Mohon tunggu...
Ismawati Retno
Ismawati Retno Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencintai JOGJA bersama dinamika kehidupannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

‘Sego Segawe’, Siapa Takut?

20 September 2012   01:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:12 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isue tentang SEGO SEGAWE sedang menghangat di kota kelahirannya Yogyakarta.  Berawal dari keluarnya surat edaran dari Pemkot Yogyakarta yang meniadakan car free day setiap hari Jumat di lingkungan Balaikota. Namun, peniadaan CFD tersebut dipahami oleh beberapa orang sebagai penghapusan gerakan Sego Segawe yang sudah membumi di tanah Yogyakarta sejak 2008 lalu. Padahal saya telah mendengar secara langsung dari Pak Walikota Haryadi Suyuti bahwa kebijakan itu bukan untuk menghapus gerakan SEGO SEGAWE,  seperti ditulis di kompasiana  oleh mas @folly sbb : http://green.kompasiana.com/polusi/2012/09/18/fatal-menghapus-sego-segawe-jogja/

Berikut OPINI saya tentang SEGO SEGAWE................... !!!!

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta 2005-2025 tertuang cita-cita bersama dan harapan masyarakat Kota Yogyakarta yang diterjemahkan dalam visi, ”Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa yang Berwawasan Lingkungan.”

Cita-cita masyarakat Jogja untuk mewujudkan kota yang berwawasan lingkungan salah satunya dilakukan dengan memasyarakatkan gerakan bersepeda, “Sego Segawe”. Gagasan sepeda kanggo sekolah lan nyambutgawe ini diluncurkan pada Oktober 2008 oleh Walikota Jogja 2001-2011 Herry Zudianto, bersama-sama Wakil Walikota Haryadi Suyuti, sebagai racun sehat bagi masyarakat Kota Yogyakarta.

Pada awal peluncurannya, Sego Segawe tidak serta merta diterima mulus oleh masyarakat. Sebagai sebuah gerakan baru hal ini sempat menimbulkan pendapat pro dan kontra. Pihak Pemkot Yogyakarta pada saat itu menganggap mereka yang tidak setuju hanya karena belum paham makna sebenarnya.Terbukti beberapa waktu kemudian, bangkitnya kesadaran untuk hidup lebih sehat sekaligus mencintai lingkungan dengan pengurangan polusi mendapat apresiasi positif warga masyarakat dengan tumbuhnya berbagai komunitas sepeda.

Mengutip buku Herry Zudianto : Pak Walikota Yang Besar Kepala, Sego Segawe mengandung makna sebagai sebuah gerakan nilai untuk melatih diri bersikap sederhana (terutama bagi generasi muda). Sego Segawe bukan untuk kembali ke masa lalu menjadikan Jogja sebagai kota sepeda, namun lebih dari itu untuk membawa Jogja menjadi kota yang humanis. Sepeda juga menjadi moda transportasi alternatif jarak dekat yang sehat, hemat energi dan ramah lingkungan. Orang bersepeda itu tidak identik dengan orang kecil, orang yang tidak punya, namun justru menunjukkan bahwa nilai bersepeda itu sebagai peradaban modern. Sebab orang modern/beradab tidak akan menghabiskan sumber daya bumi untuk dieksploitasi berlebihan. Modernisasi sepaham dengan efisiensi dan efektivitas, selalu menyisakan untuk generasi berikutnya yang lebih baik.

Sebagai penggagas Sego Segawe Herry Zudianto pernah berharap kelanjutan Sego Segawe akan terus berjalan meski beliau tidak lagi sebagai Walikota Jogja. Karena Sego Segawe bukan program, namun sebuah gerakan yang didukung oleh banyak komunitas masyarakat yang mempunyai visi sama. Sebagai sebuah gerakan nilai hal itu tidak sekedar mengkultuskan pada satu orang. Nilai telah digerakkan oleh banyak pihak, banyak lilin yang akan terus mengobarkan Sego Segawe.

Keputusan Walikota Haryadi Suyuti meniadakan car free day setiap Jumat di kompleks Balaikota telah ditegaskan bukan untuk menghapus gerakan Sego Segawe. Setiap keputusan selalu mengandung resiko pro dan kontra, sebab memang hakekatnya tidak ada keputusan yang sempurna. Walikota Haryadi Suyuti telah berani mengambil keputusan/kebijakan yang terukur. Kebijakan ini meski menuai reaksi, diambil  semata-mata untuk memperlancar pelayanan masyarakat di kompleks Balaikota. Sebagai sebuah gerakan nilai yang sudah mengakar di hati masyarakat Jogja, Sego Segawe akan terus dilanjutkan oleh Haryadi Suyuti. Hal itu juga bukan merupakan langkah ’de-Herry Zudianto-nisasi’ (KR, 14/9). Sego Segawe tetap mendapatan tempat sesuai porsinya.

Kebijakan-kebijakan pendukung gerakan sego segawe tetap berjalan dan dipertahankan oleh Haryadi Suyuti. Penyediaan infrastruktur seperti jalur alternatif sepeda, ruang tunggu sepeda, fasilitas parkir, dan juga asuransi khusus bagi pesepeda. Terakhir dikembangkan wacana car free day di Malioboro.

Sego Segawe, Siapa Takut ?

Ismawati Retno

Pesepeda/PNS pada Pemkot Yogyakarta

Dimuat di OPINI KR Kamis 20 September 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun