Pada saat ini kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker. Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia (Kemkes, 2022). Pengobatan pada kanker yang sering digunakan pada saat ini yaitu operasi, radiasi, dan kemoterapi. Namun pada saat ini sudah banyak masyarakat yang menggunakan pengobatan herbal (bahan alam), terutama masyarakat pedesaan. Bila dilihat dari perekonomian masyarakat, secara umum masyarakat desa berprofesi sebagai petani dengan pendapatan di bawah rata-rata. Kondisi ini menjadi salah satu faktor sulitnya mengakses obat-obatan medis yang biayanya tergolong mahal. Selain itu, menurut penduduk setempat penggunaan bahan alam relatif lebih aman karena efek sampingnya relatif kecil jika dibandingkan dengan operasi, kemoterapi, dan radiasi. Akan tetapi, hanya beberapa masyarakat saja yang mengetahui tentang jenis tanaman obat ini serta pemanfaatannya, karena pengetahuan mengenai tanaman berkhasiat obat ini mereka dapatkan secara turun temurun serta ada juga dari pengalaman pribadi, seperti yang terjadi di desa Semanding, Jawa Timur.
Pengobatan herbal yang dilakukan salah satunya yaitu dengan pemanfaatan penggunaan tanaman daun benalu (Dendrophthoe sp.) yang mempunyai manfaat sebagai obat batuk, kanker, diuretik dan penghilang nyeri. Hal ini juga terjadi pada tumbuhan daun benalu kelor atau orang pedesaan menyebutnya dengan «klemadeh kelor». Pada klemadeh kelor, dari beberapa penelitian yang telah mengesplorasi manfaat benalu kelor diantaranya Multiawati (2013) yang telah membuktikan bahwa ekstrak metanol daun benalu kelor memiliki aktivitas sebagai antikanker. Ekstrak etil asetat daun benalu kelor juga menunjukkan adanya aktivitas antiproliferasi terhadap cell line kanker payudara T47D (Sholehuddin, 2013).
Warga setempat, mengomsumsi klemadeh kelor (benalu kelor) sebagai obat herbal dengan cara mengeringkan daun klemadeh tersebut, namun selain mendapatkan manfaat dari daun klemadeh sendiri tentunya ingin mendapat manfaat dari terik matahari pagi yang sangat baik untuk kesehatan. Jadi alangkah baiknya waktu untuk menjemur jangan terlalu pagi karena akan terkena embun, dan angkat daun sebelum matahari mencapai puncak terik, sekitar jam 11.00 WIB.
Selain klemadeh kelor (benalu kelor), warga setempat juga mencampurnya dengan air rebusan simbar bogor (simbar menjangan yang menempel pada pohon siwalan) sebagai obat herbal yang dipercaya sebagai sitotosik terhadap kanker payudara. Simbar bogor juga mengandung senyawa alkaloid, fenolat, flavonoid dan steroid/triterpenoid yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai antikanker (Nurrani et al., 2014). Pemanfaatan bagiannya bukan dari daunnya melainkan pada ekstrak serabut akarnya. Rebusan air ekstrak serabut akar ini memili rasa yang sangat pahit apabila dikonsumsi.
Bahan alam terakhir yang aman dikonsumsi dan dipercaya berkhasiat mempunyai efek sitotosik terhadap kanker payudara adalah tanaman kecubung ungu. Pada tanaman kecubung ungu mengandung alkaloid terbanyak yang terdapat di dalam akar dan biji dengan kadar antara 0,4-0,9%, sedangkan dalam daun dan bunga hanya 0,2-0,3% (Sastrapradja, 1978). Pada Ekstrak daun kecubung terdapat kandungan fitokimia yang bersifat antioksidan. Sifat antioksidan ini berasal dari senyawa fenolik seperti flavonoid di dalamnya. Kandungan tersebut dipercaya bisa berpotensi sebagai antikanker.
Cara pengolahan dari ketiga tanaman tersebut adalah, ambil daun klemadeh kelor yang sudah dikeringkan dengan bantuan matahari hingga betul-betul kering. Setelah kering ambil 3 helai, tambahkan ekstrak serabut akar simbar bogor sedikit, dan tambahkan juga kecubung ungu, lalu rebus dengan air secukupnya, tunggu hingga masak/mendidih. Selanjutnya dinginkan lalu disaring.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, A. R., & Mahdalena, M. (2018, April). KAJIAN ETNOBOTANI MELALUI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA REMA KECAMATAN BUKIT TUSAM KABUPATEN ACEH TENGGARA. In Prosiding Seminar Nasional Biotik (Vol. 5, No. 1).
Nurrani, L., Tabba, S., & Irawan, A. (2016). Bioaktivitas Crotalaria striata DC dan Cinnamomum cullilawan BI terhadap sel kanker serviks HeLa. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 27(1), 1-10.