Drama dan anekdot adalah dua kata yang dapat dipisahkan maupun disatukan. Dipisahkan akan menghasilkan pengertian berbeda jika disatukan. Menurut KBBI, Drama mengandung arti Komposisi prosa atau syair yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui dialog atau akting yang dipentaskan, juga mengandung pengertian kejadian yang menyedihkan. Sedangkan pengertian anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Sedangkan jika disatukan bisa menghasilkan makna berbeda seperti judul yang penulis pilih yaitu Dramanya Anekdot, berarti isi anekdot yang mengandung cerita yang menyedihkan. Atau membuat drama dari teks anekdot yang dipilih.
Berdasarkan pengalaman saya mengajar ternyata membuat drama tentang isi anekdot yang dipilih membuat kegiatan pengajaran lebih hidup di kelas. Teks anekdot juga berisi cerita sederhana yang berisi sindiran dan lebih singkat dari pada teks drama sesungguhnya. Hal ini membuat siswa dapat upayakan persiapannya lebih maksimal dalam jangka waktu singkat. Dengan metode roleplay/bermain drama/peran ini semua model pembelajaran para siswa dapat terangkum di sini, terutama para siswa dengan model pembelajaran kinestetik. Gaya pembelajaran yang berbeda ini (ada yang visual, auditory dan kinestetik. Ada yang Auditory dan visual, ada yang visual dan auditory, ada yang auditory dan kinestetik, bahkan ada yang ketiganya sekaligus) dapat lebih fokus saat mereka bermain peran/roleplay.
Roleplay ini dapat digunakan dalam pembelajaran Anekdot. Anak2 akan fokus melihat drama yang disajikan teman-temannya yang berisi anekdot yang dipilih mereka sendiri. Antusias siswa dalam berbagi peran maupun karakter cerita terlihat di sini. Membuat suasana lebih ceria sesuai dengan bakat yang mereka miliki. Setiap drama yang ditampilkan para siswa secara berkelompok tetap diminta membuat tugas yang ditentukan pengajar, seperti mencari makna kata konotasi, karakter tokohnya, dan lain-lain.
Saya perhatikan, selesai drama dipentaskan ternyata kemampuan anak dalam memahami pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah tertuang di Modul ajar yang saya tulis lebih meningkat. Hal ini terlihat dari nilai mereka setelah di akhir pembelajaran diberikan pertanyaan penutup. Kepercayaan diri mereka timbul karena mereka bermain bersama dengan teman satu kelompoknya.
Akan berbeda jika mereka diminta membuat stand up komedi yang saya ingat tahun lalu bahwa anak-anak tidak seantusias saat mereka bermain drama. Nilai yang didapat juga hanya pas-pas an saja. Alasan mereka rata-rata karena kebanyakan dari mereka lebih nyaman maju saat bersama teman-teman daripada sendiri. Hal itu dapat dimaklumi bahwa tiap anak berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Cara didik orang tua mereka yang beragam mempengaruhi kemampuan mereka tuk berbicara dan tampil di depan orang banyak. Maka tuk melihat kreatifitas mereka dapat juga dilihat saat bermain drama ini. Selesai pementasan disampaikan hal-hal yang seharusnya mereka pahami.
Walaupun hidup banyak dramanya, bukan berarti bermain peran/drama itu tidak bisa jadi metode pembelajaran di teks Anekdot. Yuk dramakan anekdot, selain dramanya anekdot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H