"Semua mulai dari nol. Mulailah dari apa yang paling dekat dan paling bisa kamu lakukan", Begitu kata Founder Vanilla Hijab, Intan, saat memaparkan kisahnya memulai bisnis feysen.
Dia tak sendirian. Bersama Atina, adiknya yang harus mengubur mimpinya jadi sarjana perminyakan karena fokus besarkan bisnis itu. Berdua, kakak adik ini mulai membuka lembaran baru bisnis feysen.Â
Tak punya pengalaman, ilmu bisnis, apalagi mentor, mereka mulai perjalanan panjang bisnis itu. Penuh keberanian, adik kakak itu datang dari satu toko ke toko yang lain. Foto bahan kain lalu upload ke sosial media. Â Setelah ada yang pesan, kain-kain baru diorder di toko tersebut.Â
Tahun itu, mereka memanfaatkan platform instagram. Dengan segala keterbatasan dan ilmu yang masih dangkal. Tapi ketekunan mengulik sehingga satu demi satu kain mulai laku terjual. Order jilbab pun juga datang meski kecil-kecilan.Â
Atiqa, adiknya saat itu pun baru sembuh dari sakit. Lama duduk di kursi roda membuat fisiknya tidak bisa banyak bekerja keras. Dengan segala keterbatasan, Atina harus melawan dirinya yang seringkali memintanya untuk berhenti.
Saat pesanan mulai banyak. Tantangan berikutnya  yakni  harus mencari tukang jahit. Karena tak ada tukang jahit profesional yang mau dibayar murah. Tukang jahit keliling yang sering mangkal di pinggir jalan itulah yang akhirnya mau membantu.Â
Pelan tapi pasti. Dari satu tukang jahit keliling kemudian bertambah jadi dua, tiga  sampai lima tukang jahit. Mereka yang bekerja siang malam membantu adik kakak itu.Â
Pesanan terus berdatangan. Akhirnya tukang jahit keliling itu dikontrak dan pindah ke daerah pinggiran depok. Vanilla mulai produksi di pinggiran kota itu.Â
Vanilla terus bertumbuh. Â Orderan makin banyak. Intan selalu pegang nasehat gurunya. Apapun yang kalian lakukan. Niatkan untuk membantu orang lain. Nanti Allah yang akan urus bisnis kalian. Pendekatannya marketing langit.Â
Pertumbuhan brand lokal itu makin melejit. Satu juta follower di IG membuat jadi satu-satunya brand lokal yang bisa bersaing di kancah pertarungan fesyen. " Brand online yang tak punya gerai toko bisa lakukan fashion show di istora senayan," paparnya.Â
Tak hanya itu, omzet yang awalnya jutaan kini bertumbuh jadi 9 digit. Bahkan saat idul fitri lalu produksi jilbab hanya 5000 pcs. Dalam satu menit itu ludes. Habis dalam sekejap. Custum audiens yang tercatat masuk ke website tembus sampai 50.000 orang. Jadi kebayang ada 45 ribu orang yang gagal membeli.Â