pembelajaran berjalan kondusif, kemampuan adaptasi peserta didik, dan fasilitas di kelas yang mendukung. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai kelebihan dan kekurangan praktik mengajar kelas rangkap model 2-2-2 .
 Kekurangan yang pertama, guru praktikan mengalami kesulitan dan kebingungan ketika harus berpindah-pindah antara dua ruangan. Hal ini terkadang membuat guru perlu memeriksa kembali modul ajar untuk memastikan langkah pembelajaran berikutnya, yang sedikit menyita waktu dan menghambat alur pembelajaran. Karena guru praktikan harus membagi waktu antara dua kelompok pada setiap kelas, alokasi waktu pun menjadi cukup terbatas. Hal ini menyebabkan beberapa bagian pembelajaran terasa kurang maksimal, terutama dalam memberi bimbingan kepada masing-masing kelompok.Â
Kemudian, peserta didik yang diperankan oleh teman sekelas yang sudah memiliki pengetahuan materi sekolah dasar sebelumnya, cenderung mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan cepat. Akibatnya, ada jeda waktu menunggu saat guru masih mengajar di kelas lain, sehingga mereka merasa bosan dan lama menunggu. Ketika guru praktikan berpindah ruang kelas dan perhatian berkurang, peserta didik yang tidak dalam pengawasan langsung terkadang menjadi kurang fokus, asyik mengobrol, dan bermain gawai, meskipun kondisi ini tidak terlalu signifikan.Â
Dalam upaya mencegah kekurangan-kekurangan yang muncul di atas, guru praktikan dapat melakukan mitigasi untuk praktik pembelajaran kelas rangkap ke depannya, termasuk pengelolaan waktu, penyederhanaan konten, pengayaan aktivitas, dan manajemen kelas yang lebih baik. Pertama, pengelolaan waktu yang efisien dapat dilakukan dengan menyusun jadwal pembelajaran yang lebih rinci untuk setiap kelas, termasuk menentukan durasi waktu perpindahan antar kelas. Hal ini dapat membantu guru dalam memaksimalkan waktu belajar. Selain itu, guru juga bisa membuat catatan pribadi berupa modul ajar yang lebih ringkas dan jelas, seperti dalam bentuk mind map atau poin-poin utama. Dengan cara ini, guru dapat lebih mudah mengingat langkah-langkah pembelajaran tanpa perlu sering memeriksa ulang modul ajar.Â
Penyederhanaan konten juga menjadi langkah yang efektif untuk memastikan materi yang diajarkan langsung pada intinya. Guru praktikan dapat memilih materi esensial sehingga penyampaian materi menjadi lebih ringkas tanpa mengurangi kualitas pembelajaran. Langkah ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih efisien, tetapi juga mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan.Â
Untuk mengisi waktu luang, guru dapat menyediakan aktivitas tambahan yang menarik, seperti kuis interaktif yang melibatkan seluruh peserta didik. Aktivitas ini tidak hanya menghibur tetapi juga membantu memperkuat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari. Selain itu, guru praktikan juga dapat memberikan tugas tambahan dengan tingkat kesulitan lebih tinggi bagi peserta didik yang menyelesaikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) lebih awal. Salah satu contohnya adalah meminta peserta didik menyusun pertanyaan untuk kelompok lain berdasarkan materi yang telah mereka pelajari.Â
Manajemen kelas yang baik juga menjadi kunci keberhasilan dalam pembelajaran. Guru praktikan dapat menggunakan teknik manajemen kelas yang lebih efektif, seperti memberikan instruksi yang jelas sebelum berpindah ruang atau menyiapkan video atau buku panduan sebagai pendamping tugas. Untuk lebih melibatkan peserta didik, guru juga dapat menerapkan rotasi peran, di mana peserta didik yang sudah menguasai materi diberi kesempatan menjadi mentor bagi teman yang membutuhkan bantuan. Strategi ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan peserta didik tetapi juga memperkuat rasa tanggung jawab mereka dalam pembelajaran.Â
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, guru praktikan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih efektif, menarik, dan bermanfaat bagi semua peserta didik. Sedangkan kelebihan yang dirasakan dalam pelaksanaan simulasi pembelajaran sebaagai berikut.Â
Kelebihan utama simulasi praktik pembelajaran kelas rangkap adalah efektivitasnya melalui persiapan dan pelaksanaan yang matang. Peserta didik, yang merupakan teman sekelas guru praktikan, telah di-briefing sebelum simulasi dimulai. Briefing atau pengarahan ini memastikan mereka memahami alur kegiatan pembelajaran sehingga mampu mengikuti rangkaian kegiatan dengan tertib, fokus, dan kondusif. Hasilnya, peserta didik dapat mengadaptasi materi yang diajarkan dengan baik, mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sesuai instruksi, serta mempresentasikan hasil kerja mereka dengan jelas. Hal ini tetap tercapai meskipun guru praktikan tidak selalu berada di sisi mereka karena harus berpindah antar ruang kelas untuk melakukan mobilisasi.
Praktik pembelajaran ini juga didukung oleh ketersediaan media dan fasilitas kelas yang lengkap, seperti proyektor dan smart TV. Meskipun pada praktiknya guru hanya menggunakan satu ruang kelas, ruangan tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mensimulasikan situasi dua ruang kelas yang berbeda. Strategi ini memungkinkan guru untuk memanfaatkan berbagai media dan fasilitas secara optimal, mempercepat proses penyampaian materi, dan tetap memenuhi tujuan pembelajaran untuk dua kelas sekaligus.
Untuk meningkatkan keberhasilan praktik pembelajaran kelas rangkap di masa depan, berbagai langkah mitigasi dapat dilakukan. Salah satu langkah penting adalah mempertahankan rutinitas briefing sebelum praktik pembelajaran dimulai. Briefing ini dapat difokuskan pada pemberian pemahaman mengenai tujuan pembelajaran, peran peserta didik, serta hal-hal yang perlu mereka siapkan selama praktik berlangsung. Dengan persiapan seperti ini, peserta didik diharapkan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik, meskipun guru praktikan harus berpindah antara dua ruang kelas.Â
Optimalisasi penggunaan media pembelajaran juga menjadi aspek yang penting. Media seperti proyektor dan smart TV dapat dimanfaatkan lebih maksimal untuk memberikan panduan visual yang dapat diakses peserta didik kapan saja, bahkan saat guru tidak berada di ruangan. Media ini bisa digunakan untuk menyampaikan instruksi pembelajaran, menampilkan materi, atau bahkan memberikan penjelasan tambahan dalam bentuk video interaktif.Â
Namun, untuk mengantisipasi kendala teknis yang mungkin terjadi, seperti gangguan pada proyektor atau smart TV, perlu disiapkan rencana cadangan. Guru dapat menyiapkan materi cetak atau alat bantu manual seperti papan tulis untuk  memastikan pembelajaran tetap berlangsung tanpa hambatan. Dengan adanya langkah-langkah ini, pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dapat lebih terstruktur, efektif, dan fleksibel dalam menghadapi tantangan teknis maupun operasional di masa mendatang.
Meskipun sempat menghadapi tantangan, praktik ini berhasil menunjukkan potensi besar model kelas rangkap dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, bahkan di kondisi yang serba kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA Takdir, L. (2021). Studi Implementasi Pembelajaran Kelas Rangkap di Daerah Terpencil. Didadik: Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 10(2), 186--197. https://doi.org/10.33369/diadik.v10i2.18279
Dosen : A. Syachruroji, M.Pd
Mahasiswa : Ismi Nurjanah & Nesya Amanda
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H