Mohon tunggu...
ismawatimaturbongs
ismawatimaturbongs Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Politeknik harapan bersama

Mahasiswa politeknik harapan bersama tegal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencintai Tanah Air dengan legenda Kisah Burung Garuda yang berada di Kampung Lobo Kabupaten Kaimana Papua Barat.

3 Januari 2025   18:42 Diperbarui: 3 Januari 2025   18:42 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cinta tanah air merupakan salah satu bentuk karakter yang harus dimiliki oleh setiap warga negara, yaitu mengenai hak, kewajiban dan keikut sertaan dalam upaya bela negara. Akan tetapi dalam penerapannya tidak seideal yang di harapkan. Hal ini yang mengharuskan adanya pembentukan karakter cinta tanah air untuk setiap warga negara baik itu kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. Cinta tanah air atau nasionalisme pada saat ini sudah menjadi kewajiban dalam berbangsa dan bernegara, akan tetapi di kalangan generasi muda Indonesia masih kurang rasa cinta terhadap tanah air. Dengan era perkembangan teknoogi yang semakin canggih dan berkembang pesat tentu menjadi pengaruh yang berdampak buruk pada rasa cinta tanah air. Hal tersebut tak dapat dihindari dan juga tidak bisa dibendung lagi. Kerena sudah sekian lama hidup ditengah-tengah masyarakat dan sudah menyatu dengan kehidupan sosial masyarakat bahkan sudah membentuk pribadi-pribadi yang baru (manusia model baru).


Karena bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahun dan teknologi yang memperluas arus global ke pelososok-pelosok, orang-orang yang mempunyai keinginan akan memenuhi kebutuhan hidup menciptakan berbagai karya yang tak memandang dampak positif dan negatif bagi orang lain secara holistik. Misalnya di daera kabupaten Kaimana terdapat beberapa lokasih Pembangunan permainan-permainan yang sebenarnya tidak memberikan wawasan untuk penggunannya seperti Pembangunan pasar malam yang berada di pusat kota Kaimana dengan beberapa tempat/wahana games yang dibuat seperti rumah hantu, permainan togel, ludo king ,kartu dan sebagainnya Permainan-permainan tersebut sudah lama hidup dan berada di tengah-tengah masyarakat kaimana dan sangat berpengaruh bagi kebutuhan hidup mereka. Karena pada sebagaian keluarga-keluarga sudah bergantung pada mainan-mainan tersebut. Yang menjadi prihatin adalah bagaimana dengan perkembangan masyarakat, anak-anak serta kaum muda yang akan bertumbuh dalam situasi sosial seperti itu bagi masa depan bangsa dan tanah air?, Dalam menangani hal seperti ini penulis meyakini bahwa ada sebuah solusi yang bisa digunakan oleh masyarakat kaimana  maupun daerah-daerah lainnya, yaitu integrasi budaya lokal (tradisional) dengan budaya modern (nasional dan internasional). Integrasi budaya yang dimaksudkan adalah memasukan nilai-nilai adat dan budaya pada masing-masing aspek dan dimensi kehidupan dengan budaya modernisasi. Seperti yang  penulis ketahui bahwa di daerah kabupaten kaimana terdapat kisah sejarah yang sangat memberikan wawasan lebih jika dikembangkan oleh pemerintah daerah maupun organisasi kepemudaan di wilayah kabupaten kaimana, dengan legenda atau kisah sejarah tentang burung garuda yang berlokasih di Kampung Lobo Kabupaten Kaimana.


Kampung Lobo menyimpan cerita tentang burung garuda. Bagi masyarakat setempat, itu menjadi kebanggaan karena garuda juga menjadi lambang negara Indonesia masyarakat setempat meyakini bahwa lambang Garuda Pancasila diambil dari burung garuda yang ada di Kampung Lobo. Cerita burung garuda itu pula yang menarik minat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengunjungi Kampung Lobo dalam rangkaian Ekspedisi NKRI dan Bhakti PMK serta Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Kaimana. masyarakat Kampung Lobo meyakini betul keberadaan burung garuda, bahkan jejaknya pun bisa dilihat di kampung, tokoh adat Kampung Lobo Beni Santos Wariensi menceritakan burung garuda Lobo menetas dari telur yang dilahirkan seorang manusia perempuan yang tinggal di Gunung Warinau. "Perempuan itu melahirkan dua butir telur. Masing-masing menetaskan burung garuda berwarna hitam dan putih. Namun, yang berwarna putih tidak diketahui keberadaannya," tutur Beni. Burung garuda yang berwarna hitam itu kemudian tumbuh dewasa dan tetap tinggal di Gunung Warinau. Suatu hari, terjadi banjir di Sungai Urera yang menyebabkan banyak manusia tewas. "Bangkai manusia yang terbawa banjir itu menjadi makanan burung garuda. Dia mengikuti Sungai Urera sampai kemudian sampai ke Kampung Lobo," paparnya, mengisahkan. Setelah bangkai manusia yang terbawa banjir habis, burung garuda itu kemudian tinggal di Gunung Emansiri. Kampung Lobo terletak di kaki gunung tersebut. Karena tidak ada lagi bangkai manusia yang bisa dimakan, burung garuda itu kemudian mulai memangsa penduduk Kampung Lobo. Penduduk Kampung Lobo menjadi resah dan takut dimangsa burung garuda. "Hingga suatu ketika, datang orang Portugis di Kampung Lobo. Orang Portugis itu kemudian menembak jatuh burung garuda. Bangkainya jatuh di bukit yang berbatasan langsung dengan tebing di pantai," kisahnya. Penduduk Kampung Lobo pun bersuka ria dengan tewasnya burung garuda. Di tempat burung garuda itu jatuh, kemudian dibangun tugu dengan patung garuda di puncaknya. "Waktu saya kecil dulu, tulang belulang burung garuda masih bisa ditemui. Namun, diambili oleh orang asing sampai akhirnya tidak bersisa sama sekali," tutur Beni. Cerita tentang burung garuda itu tidak hanya berbekas di benak masyarakat Kampung Lobo, tetapi juga masyarakat Kabupaten Kaimana lainnya. Burung garuda kemudian juga diambil sebagai lambang Kabupaten Kaimana. "Kami di Kaimana, sangat bangga memiliki lambang yang sama dengan lambang negara Indonesia, yaitu burung garuda," kata Bupati Matias Mairuma.Benteng BelandaSelain cerita tentang burung garuda, Kampung Lobo juga menyimpan cerita pendaratan bangsa Belanda di tanah Papua. Di kampung tersebut terdapat tugu dan puing-puing bekas benteng Belanda. Pada tugu tersebut terdapat sebuah prasasti berangka tahun 1828 hingga 1835 bertuliskan "Ter Herinnering Aan de Overleden Militairen van de Bezetting van Fort du Bus" yang kurang lebih artinya "mengenang para tentara yang meninggal di Benteng du Bus". "Bila melihat angka tahunnya, itu lebih dahulu daripada pendaratan orang Belanda di Timika. Jadi kami meyakini Belanda mendarat pertama kali di papua di kampung lobo.


Cerita mengenai legenda burung garuda yang berada di Kampung Lobo ini memeberikan penulis inspirasi untuk mengankat kisah  burung garuda sebagai tema dalam penulisan jurnal ini sehingga memberikan pengetahuan juga bagi pembaca mengenai kisah dan kehidupan ditempat penulis berasal. Penulis yakin Dengan mengenal lambang negara kita yaitu Garuda Pancasila merupaka salah satu bukti tentang kecintaan kita terhadap negara kita Negara Kesatuan Republik Idonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun