Hari ini saya ingin membahas tentang ekonomi dalam Islam. Gak nyambung dengan profesi saya di fakultas kedokteran? wah... justru permasalahan ekonomi adalah pembahasan yang penting& harus di kaji secara menyeluruh, karena saling terkait satu sama lainnya. Loh, remaja ngobrolin ekonomi? Gak gaul ah.. itu kan obrolan 'orangtua'. Rieut mikirin masalah gituan.. (*Eiitzz.. maksudnya nyindir nih karena statusnya udah jadi remako-remaja kolot-? ckckck )
Justru kita harus gaul (tau informasi&menyebarkannya). Malah gak gaul kalau gak tau perekonomian kita sekarang bagaimana. Kita sebagai generasi muda harus mempelajari dan memahami bagaimana peran ekonomi. Apalagi untuk kamu yang berminat mengambil jurusan di bidang perekonomian nanti. Setidaknya mulai dari sekarang kita menjadi orang yang cerdas dalam menangani problematika umat saat ini. Jangan ngaku gaul deh kalau belum belajar Islam! Dilihat dari updatenya, Islamlah yg paling akhir datang juga dan mampu berpengaruh sampai sekarang. Dilihat dari aturannya, Islam juga lengkap!! semua masalah? Ada pada Islam solusinya. (ikut promosi pemirsa! hehe..)
Coba deh kita kembali ke masa lalu (bagi yg udah remako-remaja kolot/tua-) atau kita menatap masa depan (bagi yang masih remaja), mau masuk kuliah formulirnya bayar, pas sudah diterima harus bayar 'uang hilang' --sumbangan sukarela yg sudah di tetapkan/biaya pembangunan yg entah untuk apa--, biaya semester bayar lagi, belum beli buku, dan perlengkapan lainnya. kebayang kan kalau ga ada uang? dapat dari mana semua kebutuhan itu? Apalagi kalau ternyata jurusan itu adalah kedokteran, swasta lagi, waaaaahh... untuk yang pas-pasan punya uang bisa melanjutkan cita-citanya menjadi dokter. Tetapi untuk yang pas pasan ga cukup uangnya sayang sekali tidak bisa mewujudkan cita-citanya walaupun pintar. Begitu juga dengan jurusan lain, banyak teman-teman di luar sana tidak bisa melanjutkan ke tingkat SMP, SMA, apalagi perguruan tinggi, dan itu semua sebagian besar karena tidak memiliki dana. Sebagian kecilnya males ah, mending nyari uang karena 'untuk makan aja udah susyaaah..untuk apa coba pendidikan?'. Pernah kalimat ini tercetus dari mulut anak kecil yang sehari-harinya mencari uang dengan mengamen atau memulung sampah. Nah..ternyata ekonomi ini jadi terkait dengan pendidikan kita bukan?
Masyarakat Indonesia juga ternyata setiap hari ada aja yang sakit. Satu hari aja deh pas jam kerja (bukan hari libur) di fasilitas kesehatan pasti ada yang sakit. Memang, sakit itu datangnya dari Allah, tetapi tetap kita melihat 'sababiyah' atau usaha sebelumnya/sebabnya yang menyebabkan hal itu terjadi. Apakah pola makannya? Bagaimana aktivitasnya? Contoh lain apakah tidak menyadari kalau sedang sakit, karena datangnya pas udah kronis dan tidak ada penanganannya. Oh, ternyata setelah di selidiki tidak bisa makan karena tidak punya uang atau tidak bisa menjaga kesehatan karena keterbatasan pegetahuan yang dimiliki. Terbatas pengetahuan karena lagi lagi tidak punya dana untuk sekolah. Masya Allah..kasihan sekali kalau ada yg seperti ini.
Ketika saya membuka buku penelitian dirjen pengadilan&MA 2007-2009 entah milik orang tua atau kakak, di sana survey BAPPENAS UNDP membuktikan 49% warga Indonesia hidup di bawah USD$2/hari (sekitar Rp.20.000/hari) dan dalam kelompok tersebut 14% hidup di bawah USD$0,66/hari (sekitar Rp.6600). Bayangin dong, 1 hari makan apa aja dengan uang dua puluh ribu atau enam ribu. Belum lagi kalau di keluarga itu punya Istri dan anak. dan patokan Rp.20.000 udah 'dianggap' sejahtera. Belum lagi kalau kerja/usaha kena pajak. Haduh, dirampas lagi deh. Makin sedikit aja pendapatannya. Padahal kebutuhan pokok kita (sandang, pangan,papan) wajib di penuhi oleh negara. Jelas kan, bahwa permasalahan ekonomi akan berakibat ke aspek lain, yaitu pendidikan, kesehatan, sosial, bahkan politik. Mengapa permasalahan ini bisa terjadi ya? Sebuah sistem berawal dari ideologi yang mendasarinya. Ideologi ini berasal dari sebuah akidah yang terpancar darinya aturan-aturan. Saat ini terasa sekali oleh kita aturan 'sekulerisme' yang memisahkan agama dari kehidupan dan aturan ini berasal dari Kapitalisme--si Empunya sekuler-- bukan berasal dari Islam.
Pernah belajar Ekonomi kan waktu SMA? Ekonomi kapitalis selalu menggunakan konsep need&wants sehingga pada akhirnya timbul konsep kelangkaan. Keinginan/Kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhannya terbatas. Oleh karena itu mereka terus berupaya memproduksi kebutuhan sekalipun dengan cara berhutang. Mereka juga terus menerus memproduksi tanpa memikirkan distribusinya hingga pada akhirnya timbul kelangkaan menurut mereka. Karena udah langka, akhirnya harga di naikkan. Misalnya subsidi BBM di cabut, belum cukup juga untuk pemasukan negara? Oke, pajak di naikkan dan di berlakukan dimana-mana untuk pemasukan negara bahkan warteg aja kena pajak.
Hey, coba kita pikirkan baik-baik. Ambil contoh kecil deh. Makan adalah kebutuhan kita kan? Seingin-inginnya/sebutuh-butuhnya kita makan aja, gak sampai harus 20 piring kalee..cukup 10 piring, eh maksudnya 1 piring untuk makan siang. Perut kita ini terbatas! ga sebesar gentong. Apalagi tanpa memastikan pendistribusiannya. Bisa mubadzir dan terjadi kesenjangan sosial karena hanya yang kaya yang mampu untuk membeli alat pemuas kebutuhan itu. Kembali ke contoh di atas, untuk mengenyam pendidikan aja susah, hanya orang kelas menengah ke atas yang mampu berpendidikan tinggi. Berobat juga susah karena mahal. Papua penghasil emas kok gak sejahtera juga,malah tingkat ekonomi di jawa yang lumayan besar. Gak rata kan? Dan SDA ini parahnya di kelola oleh asing, bukan negara kita. Sekarang pun bisa kita lihat, si Negara Empunya Kapitalis (AS) aja banyak ngutang, belum lunas lagi. Masa negara kita yang kaya SDAnya ikut berkiblat ke negara yang bobrok seperti itu? Mau ngikut ngutang juga? ogah ah..! Generasi yang cerdas, ogah di bodohi oleh kapitalis..! inilah anehnya negeri kita, kaya tetapi sangat miskin. Miris. Inilah gambaran secara garis besar tentang ekonomi kapitalis sekarang, terbayang?
Nah, beda halnya dengan pengaturan ekonomi dalam Islam. Ekonomi Islam jauh berbeda dengan ekonomi kapitalis. Konsep dalam Islam, benar-benar memproduksi sekaligus pendistribusian kebutuhannya juga sangat di perhatikan sehingga kesejahteraan harus senantiasa dipastikan merata. SDA adalah kepemilikan umum sehingga di kelola oleh negara, tidak boleh oleh individu tertentu/asing. Dengan ini akan menambah lapangan pekerjaan untuk rakyat. Mata uang yang di gunakan adalah emas dan perak, yang setiap tahun pasti bertambah nilai tukarnya. Hebat kan? ga ada inflasi. Lalu, dari mana saja pemasukan negara? Tentu dari Baitul Mal, yaitu lembaga yang mengatur kas negara. Kas dari Baitul Mal ini di desain sedemikian rupa sehingga sebisa mungkin tidak akan berhutang, karena banyak pemasukannya. Misalnya dari harta kepemilikan individu yaitu infaq,shadaqah, zakat. Kemudian harta kepemilikan umum sepertiÂ
Dalam hal ini negara juga akan senantiasa mengontrol dan memastikan bahwa distribusi produksi sudah merata. Jika ada penyelewengan tentu akan di berikan sanksi dari Khalifah (pemimpin negara Islam/Khilafah) sehingga akan membuat jera bagi yang menyelewengkan harta.Dengan demikian,bukan hal yang mustahil pelayanan kesehatan bisa gratis, pendidikan bisa gratis, hukum diterapkan secara adil, dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Inilah buah dari aturan Allah, sehingga menjadi rahmatan lil alamin, karena yang merasakan kesejahteraan ini tidak hanya Islam, tapi non Islam pun juga akan merasakannya. Islam Rahmatan lil 'alamin akan terwujud jika Islam di terapkan secara kaffah dalam nangan negara Islam/Khilafah. Pertanyaan yang muncul, apakah mungkin di lakukan pada negara seluas ini? Insya Allah bisa! karena kekuatan negara itu sangat besar, bahkan dulu sekitar 13 abad lamanya Islam di terapkan secara kaffah (menyeluruh) dan menguasai 2/3 dunia, masyarakatnya bisa sejahtera hingga pada akhirnya runtuh karena pemikiran umat saat itu sudah terkontaminasi dengan kapitalis. di Indonesia? insya Allah bisa! yang penting jika aturannya adalah ISLAM karena Islam merupakan problem solving, bukan hanya sekedar mengatur hubungan kita dg Pencipta, tp juga dengan diri kita sendiri, dan sesama manusia (ipoleksosbudhankam). Inilah salah satu konsep kesejahteraan dalam Islam. Kesejahteraan dunia dan akhirat, karena Sistem Persanksian dalam Islam sebagai penebus dosa dan membuat efek jera bagi pelakunya. Pantaslah dulu menjadi negara adidaya dan kriminalitas sangat sedikit di temukan. Yuk, kembali hidup sejahtera di bawah naungan khilafah...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H