Mohon tunggu...
Alfathan Rahman
Alfathan Rahman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, kompasiana kontributor

Full time Blogger Ismimalfathan www.ismimalfathan.wordpress.com, dan www.alfa27.com "Membangun bangsa dengan tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Di Balik Uang Pensiun Raditya Dika

23 Juli 2020   14:11 Diperbarui: 23 Juli 2020   14:37 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gue cuma mau bilang, ubahlah hal yang bisa loe ubah! ". Itu adalah sepenggal kalimat yang selalu teringat setelah saya menonton salah satu konten YouTube Raditya Dika berjudul "Buat yang Pernah Diremehkan". Beliau merupakan salah satu orang yang menginspirasi saya. Selain memang backgroundnya sebagai seorang penulis, Raditya Dika bisa dikatakan sangat sukses dalam bidang yang kini ia geluti.. 

Dimulai dari menulis blog maupun buku, menggarap salah satu mini series yang sangat saya favoritkan yakni "Malam Minggu Miko", menjadi stand up comedian, beberapa film yang berhasil ia garap dan produseri, hingga membuat kanal YouTube yang menghibur juga menginspirasi. 

Di dunia entertaiment, nama Raditya Dika sudah tak asing lagi. Semua pencapaiannya bisa dikatakan sangatlah luar biasa. Hal tersebut berbanding lurus dengan income yang telah ia peroleh. Tapi tahukah kamu bahwa dalam mengawali karirnya, ia sempat diremehkan oleh seseorang. 

"Penulis itu biasanya umur karirnya pendek!" Terang Raditya Dika menceritakan apa yang dikatakan oleh orang tersebut. Tentu kata-kata itu membuat komika yang satu ini terkejut. Ia merasa takut, down dan secara mental telah diremehkan akan hal yang diimpikan dan diusahakannya.   

Dari satu kutipan kalimat itu, kita mendapati dua permasalahan sekaligus. Pertama yakni pandangan negatif orang lain juga masalah finansial di masa tua/pensiun. Saya akan menjabarkan kedua permasalahan tersebut berdasarkan pandangan pribadi sebagai seorang penulis. Jadi jika kamu tidak setuju, maka ciptakanlah perspektif lain yang jauh lebih baik lagi....... 

===============

"Kesuksesan orang lain boleh kita ikuti, namun tidak untuk kita tiru." Prinsip ini sudah sangat tertanam dalam benak saya. Kita boleh mengikuti dan terinspirasi oleh kesuksesan orang lain. Tapi untuk meniru, I have to say "NO". Tuhan sudah memberikan rizki kepada hamba-Nya masing-masing tanpa terlewat sedikit pun juga dengan jalan yang berbeda-beda. 

Jika kamu mau sukses, maka hal pertama kenali terlebih dahulu dirimu sendiri. Dari sinilah kamu bisa mengeksplor semua hal, seperti kemampuan, passion, dan sebatas apa kamu bisa memperjuangkan tujuanmu. Jangan dengarkan cemoohan orang, karena mereka sama sekali tidak mengerti siapa dirimu dan jalan yang kamu tuju. 

Berbeda halnya dengan kritikan, karena itulah yang sesungguhnya akan membantu mengangkat dirimu. Mereka yang mengkritik adalah orang yang sangat excited dengan perjuanganmu. Merekalah sebenarnya orang-orang yang tidak ingin melihatmu gagal dalam menjalankan proses mencapai tujuanmu. 

Tidak mudah memang mengabaikan cemoohan orang lain. Bahkan gawatnya, cemoohan tersebut terkadang merasuk ke ranah psikis. Sehingga kita menjadi down, merasa ragu, dan mindset-mindset negatif lainnya. 

Ada sebuah buku yang berjudul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat". Buku ini merupakan karya dari salah seorang blogger terkenal yakni Mark Manson dengan situsnya Markmanson.net. Mark berhasil menjadi fasilitator bagi banyak orang untuk mengoreksi harapan-harapan delusionalnya. 

Dalam buku pertamanya Mark Manson mengajak kita semua untuk hidup apa adanya, mengenali batasan dalam diri, dan bijaksana dalam menentukan kepedulianmu. Sehingga apabila kamu membaca buku ini, diharapkan kamu mendapatkan tambahan skill untuk mampu mengalahkan cemoohan orang yang menganggap remeh. Karena kamu telah mengenal lebih baik akan dirimu sendiri. 

Nah di sisi lain, Raditya Dika adalah sosok nyata yang mampu melawan persepsi negatif orang lain. Anggapan remeh tersebut berhasil ia konversi menjadi sebuah mindset positif untuk menggapai impiannya. Sekarang ia membuktikan bahwa penulis bukan jalan yang salah. Bahkan ia berhasil meraih income yang sangat fantastis. 

Raditya Dika juga mampu membuktikan profesi penulis dapat membuka pintu peluang sukses di bidang lainnya. 

Perencanaan keuangan, langkah yang sangat penting.... 

Apa iya seroang penulis masa tuanya miskin? Itulah satu pertanyaan besar dalam benak saya. Jika kalian menonton konten YouTube Raditya Dika yang telah saya sebutkan di atas, mungkin kalian juga merasakan keresahan yang sama seperti yang saya alami. Nah percaya atau tidak, pernyataan itulah yang mendasari Raditya Dika untuk berhasil mengumpulkan dana pensiun di usianya yang masih jauh dari kepala empat. 

Di sisi lain kalian harus percaya, jangankan penulis, sekelas mantan direktur BUMN pun beresiko melewati masa-masa pensiun dalam kondisi finansial yang tidak ideal. Kondisi finansial di masa tua adalah representasi dari seberapa besar tanggung jawabmu akan keuangan di masa lalu. 

Bill Gates pernah mengatakan "Jika kamu terlahir miskin itu bukan salahmu, tapi jika kamu meninggal dalam kondisi miskin, maka itu salahmu." Kawan, kalian memiliki waktu belasan bahkan puluhan tahun untuk merancang masa-masa tua dan pensiunmu.

Ada ribuan jalan untuk melakukan perencanaan tersebut. Bisa dengan cara menabung, berinvestasi, dan masih banyak lagi. Kamu bisa melakukannya dimulai dari hal kecil namun sangat berarti contohnya mencatat pengeluaran. Kebiasaan ini merupakan pondasi awal dari rasa tanggung jawab atas finansial yang kamu miliki. 

Jika berhasil menerapkan itu semua, bukan tidak mungkin kamu akan meraih "kebebasan finansial" walau usia masih sangat muda. 

================

Meraih impian serta kondisi di masa tua, merupakan dua hal yang berkaitan, namun dalam penerapannya harus dipisahkan. Kondisi di masa tua tidaklah didasari oleh impian yang ingin kalian gapai, selama itu positif. Umpamanya, jangan samakan perlakuan antara kucing rumah dan harimau liar. Meski sama-sama satu famili, mereka adalah dua substansi yang sangat berbeda. 

Janganlah mencampur adukkan dua hal yang berbeda dan memunculkan persepsi baru yang salah. Apalagi persepsi tersebut dijadikan sebagai peluru untuk menjudge kepentingan orang lain. 

Dalam artikel ini saya hanya ingin mengajak semua anak muda, janganlah takut meraih impian. Cemoohan dan keraguan orang lain anggap saja sebagai krikil yang menghiasi perjuangan kalian. Ubahlah cemoohan dan keraguan tersebut menjadi bahan bakar semangat dalam diri hingga nantinya kalian bisa membeli semua omongan tersebut. 

Ingatlah pesan di awal artikel, "ubahlah hal yang bisa loe ubah." Kita mungkin tidak bisa merubah persepsi orang lain akan suatu hal. Tapi tindakan kita bisa melawan persepsi tersebut.... 

Seorang Raditya Dika sudah membuktikannya, kini giliran kamu!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun