"Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa" -Ibu Pertiwi, Ismail Marzuki
Berkisah tentang Ibu Pertiwi, ada begitu banyak kesan tentangnya. Sebuah negara dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya berdiri di atas tanah di antara lautan. Berbagai suku dan ras masuk di dalamnya. Bersatu dalam keluarga Indonesia.
Kini, apa kabarnya ia sang Ibu Pertiwi? Masihkah ia merintih? Masihkah ia berbalut duka? Mencoba bertahan dari berbagai permasalahan hidup.
Ibu Pertiwi, kulihat akhir-akhir ini kau begitu murung, bahkan sampai meneteskan air mata. Mengapa? Apa karena kami anak-anakmu yang selalu membuatmu resah? Berseteru karena berbagai macam hal. Tapi, Ibu Pertiwi, bukankah itu wajar? Wajar jika dalam satu keluarga terjadi perbedaan pendapat. Hal yang paling penting kan bukan tentang apa permasalahan kami. Tapi bagaimana permasalahan itu justru membuat kami semakin erat dan semakin saling menyayangi.
Ini yang namanya hidup, Ibu Pertiwi. Hidup penuh dengan permasalahan dan perseteruan. Tapi jangan sampai permasalahan ini justru malah memecah belah kita. Jangan sampai kesalahpahaman itu justru membuat kita berteriak satu sama lain. Kekuatan kita sedang diuji. Persatuan kita sedang dipertaruhkan. Kita sudah semakin dewasa. Bukankah hal yang dilakukan orang dewasa adalah saling mengerti dan saling menguatkan? Seperti dahulu, saat kita menginginkan sebuah "kebebasan", persatuan adalah kekuatan kita.
Sekarang, mari kita maknai lagi kata persatuan, "perbedaan dan saling menghargai". Jangan bersedih lagi wahai Ibu Pertiwi. Karena kita harus segera berdamai. Kemudian menyambut senyum esok hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H